17. Melindungi (nya)
Seorang prajurit dengan celana seragam tugasnya dan atasan kaos yang biasa menjadi dalaman seragam PDH tersebut tengah terduduk di salah satu batang pohon kelapa roboh menghadap teluk Palu, tak jauh di depannya menampilkan bangunan masjid apung yang berulang kali terhempas ombak.
Netranya mengeliling menikmati keindahan semesta kala senja datang menyingsing, ditemani angin laut serta suara deburan ombak yang menenangkan. Pandangannya tertuju pada seorang gadis dengan jas almamater biru tua melekat ditubuhnya, gadis yang beberapa hari lalu mengacaukan pikirannya dan sekarang tengah mengobrak-abrik perasaannya.
Gadis tersebut terlihat tengah menikmati senja serta laut sama sepertinya, tak lama dirinya melihat gadis tersebut menghampiri seorang bocah lelaki yang terduduk di kursi rodanya, bocah yang beberapa hari lalu di temukannya tertindih batang pohon kelapa, bocah tersebut bernama Azka.
Matanya mengikuti setiap gerakan yang dilakukan gadis tersebut, mulai dari dirinya yang berdiri di belakang kursi roda lalu berjongkok di depannya dengan tangan seolah menghapus air mata, ia dapat menebak apa yang tengah mereka bicarakan sekarang.
Terakhir diliatnya sebuah adegan peluk memeluk yang menghadirkan sebuah garis lengkung tipis di wajahnya, iya prajurit tersebut tengah tersenyum tanpa menyadarinya, ia adalah Dewa. Cukup lama dirinya melihat adegan yang cukup mengharukan, dirasanya tanah tempatnya menapak sedikit bergoyang, suara gemuruh terdengar dan dapat diliatnya riak air laut yang semula tenang menjadi lebih ribut.
Dewa kalut, takut hal yang sama kembali menimpa korban yang baru saja pulih dari traumanya, mungkin juga beberapa dari mereka belum dapat berteman dengan trauma dan musibah yang menimpanya. Semakin lama getaran serta goncangan yang ditimbulkan semakin besar, Dewa mendengar sayup-sayup kepanikan dari tenda pengungsian.
Netranya membulat ketika mendapati seorang gadis yang sedaritadi diperhatikannya terlihat masih memeluk seorang bocah lelaki tanpa menyadari ada bahaya mengancam dirinya. Tepat dibelakang mereka terdapat sebuah pohon kelapa yang tergoncang hebat dengan posisi cenderung doyong kedepan, bagian bawah batangnya pun terlihat rapuh.
Dengan terburu Dewa berdiri dan berusaha menyeimbangkan badannya ditengah guncangan yang sedang terjadi. Berusaha secepat yang dirinya bisa menghampiri kedua orang tersebut, menarik tangan sang gadis hingga membuatnya sedikit sebelum berakhir di dalam pelukan Dewa, sedang bocah lelaki tersebut nampak tegang dikursi rodanya setelah ditarik kuat oleh Dewa.
Bruughhh
Suara pohon roboh diikuti debuman keras terdengar setelahnya, gadis tersebut berdiri kaku melihatnya, kakinya melemas ketika merasakan guncangan besar dibawah pijakannya ditambah dengan suara gemuruh air laut, wajahnya memucat pun halnya dengan bocah lelaki yang bersamanya.
" Ikut saya!" Titah Dewa dengan satu tangan menarik tangan gadis tersebut yang kini tengah bersusah payah menyeimbangkan tubuhnya saat berjalan dengan pijakan yang tak berhenti bergoyang dan tangan lainnya mendorong kursi roda bocah bernama Azka tersebut, membawa mereka ketempat yang lebih aman.
Tak lama setelah mereka tiba di tempat yang lebih aman goncangan yang sedari tadi dirasakan berhenti. Hanya 10 menit namun mampu menimbulkan kepanikan dan ketakutan pada para korban. Tak banyak kerusakan yang terjadi, hanya beberapa pohon kelapa yang tumbang karena memang infrastuktur belum diperbaki.
" Kalian tak apa?" Tanya Dewa cemas dengan keadaan dua makhluk tuhan didekatnya yang sama-sama tegang, Azka memberi anggukan kaku sedang gadis tersebut masih terdiam dengan wajah pucat dan kaki gemetar.
" GHEA APRILIA JAWAB SAYA!!" Teriak Dewa paniksembari mengguncang tubuhnya, gadis tersebut mengerjab lalu menubruk tubuh Dewadan terisak menggumamkan kata takut berkali-kali dengan tubuh bergetar. Dewaterdiam kaku mendapat serangan tak terduga sebelum akhirnya mengelus lembutpunggung Ghea sembari membisikan kata-kata penenang, tak lama Dewa merasakangadis di dekapannya telah tenang lalu menjauhkan tubuhnya secara perlahan,ternyata Ghea tertidur senyum tipis pun terukir.
~~~
TBC
Dipersilahkan memencet bintang di pojok kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
Tiểu Thuyết ChungAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...