Part 57

2.3K 154 11
                                    

Irene mengelus-elus wajah pucat anaknya. Mencium pipinya beberapa kali. Aktivitas itu membuat Yerim terganggu hingga terbangun.

Enghh

"Sayang, Bangun dulu yuk. Kamu harus makan"

Samar-samar Yerim mendengarnya. Pandangannya mengerjap-ngerjap menyesuaikan hingga ketika sadar sepenuhnya Yerim menatap ibunya.

"Mau ya?"

Yeri mengangguk setuju. Memang sedari malam Yeri sudah lapar namun karena merasa mual ia tidak berani memakan apapun.

"Arraseo, tunggu sebentar. Mommy ambilkan dulu"

Setelah kepergian Sang Mommy Yerim memilih bangkit lalu duduk di sisi ranjang. Menatap tangan kanannya yang masih dipasang infus.

Helaan napas terdengar. Sebenarnya Yerim tidak senang jika di infus. Namun karna semalam dirinya terlalu lemas dan tidak bisa melawan akhirnya terpaksa ia menuruti kemauan ibunya.

"Mommy menyebalkan" gumam Yerim kesal.

Setiap bangun tidur Yerim pasti ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar lebih segar. Kali ini ia agak kesusahan melakukannya karena tangannya terpasang infus. Terpaksa ia harus membawa tiang infus itu ke dalam kamar mandi.

Dengan hati-hati ia pun berjalan sembari membawa tiang infus. Ketika sudah sampai Yerim menutup pintu kamar mandi lalu menyalakan keran air yang ada di wastafel. Kedua tangannya menampung air lalu mengusapnya ke muka. Ringisan kecil terlontar karena mengangkat tangan kanannya yang di infus hingga merasakan sakit.

"Ah segarnya" ucapnya senang.

"Yerim!!"

"Mommy, ada apa?" Tanya Yerim yang melihat ibunya.

"Yak! Kau membuat Mommy khawatir!" kesal Irene

"Memangnya kenapa?"

Irene sangat khawatir tadi. Jantungnya hampir copot karena tidak mendapatkan putrinya di kamarnya. Karena mendengar suara air Irene bergegas ke kamar mandi dan langsung mendapatkan putrinya tengah berdiri melamun menatap cermin.

"Mommy sedari tadi panggil kamu. Kenapa tidak menyaut, huh?"

Yerim nampak bingung. "Memangnya Mommy panggil aku ya?"

Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan ya perlahan. Irene tidak boleh emosi saat ini.

"Iya sayangku~ tapi kau malah asik melamun hm" gemes Irene ingin mencubit pipi Yerim.

"Maaf"

"Ya, Mommy maafkan"

Merangkul bahu Yerim lalu membantu membawakan tiang infusnya untuk kembali ke kamar.

"Mom kapan infus ini di lepas?"

"Sebentar lagi, tunggu dokter ya"

Memang sebelumnya Irene sudah menghubungi dokter untuk segera datang dan melepas infusnya.

"Mom"

"Ya?"

"Soal Olimpiade, bagaimana?" Tanya Yerim memastikan.

Yerim berharap ibunya mengijinkan. Dirinya sudah berkhayal ibunya mengijinkan lalu menang juara dan mendapatkan hadiah yang menjadi impiannya.

"Mommy belum pikirkan. Rasanya...berat bila berjauhan denganmu"

Setelah sampai di ranjang Yerim langsung duduk disisinya. Menghela napas karna alasan ibunya lagi-lagi seperti itu.

"Mom aku ikut saja ya?"

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang