Kedua wanita yang berbeda umur itu berlari sekuat tenaga untuk menghindari anak buah Sojung yang kini mengejar mereka. Langkah - langkah kaki yang cepat itu menelusuri lorong yang gelap untuk mencari jalan keluar agar mereka dapat selamat dari gedung yang sudah tua itu.
Dengan tangan yang masih memegang erat tangan putrinya, Sesekali Irene menoleh kebelakang untuk melihat beberapa orang yang mencoba mengejar mereka. Ia bersyukur karena orang-orang suruhan itu sudah berada cukup jauh dari mereka. Tapi Irene tetap tidak menghentikan larinya karena Ia takut pria-pria berbaju hitam itu kembali menangkap mereka.
"Tunggu dulu" Ujar Yerim dengan napas yang memburu. Dirinya yang sudah tidak kuat berlari pun terpaksa menghentikan langkahnya dan membuat Irene Juga berhenti.
"Aku lelah, Mom" lanjut Yerim dengan kedua tangannya yang menumpu pada lututnya.
"Tidak-tidak kau tidak boleh lelah!"
Irene menggeleng cepat. Kali ini ia bersikap egois karena demi keselamatan mereka berdua. Putrinya tidak boleh lelah walaupun ia juga tahu kondisi putrinya. Karena Jika iya, mereka akan kembali di tangkap oleh orang suruhan Sojung.
"Tapi Mom, aku sudah tidak kuat lagi" Ucap Yerim dengan wajah yang sudah basah karena keringat.
Irene mengedarkan pandangannya mencari sesuatu agar mereka bersembunyi. Keberuntungan berpihak padanya karena ia dapat melihat sebuah pintu yang ia yakinkan itu adalah pintu keluar.
"Yerim-ah, Mommy tau kau sudah lelah. Tapi lihat, disana ada pintu. Mommy yakin itu pintu keluarnya. Kamu masih kuatkan untuk berlari kesana?"
Yerim mendongak untuk melihat pintu itu. Dengan mantap ia pun akhirnya mengangguk sebagai Jawaban. Irene yang melihat itu Dengan cepat kembali menarik lengan putrinya dan berlari ke arah pintu itu.
Sesampainya di depan pintu Irene mendengar suara langkah kaki yang berlari mendekat dan tak lama ia dapat melihat beberapa suruhan Sojung yang berlari kearah mereka. Irene panik, dengan cepat ia menyuruh putrinya untuk terlebih dahulu keluar dengan dirinya yang akan menyusul.
"Ayo cepat!" Suruh Irene pada Yerim dengan pandangannya yang masih kearah lorong untuk melihat orang suruhan Sojung yang sebentar lagi akan sampai.
Ketika putrinya sudah berhasil keluar, buru-buru Irene melangkah ke arah luar dan akan menyusul putrinya yang sudah keluar. Tapi tiba-tiba...
Dorr
Irene mematung ditempat. Tak sengaja matanya melihat pria berbaju hitam keluar dari semak-semak dengan sebuah pistol ditangannya.
Tak jauh dari sana, Irene juga melihat putrinya yang berdiri membelakanginya dengan tangan yang memegang perut dan tak lama tubuh putrinya tiba-tiba terhuyung kebelakang membuat Irene berteriak panik
"Andwe!!!"
Sebelum tubuh putrinya yang akan ambruk dengan cepat Irene berlari dan langsung menahan tubuh putrinya yang akan jatuh.
"Andwe! Yerim! Putriku!" Irene panik setengah mati melihat perut kanan Yerim mulai mengeluarkan darah yang cukup banyak.
"M-mom" lirih Yerim yang merasakan tekanan di perutnya.
"Sayang, mana yang sakit hm? Bilang sama Mommy" Ucap Irene dengan suara yang bergetar karena sudah sangat ketakutan sekarang.
"I-ini" tunjuk Yerim pada perutnya.
Air matanya luruh begitu saja ketika putrinya berucap dengan terbata seperti menahan sakit. Ia pun terisak tidak tega dengan kondisi putrinya.
"Tahan, ya! Mommy akan membawamu kerumah sakit" ucap Irene di tengah isakannya sembari mengelus wajah putri bungsunya yang tengah terluka parah itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/217132800-288-k352699.jpg)