“Kim Jongin!” Jongin melangkahkan kakinya dengan malas menuju ke luar kamar ketika mendengar teriakan dari istrinya. Bahkan saat melihat jam ini baru pukul 05.00 pagi. Seharusnya dia masih tidur nyenyak. Tetapi apa daya, Soojung yang sedang hamil itu pastinya membutuhkan perhatian yang lebih.
“Apa yang terjadi?” Pria itu membulatkan matanya ketika mendapati ruangan kakinya menginjak benar-benar berantakan. Setahunnya, Soojung bukanlah tipe yang bisa mengotori sampai seperti ini. Atau mungkin pernah sekali, dan itu dulu saat istrinya tidak sengaja mabuk karena minuman beralkohol. Itu pun terjadi sekitar satu tahun yang lalu dan tidak separah ini.
“Bereskan tempat ini. Tadi aku terlalu bosan karena terbangun, akhirnya aku memilih untuk membuatnya menjadi berantakan.” Soojung menatap kukunya sambil memajukan bibirnya. Wajahnya terlihat sangat kesal saat ini. Yang mana jika orang biasa melihatnya akan terlihat lucu, sedangkan jika Jongin melihat sekarang mungkin akan berbeda karena dia ingin berkata kasar jika tidak Soojung adalah istrinya.
“Ini karena bayinya.” Soojung kembali berbicara ketika Jongin menatapnya dengan tatapan ingin menyerah. Jongin menghela napas lalu mulai membereskan satu-persatu barang-barang di sana agar kembali ke tempatnya semula.
Baiklah, jika menyangkut akan hal itu Jongin tidak akan bisa berkutik lagi. Bisa saja dia mengatakan kepada Soojung bahwa itu adalah alasan. Namun tidak. Dia tidak setega itu untuk mengatakan tidak mau atau malah membentak istrinya.
“Kai-ssi,” Jongin menghentikan pergerakan tangannya. Membalikkan tubuhnya lalu menatap sang istri dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Angin seolah berhenti, dan suasana menjadi sangat tegang.
“B—-”
“Aku tahu, Kai, nama panggilanmu dulu bukan? Bahkan selain Chanyeol, Baekhyun, dan juga Sehun tidak ada satu pun yang mengetahuinya.” Soojung berbicara dengan pelan, sedangkan pria di depannya kini menghela napas.
“Awal kita berkencan. Itu karena aku curiga denganmu. Selama ini aku menemui Chanyeol diam-diam. Kau bisa marah, lakukan sepuasmu. Karena aku sangat salah dalam hal ini. Hingga akhirnya aku mengenalmu dan menyimpulkan bahwa kau bukanlah pelakunya.” Wanita itu menghela napas lalu melanjutkan ucapannya.
“Pergilah ke rumah Hyuna. Tapi jangan mendekat, kau akan sedikit mengganggu mereka berdua.” Jongin menatap istrinya dengan heran. Bukan karena fakta bahwa dia menemui Chanyeol secara diam-diam selama ini. Memang dia sedikit kecewa, hanya sedikit. Karena sekarang Soojung sudah tidak melakukannya.
Yang membuatnya heran adalah untuk apa dia menyuruh Jongin pergi ke rumah Hyuna? Bukannya menjawab tatapan dari Soojung, wanita itu malah mengedipkan sebelah matanya.
“Cepatlah, jangan lupa bawa ponselmu lalu ambil beberapa foto mereka. Karena setelah ini akan ada berita yang cukup besar. Baekhyun akan memerlukan foto itu. Soal membereskan ruangan ini, bisa kau lakukan nanti.”
“Maksudmu, Baekhyun sedang bersama Hyuna sekarang?” Jongin menutup mulutnya membuat Soojung tertawa kecil tapi setelahnya dia mengangguk. Setelah mencerna ucapan itu dengan sepenuhnya, Jongin segera mengambil kunci mobilnya lalu pergi menuju ke rumah Hyuna. Tentu saja dia tahu di mana alamat rumah itu. Karena Baekhyun sudah memberitahunya beberapa hari yang lalu. Jika Baekhyun dan Hyuna benar-benar berhasil. Mungkin orang pertama yang akan menyambut pasangan itu adalah Jongin.
Entah apa reaksi kedua orang tua mereka. Orang tua Hyuna selama ini mendapatkan uang bulanan yang Baekhyun berikan. Bukan semata-mata karena kasihan. Melainkan karena Baekhyun tetap harus menjalani kewajibannya. Jika dia tidak bisa membiayai Hyuna, setidaknya orang tua Hyuna harus mendapatkan uang itu.
Dan tanpa semua orang tahu. Selama ini Hyuna juga mengirimi orang tuanya uang. Hanya saja ibu dan ayah Hyuna tidak pernah memakai uang tersebut. Mereka hanya menyimpannya karena berpikir bahwa itu bukanlah uang mereka.
W H Y • Y O U
“Aku selalu berpikir. Kenapa takdir harus seperti ini? Aku sadar hal itu karena aku selalu mengikuti takdir. Aku benci ditinggalkan, tapi nyatanya aku meninggalkan.” Baekhyun memeluk tubuh Hyuna dari belakang. Pelukan ini adalah pelukan hangat yang selalu dia rindukan.
“Aku selalu ketakutan. Apakah Oppa sudah melupakanku. Bahkan aku pernah menangis karena berpikir bahwa kita tidak akan pernah bertemu sampai aku mati nanti.” Hyuna menggelengkan kepalanya lalu mengusap air mata yang terjatuh.
“Kau tahu hal lain? Setiap hari aku selalu memikirkanmu. Ayah dan ibuku berulang kali mencoba untuk menjodohkan diriku dengan perempuan lain. Tapi aku tidak pernah menerimanya. Sekaya, secantik, sepintar, dan seberapa bagusnya tubuh mereka. Aku tidak pernah berani.
“Oppa, kau tidak sedang membual ‘kan?” Hyuna berseru, hal itu membuat Baekhyun sontak menggelengkan kepalanya. Kenapa pula dia membual? Karena nyatanya Hyuna selalu berada di hatinya.
“Oh ya, apakah kau tahu apa yang terjadi dengan Kang Jin-Oh, Lee Yoon-rae, dan Pyo Tae-Jin?” Hyuna mengangguk ragu. Pikirannya ragu untuk berkata bahwa Hyuna yang membuat mereka seperti itu.
Karena merekalah, Hyuna kehilangan putranya. Mengenaskan bukan? Namun itulah takdir. Tidak ada yang namanya kebetulan. Dan balas dendam yang Hyuna lakukan juga karena takdir. Karena wanita itu tidak akan pernah bisa memaafkan mereka. Sekalipun tidak.
“Kang Jin-Oh. Dia dipaksa oleh Lee Yoon-rae. Dulu keluarga Kang tidak sekaya sekarang. Bahkan mereka sangat miskin, tetapi orang tua Yoon-rae membantu mereka. Hingga keluarga itu menjadi kaya dan memiliki banyak uang. Itulah yang Yoon-rae manfaatkan. Wanita itu, dia mengancam Kang Jin-Oh.”
Hyuna menghela napasnya pelan. Yang terjadi padanya bukanlah hal mudah. Karena demi apa pun Hyuna bahkan benci mengingat semua yang terjadi di masa lalu.
“Pyo Tae-Jin. Dia datang secara sukarela. Entah dari mana pria itu mendapatkan informasi tentang Yoon-rae. Mereka saling membantu selama bertahun-tahun. Dan dia menghilang sekarang.” Baekhyun masih diam belum menjawab.
“Lee Yoon-rae. Di rumahnya terdapat berbagai jenis narkoba, hal itu membuat Yoon-rae harus merelakan kariernya, tapi sayangnya karena banyak petisi yang menentang, dia bebas lalu menghilang.
“Kesimpulannya, aku sudah tidak peduli dengan mereka lagi. Karena aku sudah cukup membuat mereka menderita selama ini. Ya, seperti yang Oppa pikirkan, aku membalas dendam. Aku benci perasaan takut yang selalu datang. Aku benci ingatan itu, tentang malam yang seharusnya menjadi bahagia. Aku juga benci harus melarikan diri darimu.”
Baekhyun mengelus pucuk kepala Hyuna. Hal yang dulunya menjadi kebiasaan pria itu. Dia masih suka melakukannya bahkan hingga saat ini. Ternyata inilah yang terjadi. Hyuna juga benci fakta bahwa dia harus meninggalkan Baekhyun. Dan Baekhyun tidak pernah menyadari hal tersebut.
“Jangan menangis, eoh? Uri-Hyuna, adalah wanita yang kuat.” Baekhyun mengusap ujung mata Hyuna yang sudah basah. Hal itu membuat Hyuna tersentak kecil. Tidak mengerti dengan respons yang Baekhyun berikan.
Pikirnya Baekhyun akan menjauh. Namun faktanya dia semakin mendekat dan memberikan pelukan hangat kepada Hyuna. Dan seburuk apa pun Hyuna, Baekhyun tidak akan pernah bisa menyalahkannya.
•••••
Selasa, 31 Agustus 2021.
•••••
aku syuda selesai mindahin cerita ini. aku jadiin 54 part aja deh ya. kalo kayak part awal yang sekitar 63 kemungkinan nunggu ini selesai dua minggu lagi kan? biar ga kelamaan aja akunya, uda ga sabar namatin cerita ini dari dulu wkwk.
btw, semoga ga ada yang bingung sama sekali ya sampe sini. maacih lops yang udah mau mampir ke cerita ini, janlup tekan bintang di pojok kiri bawah ya <3
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY YOU? ✅
Fanfiction[END] Baekhyun tidak pernah tahu jika kesalahannya dalam satu malam membuat hidup yang ia jalani berubah total. Hyuna yang terbangun setelah hampir dua minggu terbaring di ranjang rumah sakit. Wanita itu ... mengalami amnesia. Seharusnya dia tidak l...