19. Last Day
Tak terasa sudah satu minggu Ghea lewati menjadi relawan di tempat pengungsian, dan hari ini adalah hari terakhirnya di kota ini. Paginya dimulai seperti biasa hari ini, namun besok akan berbeda hari-harinya akan kembali dihadapkan dengan berbagai praktek dan buku-buku tebal berbahasa asing.
Tidur di dalam tenda yang sama dengan 30 orang temannya, beralaskan sebuah tikar dan berbantalkan tas ataupun baju yang dilipat-lipat, itupun hanya sebentar lantaran mereka tetap harus berjaga jika ada hal darurat dan membantu relawan lan mengurus korban, sangat tidak nyaman memang namun dibaliknya terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil, membuat mereka lebih mensyukuri nikmat yang selama ini mereka dapatkan namun sering keluhkan.
Memulai hari dengan sholat subuh berjamaah, banyak anak-anak yang telah bangun dan tengah bermain dengan sesamanya di pagi dini hari. Berlanjut membantu ibu-ibu memasak di dapur umum, ataupun menjadi instruktur senam sebagai salah satu upaya trauma healing.
Duduk lesehan bersama beberapa anak remaja sedikit bercerita tentang cinta, hidup dan pengalaman menarik yang pernah dialami menjadi suatu pengalaman berkesan bagi Ghea. Sembari mengawasi anak-anak yang tengah bermain bergerombol, suara gelak tawa mereka diatas musibah yang tengah menimpa membuatnya terenyuh.
" Kak, kakak pernah kecewa sama orang?" Tanya salah satu gadis remaja di sampingnya, kulitnya sawo matang dengan rambut sepundak membingkai wajah ayunya tak lupa gigi gisulnya yang tampak manis saat dirinya tersenyum.
" Dikecewakan ya..." Gumamnya, ingatannya kembali disaat dirinya berada di masa putih abu-abu. Dulu dirinya punya seorang teman yang cukup dekat tapi tak cukup dekat jika disebut sahabat. Temannya memiliki seorang sahabat laki-laki seperti dirinya dan Gara, yang kebetulan adalah kekasihnya masa itu.
Semua berjalan lancer, hingga suatu hari ketika dirinya menemani sang abang yang tengah berjoging dengan Gara yang ikut serta namun pemandangan kurang mengenakan di dapatnya. Tidak jauh dari tempatnya berdiri dirinya melihat temannya tengah menangis di pelukan pacarnya, bukan hal besar sebenarnya dirinya pun sering menangis dipelukan Gara jika tidak ada sang abang yang menjadi penyangganya, namun percakapan keduanyalah yang menjadi masalah.
Temannya ternyata menaruh hati kepada sahabatnya sendiri yang tidak lain adalah kekasihnya. Sialnya ternyata kekasihnya pun memiliki perasaan yang sama, dia menjadikannya pacar hanya untuk pengalihan lantaran takut merusak hubungan pertemanan mereka sekaligus takut perasaannya tak terbalas. Ghea menatap nanar kearah mereka lalu tertawa hambar, taka da air mata yang keluar dirinya sudah paham resiko menaruh perasaan pada seseorang, beruntung dirinya bersama Gandi dan Gara saat itu.
" Tentu saja pernah, kita tidak akan selalu bahagia dalam hidup adakalanya kita bersedih ataupun kecewa serta terpukul dengan sebuah keadaan." Ucapnya sembari tersenyum menatap gadis disampingnya.
" Lalu apa yang kakak lakukan?" Tanyanya lagi dengan alis tertaut dan wajah bingung.
" Ikhlas, mencoba menerima tanpa embel-embel seharusnya dan seandainya karena tuhan membenci orang yang senang berandai-andai." Jawabnya lagi dengan pandangan menerawang.
" Tapia pa yang harus dilakukan jika malah kita yang membuat orang lain kecewa?" Sahut Azka yang tiba-tiba ada di dekat mereka, Ghea terkekeh lalu mengangkat bocah tersebut dan mendudukannya di pangkuannya lalu memeluknya erat.
" Maka kita harus meminta maaf, walaupun kita tidak dapat menghilangkan kekecewaan yang dirasakannya setidaknya kita telah mengurangi rasa kecewanya dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf." Terangnya, mereka pun mengangguk serempak dan berlanjutlah obrolan mereka hingga Gara datang dan merusuh.
Momen-momen sepeti inilah yang akan dirinya rindukan nantinya, duduk bersama anak-anak bercerita banyak hal dan mendapatkan hal baru. Banyak pelajaran yang dirinya dapat dari mereka semua, salah satunya adalah kesabaran, ketegaran serta ketabahan mereka yang tiada batas. Mencoba menerima keadaan walau sebenarnya mereka rapuh, kehilangan orang tua serta orang terdekat bukanlah hal mudah.
~~~
TBC
Hargai karya saya dengan memencet tombol ☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...