Baekhyun terdiam. Park Chanyeol nama itu. Apakah Hyuna benar-benar mengetahui semuanya sebelum dia kehilangan ingatan? Apakah Hyuna juga bertemu Chanyeol? Sebenarnya apa yang Baekhyun lewatkan selama ini.
"Oppa? Apakah kau mengenalnya?" Baekhyun menatap Hyuna lalu menggeleng. Apakah lebih baik tidak memberitahukan Hyuna? Jujur saat ini Baekhyun bingung. Yang dikatakan peramal, e-mail, dan ingatan Hyuna. Yang terlintas di otaknya jika bukan Chanyeol lalu siapa?
"Aku tidak paham situasi di mimpiku. Hanya saja orang itu berkata agar tidak salah paham atau apalah kepada dirinya. Dia mengatakan yang lain menuduhnya karena semua ciri-ciri pelaku ada padanya. Aku bahkan tidak tahu pelaku apa yang dimaksud."
"Hyuna, setelahnya apa yang kau katakan? Maksudnya di mimpi itu, aku jadi penasaran." Baekhyun buru-buru memperbaiki kalimatnya agar Hyuna tidak curiga. Hyuna hanya mengangkat kedua bahunya lalu menjawab.
"Aku berkata memang bukan dia. Dan ... aku lupa, entahlah mungkin karena aku tidak paham jadi mimpi itu tidak masuk ke ingatanku dengan baik." Baekhyun tercekat, selama ini memang bukan Chanyeol, tapi siapa? Tidak ada kemungkinan orang lain yang menjadi pelakunya.
"Hyuna, aku akan menghubungi Jongin lebih dulu, kau habiskan makanannya. Aku akan segera kembali, sebentar." Baekhyun pergi keluar restoran untuk menelpon sahabatnya itu. Bagaimanapun ini informasi penting, Baekhyun harus memberitahunya.
Baekhyun mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Jongin. Setelah beberapa saat berdering, orang itu mengangkatnya.
"Apakah ada hal yang terjadi?"
"Selama ini bukan Chanyeol." Baekhyun berkata sedikit pelan agar orang-orang di dekatnya tidak mendengar. Dia juga masih tidak mengerti dan juga kaget akan situasi.
"Memangnya Chanyeol kenapa? Apakah ada yang salah dengan orang itu?" Baekhyun menepuk jidatnya, apa yang terjadi dengan orang di sekitarnya hari ini. Kenapa Jongin mendadak menjadi seperti bodoh?
"Chanyeol bukan orang yang melakukannya, Hyuna berkata dia bermimpi tentang ingatannya. Dia hanya ingat beberapa hal, intinya bukan Chanyeol." Jongin belum juga menjawabnya.
"Kau yakin?! Tidak ada yang bisa disalahkan selain Chanyeol menurutku dalam hal ini. Atau mungkin bisa jadi kita salah, tapi aku juga tidak tahu." Jongin sedikit berteriak di awal, membuat Baekhyun menjauhkan telinganya dari ponsel.
"Besok aku akan ke rumahmu, dan juga jangan beritahu siapa pun dulu. Termasuk Soojung." Baekhyun mematikan teleponnya secara sepihak lalu menghampiri Hyuna. Di meja Hyuna sudah menghabiskan semua makanan. Baekhyun berpikir apakah Hyuna tidak sakit perut setelahnya?
"Oppa sudah selesai?" Baekhyun mengangguk lalu menuju ke kasir dan membayar makanan mereka. Setelah itu Hyuna berjalan mendahului Baekhyun ke tempat mobil Baekhyun terparkir.
W H H • Y O U
Tiga minggu kemudian ....
Setelah sampai ke apartemen, Baekhyun dan Hyuna langsung memutuskan untuk membersihkan badan mereka yang baru saja pergi keluar. Udara luar dipenuhi debu halus membuat badan mereka menjadi tidak nyaman jika tidak segera membersihkan diri. Mereka baru saja pergi membeli beberapa baju. Hyuna kadang berpikir bahwa Baekhyun sangat boros dalam hal pengeluaran.
"Mau siapa dulu yang mandi?"
"Aku! " Hyuna menjawab lalu segera berlari ke kamar mandi karena badannya sudah terasa sangat bau. Hal itu membuat Baekhyun terkekeh kecil lalu menidurkan tubuhnya ke kasur terlebih dahulu. Tubuhnya juga sangat lelah.
Baekhyun sudah hampir tidur ketika ada nada dering telepon dari ponselnya. Ibunya menelepon, Baekhyun menggeser tombol hijau untuk menyambungkan telepon. Tidak biasanya ibunya menelepon di jam-jam seperti ini.
"Baekhyun-a, kau besok tidak akan pergi ke mana-mana kan? Besok pagi Ayah dan Ibu akan datang. Sekalian mengecek kondisi kalian berdua ke dokter kandungan. Hanya untuk mengecek kesehatan, tidak lebih." Terdengar suara dari seberang yang membuat Baekhyun menghela napasnya. Jika tidak ada penolakan kenapa harus bertanya?
"Baiklah, sampai jumpa besok." Ibunya benar-benar peduli kelangsungan keluarganya. Padahal baru beberapa hari yang lalu mereka pergi ke dokter, sekarang malah pergi ke dokter kandungan.
"Jangan lupa mengabari Hyuna." Baekhyun mengiyakan lalu mematikan sambungan. Baru saja ingin menuju ke kamar mandi, Baekhyun teringat bahwa besok dia harus ke rumah Jongin. Kenapa dia bisa lupa.
Pintu kamar terbuka membuat Baekhyun menoleh. Hyuna sudah selesai mandi. Wanita itu mengambil hrydryer lalu mulai mengeringkan rambut panjangnya.
"Oh ya, besok kita pergi ke dokter kandungan. Ibuku menelepon." Hyuna menghentikan kegiatannya lalu memperhatikan gerak-gerik suaminya itu. Memastikan tidak ada kebohongan. Dan sepertinya benar dugaannya. Ibu Baekhyun yang terlalu khawatir.
"Aku akan menyiapkan pakaian untuk besok. Oh ya, kamar mandinya sudah selesai, Oppa bisa menggunakannya."
"Tentu saja karena kau sudah ada di sini. Baiklah aku mandi, kau bisa tidur lebih dulu." Baekhyun mengecup pelan bibir Hyuna membuat pipi Hyuna bersemu merah. Padahal dia hanya seperti itu.
Hyuna menidurkan tubuhnya sambil berpikir. Entahlah, Hyuna tidak ingin memikirkan lebih jauh. Dia mengambil ponselnya lalu menonton salah satu channel mukbang.
Tanpa sadar mulutnya menggumamkan kata Park Chanyeol. Memikirkan tentang mimpinya tadi. Sepertinya Baekhyun mengetahui sesuatu, tapi tidak ingin memberitahu Hyuna. Apa yang sebenarnya tidak dia ketahui?
Hyuna mematikan ponselnya tanpa memedulikan saluran mukbang yang masih menyala. Dia hanya terdiam sambil menatap langit-langit kamar. Hingga beberapa saat kemudian Baekhyun masuk ke kamar.
"Hyuna-ya, apakah kau sudah selesai?" Hyuna hanya mengangguk, perempuan mana yang menstruasi selama lebih dari tiga minggu?
"Ayolah, hmmm, malam ini saja, besok tidak aku janji." Baekhyun menarik-narik lengan kaos yang dikenakan oleh Hyuna.
"Oppa, bagimu aku apa?" Tiba-tiba terbesit pertanyaan itu di benak Hyuna. Dan Hyuna juga mengatakannya tanpa disadari.
"Kau adalah manusia." Hyuna memukul pelan dada Baekhyun.
"Yang benar, jika aku puas dengan jawabanmu, kita melakukannya malam ini."
"Emm, bagiku kau itu sebuah boneka besar yang bisa ku peluk, menjadi sandaran, dan menjadi tempat berbagi keluh kesah."
"Benarkah? Sedangkan bagiku Oppa itu seperti buku. Memberikanku pengetahuan dan juga menjadi panutan serta memberi ilmu. Buku adalah hal yang sangat penting ketika kita menghilangkannya atau kita tidak memiliki buku maka semua akan hancur."
"Aku mencintaimu, Hyuna." Baekhyun mencium pipi kiri Hyuna.
"Aku juga."
"Emm, apakah jawabanku membuatmu puas? Jika tidak, itu sebenarnya tidak masalah. Karena aku menjawabnya dengan tulus. Walaupun jika mendapatkan imbalan akan lebih menyenangkan." Baekhyun tertawa kecil. Lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Hyuna. Hanya beberapa cm jarak keduanya. Bahkan hembusan napas mereka sudah terasa satu sama lain.
"Hyuna, aku akan memberitahukan semuanya. Jadi, jangan pernah meninggalkanku." Baekhyun mencium bibir Hyuna, hingga Hyuna membalas ciuman itu. Malam ini adalah kedua kalinya mereka melakukanya. Dan entah kenapa tiba-tiba terbesit pikiran Hyuna ingin segera mendapatkan apa yang orang tua Baekhyun ingin.
•••••
Re-publish: Senin, 2 Agustus, 2021.
•••••
Galau ingin unpub ini wkwk. Gimana ya, soalnya kayak ... masih banyak yang harus direvisi. Entah dari segi kerapian atau yang lainnya. Sebenernya udah mikir dari kemarin abis up ini sekitar 10 part. Hmm, ni cerita ada yang baca ga si. Kalo engga mau aku unpub lagi. Nanti aku infoin di tele deh. Hari ini siang aja ya up-nya.
•••••
Oh ya, jangan lupa cek (mau gabung juga boleh) channel Telegram yang di bio ya. Kalau males bisa search @. Jungsin_W aja kalian pasti akan menemukan cerita itu. Sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY YOU? ✅
Fanfiction[END] Baekhyun tidak pernah tahu jika kesalahannya dalam satu malam membuat hidup yang ia jalani berubah total. Hyuna yang terbangun setelah hampir dua minggu terbaring di ranjang rumah sakit. Wanita itu ... mengalami amnesia. Seharusnya dia tidak l...