Membuka mata lalu mengerjap untuk menyesuaikan. Yang pertama ia lihat atap yang berwarna putih.
"Kau sudah bangun?"
Irene yang melihat putri bungsunya membuka mata langsung menghampiri dan duduk di sisi brangkar
"Mau apa hm?" Tanya Irene mengusap lembut wajah putrinya.
Disana, Brangkar Yerim sudah dikelilingi oleh Irene serta kedua kakaknya. Wendi dan Yoona pamit pulang karena ada kerjaan yang harus di selesaikan.
Yerim melirik kakak sulungnya. Sedangkan Seulgi yang merasakan hal itu gelagapan. Menyadari akan kesalahannya. Adiknya pasti risih akan keberadaannya.
"Ah itu, Mom aku keluar dulu" ucap Seulgi mundur satu langkah dari sana.
Irene mengangguk saja dan setelah itu Seulgi bergegas pergi dari sana. Dengan sengaja ia menarik Joy agar ikut dengannya. Joy yang tiba-tiba di tarik Memekik terkejut. Menatap kesal kakaknya.
"Kau pasti lapar kan, kajja kita ke kantin" Ujar Seulgi menarik adiknya untuk keluar.
Setelah kepergian kedua putrinya Irene kembali menatap Yerim. Dilihatnya Yerim tengah menatap pintu. Dapat dipastikan Yerim juga ikut melihat kepergian kedua kakaknya.
"Say--"
Belum sempat Irene berbicara Yerim sudah memotongnya.
"Aku mau pulang" lirihnya
Irene menggeleng. Tidak menyetujui permintaan putri bungsunya.
"Tidak, kau masih sakit!" Tegas Irene.
Walaupun hasil CT scan Yerim belum keluar tetap saja, Irene masih ingin putrinya untuk dirawat. Alasannya, ia takut Jika Yerim mendadak merasakan sakit apalagi memuntahkan darah seperti tadi.
"Yang lain saja ya?" Tawar Irene.
Yerim hanya diam dan tidak menanggapi. Dia tidak ingin apa-apa kecuali pulang. Alhasil dirinya memilih diam menatap lurus ke depan.
Irene menghela napas lalu mengenggam tangan putrinya. Mengelus dengan lembut dan membiarkan Yerim dengan keterdiamannya karena mungkin saja Yerim masih marah dengan merekà.
Memikirkan soal tadi, Irene menjadi khawatir jika terjadi sesuatu pada putri bungsunya. Dokter bilang jika terjadi benturan pada kepala Yerim hingga harus dilakukan pemeriksaan lanjutan. Dirinya yakin jika benturan tersebut akibat dari kecelakaan putrinya kemarin.
Jika mengingat kecelakaan putrinya Irene jadi merasa bersalah. Karena kelalaiannya putri bungsunya harus terjadi seperti ini. Terbaring lemah di rumah sakit dengan infus yang terpasang.
"Baby, maaf" lirih Irene mencium lembut telapak tangan itu.
Yerim yang merasakan tangannya basah menoleh. Di lihatnya Irene yang sudah meluruhkan air matanya.
"Mom, kenapa? Kenapa nangis?" ucap Yerim menghapus air mata di pipi Irene.
"Mian aku tidak bermaksud..."
"Tidak, Jangan meminta maaf" ucap Irene menggeleng.
"Mommy yang salah disini. Mommy malah membiarkan kakakmu mengurungmu. Karena kelalaian Mommy kamu jadi seperti ini"
Tangan yang berada di genggaman Irene di tarik paksa oleh Yerim. Dirinya tidak ingin mengingat hal itu lagi. Ada rasa kecewa di hatinya ketika keluarganya melakukan hal itu.
"Geura Mommy mengerti" Ucap Irene mengusap sisa air matanya lalu terseyum getir. Mengerti jika putrinya memang marah pada mereka.
"Kalau begitu, Mommy pergi dulu"
