Why You? (35)

66 7 7
                                    

Mereka berempat kini duduk di salah satu meja kafe. Baekhyun memaksa untuk keluar dari rumah sakit hari itu juga. Walaupun sebenarnya dokter tidak menganjurkan, tetapi karena keras kepalanya pria itu. Akhirnya Baekhyun bisa sampai di kafe ini.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Sehun mulai berbicara, karena sejak tadi yang lainnya hanya diam tidak mengatakan apa pun. Baekhyun mengacak rambutnya kasar untuk ke-sekian kalinya.

“Bagaimana dengan ponsel Hyuna?” Jongin menyarankan. Sampai saat ini mereka belum tahu apakah Hyuna membawa ponselnya ataupun tidak. Bahkan Baekhyun belum mengabari orang tua Hyuna terkait situasi saat ini.

“Aku tidak tahu, mungkin itu masih di rumah coba lacak ponselnya.” Jongin mengangguk lalu mulai mencoba meretas ponsel milik Hyuna. Baekhyun kembali menyesap kopinya. Baekhyun harus mengingat bahwa dia tidak boleh berbuat gegabah.

“Baek, bukankah seharusnya kau pergi mengabari orang tua Hyuna lebih dulu?” Baekhyun mengangguk mengiyakan perkataan Chanyeol. Benar, seharusnya dia mengabari orang tua Hyuna dulu. Mereka pasti sangat khawatir sekarang. Namun, mungkin mereka akan lebih khawatir lagi jika mengetahui kondisi.

“Aku akan pergi sekarang.” Baekhyun berdiri lalu meninggalkan meja, membuat ketiga orang yang ada di sana bersamaan diam. Situasi sekarang lebih dari rumit. Dan tidak ada yang memprediksi bahwa Hyuna akan meninggalkan Baekhyun.

Baekhyun mengemudikan mobilnya menuju rumah keluarga Hyuna. Pria itu mengemudi di atas kecepatan rata-rata. Sambil mencoba berpikir ke mana Hyuna pergi sebenarnya.

Seketika ingatan Baekhyun kembali di saat Hyuna memintanya untuk tidak meninggalkan Hyuna. Dan lihatlah, sekarang Hyuna-lah yang meninggalkan Baekhyun. Di saat seperti ini, bukankah seharusnya mereka saling membantu satu sama lain?

Saat lampu lalu lintas menyala merah, Baekhyun secara refleks memukul setir mobilnya. Rasanya saat ini adalah marah bercampur khawatir. Akan sangat sulit menjelaskannya ketika tidak mengalami hal itu sendiri.

Kenapa dari semua orang di dunia harus Baekhyun yang mengalami kehidupan seperti ini. Baekhyun merasa ingin menangis setiap saat, tetapi tetap saja dia tidak bisa melakukannya.

Baekhyun segera turun dari mobil ketika sudah sampai di depan rumah Hyuna. Pria itu langsung membuka pintu, saat masuk kedalam terlihat orang tua Hyuna yang sedang duduk di sofa, walaupun raut mukanya terlihat sangat gelisah.

“Baekhyun! Bagaimana Hyuna sekarang?” Pria itu hanya bisa menggeleng kecil atas pertanyaan tersebut. Baekhyun menatap ke arah kamar Hyuna, hal itu membuat kaki Baekhyun menuntun ke arah sana.

Dengan perlahan pria itu membuka pintu kamar. Ruangan ini masih sangat berantakan, sepertinya orang tua Hyuna belum membersihkan tempat ini. Walaupun memang jika dinalar tidak mungkin mereka membereskan ruangan di saat genting seperti ini.

Satu-satunya hal yang masih rapi seolah tidak tersentuh adalah ranjang. Baekhyun lantas duduk di sana, hingga tersadar bahwa ada sesuatu di bawah selimut. Baekhyun menaikkan selimut itu dan menemukan sebuah kertas.

Setelah membukanya Baekhyun kembali merasa terkejut. Pasalnya surat itu secara langsung ditujukan kepadanya dan ditulis oleh Hyuna. Baekhyun mulai membaca setiap yang ada di kertas tersebut.

Oppa, ini aku, maafkan karena aku pergi begitu cepat.

Saat pertama mengetahui bahwa aku hamil, aku langsung berpikir kita akan hidup bahagia dengan anak. Tapi ternyata pikiranku salah. Kita tidak bisa bersatu, mungkin karena takdir berkata lain.

Bahkan sejak awal seharusnya aku tidak mencintaimu. Sejak awal, perasaanku salah. Karena itulah takdir menentang kita. Dan seharusnya lagi, kita tidak memulainya. Jika ada kata memulai, pastilah ada kata berakhir.

WHY YOU? ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang