Typo bertebaran...
Mentari sudah mulai muncul sinarnya masuk melewati celah-celah gorden kamar yang terbuka sedikit, jam Beker sudah berbunyi menandakan waktunya bangun untuk sang pemilik kamar, namun sang pemilik kamar masih setia menutup matanya tanpa mempedulikan jam bekernya yang sudah berbunyi sedari tadi.
"Sooyoung bangun," ucap Irene yang membangunkan sang putri.
"Mom masih ngantukkk 5 menit lagi ya" jawab Joy yang masih setia menutup matanya.
"Nggak ada 5 menit lagi, ayok cepet bangun ini udah siang, nanti kamu telat nanti nyalahin mommy lagi" ucap Irene sambil membuka gordeng kamar Joy.
"Arraseo arraseo, aku mandi" Jawab Joy langsung bangun lalu berjalan ke kamar mandi.
Setelah mandi dan sarapan Joy langsung bergegas untuk pergi ke sekolahnya karena takut telat.
"Mau diantar?" Tanya Irene pada Anaknya.
"Aku sama Sopir aja Mom. Nanti kalo sama mommy kaya kemaren lagi" Jawab Joy langsung pergi dan Irene hanya terkekeh mendengar gerutuan putrinya.
***
Di koridor Seorang gadis celingak-celinguk mencari seseorang dan tak lama ia pun menemukan seseorang itu ingin melewatinya. Ya seseorang itu ialah Joy kakak seniornya.
Joy yang merasa di panggil menoleh lantas ia langsung mengubah raut wajah datarnya ketika melihat siapa orang yang memanggilnya.
"Apa?" Balas Joy dengan tatapan tak suka.
Gadis itu diam sembari memegang roknya dengan erat.
"Kalau gitu gue per-"
"Aku minta maaf."
Setelah mendengar cerita sahabatnya tentang kakak senior yg sombong ini Gadis itu terpaksa meminta maaf karena ia takut beasiswa yang dia dapat disekolah ini akan di cabut gara-gara menganggu cucu pemilik sekolah ini. Walaupun itu tidak ada hubungannya tapi tetap saja gadis itu merasa terancam mengingat beasiswa ini adalah satu-satunya peluang agar ia bisa sekolah.
"Apa katamu?" Joy berpura-pura tidak mendengar.
Gadis yang bernama Yeri itu menatap malas Kakak seniornya karena dia tahu orang diahadapannya hanya berpura-pura.
"Aku... minta maaf"
Joy mendesis. "Cih, lo membuang waktuku hanya ingin mengatakan itu?" Gadis itu mengangguk pelan.
"Aku akan melakukan apa saja agar lo, maaf. kakak, menerima maaf dari aku" Ucap Yeri terpaksa memohon.
Joy terdiam. Tatapan mata gadis itu terlihat benar-benar tulus mengatakannya dan satu lagi, ia merasa mata gadis itu seperti seseorang yang tak asing baginya.
Joy langsung kembali tersadar setelah adik tingkatnya memanggilnya.
"Hm, Kalau gue gak mau. bagaimana?"
"Yasudah," Kata gadis itu ingin pergi membuat Joy merasa jengkel di buatnya.
Joy yang dasarnya memang jail mempunyai rencana lain.
"Baiklah, kudengar kau murid beasiswa, bukan?" Balas Joy denģan nada remeh.
"Apa maumu?" Geram Yeri yang sudah emosi.
"Hmm mauku? Selama seminggu lo harus menuruti semua perintahku, Bagaimana?" Tanya Joy menyeringai membuat Yeri mengepalkan tangannya tak terima.
"Jika tidak mau, yasudah." Kata Joy meninggalkan gadis itu di tempat.