Typo bertebaran...
Yerim terbangun dari tidurnya begitu merasakan guncangan di tubuhnya. Gadis itu pun mengucek kedua matanya dan menatap pada sosok ibunya yang sudah mengenakan pakaian rapi. Wajah ibunya terlihat begitu cantik dengan senyuman manisnya.
Yerim membalasnya dengan senyum tetapi kemudian senyumnya luntur ketika mengingat percakapan dirinya juga ibunya yang membahas tentang kejadian lima belas tahun yang lalu yang merenggut nyawa ayahnya.
Sedih, Pasti. Bagaimana pun juga Yerim masih membutuhkan sosok ayah yang selama ini ia rindukan. Tetapi, ia harus bersyukur karena masih memiliki ibu yang sayang padanya. Tidak seperti adik-adiknya di panti, mereka dibuang atau dititipkan oleh orang tuanya sendiri tanpa ada rasa kasihan.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Irene melihat putrinya melamun.
"Nee, M-mom" Balas Yerim yang masih belum terbiasa memanggil sebutan ibunya.
"Yasudah, Sekarang mandilah. Kau ingin bersekolah kan?"
Yerim pun tersadar. Bagaimana bisa ia melupakan sekolahnya itu. Ia pun langsung terduduk lalu melihat kearah jam yang tertempel di dinding kamar menunjukan pukul 6.30 yang berarti masih ada tiga puluh menit lagi untuk bersiap.
"Ah, aku akan terlambat" Ucap Yerim cemas Karena biasanya Yerim akan berangkat satu jam sebelum gerbang sekolah ditutup. kemudian dengan tergesa ia bangkit ingin pergi ke kamar mandi.
Irene terkekeh dengan wajah cemas putrinya yang terlihat menggemaskan baginya.
"Jangan buru-buru sayang, kau tidak akan terlambat." peringat Irene pada putrinya. Jika pun terlambat itu tidak masalah karena sekolah itu milik mertuanya yang bisa masuk kapan pun. Ya, Joy sudah memberitahu jika Yerim sekolah dengannya.
Tak lama Irene melihat putrinya berbalik dan menghampirinya dengan wajah panik.
"Mom, Gawat!!"
"Ada apa?"
"Seragamku?!"
Irene tertawa mendengar kepanikan putri bungsunya. Ia tahu putrinya pasti mengingat jika seragamnya berada di panti. Akan tetapi Irene sebagai Ibu yang baik, ia menyuruh orang untuk membeli seragam sehingga Irene tidak susah payah mengambil Seragam itu dari panti dan ia juga luoa belum memberitahu putri bungsunya itu.
"Tenang lah, Mommy sudah menyiapkannya." Tenang Irene mengusap bahu putrinya.
"Tapi..."
"Sst, Mandilah dulu. Nanti bisa2 kau terlambat hm" Kata Irene sembari mendorong putrinya untuk mandi.
"Baiklah"
"Mandinya tidak usah terburu-buru Ne?" Teriak Irene ketika putrinya sudah masuk ke kamar mandi.
***
Sarapan kali ini terasa berbeda tidak seperti biasanya. Lihat lah, Irene yang sedari tersenyum karena melihat keluarganya yang kembali lengkap dengan adanya putri bungsunya. Walaupun tidak ada suaminya tetapi dengan lengkapnya ketiga putrinya, Irene sangat bahagia sekarang.
"Makan yang banyak nee? Kau terlihat kurus sekali"
Ditengah kunyahannya Yerim mengangguk. Ini pertama kalinya dirinya melakukan sarapan karena sebelum-sebelumnya ia langsung berangkat sekolah dan tidak sarapan. Apalagi nasi goreng buatan Ibunya sangat lezat di mulutnya membuat dirinya dengan lahap memakan buatan ibunya itu.
"Kau benar Mom, Dia seperti Manusia tengkorak." Saut Joy dengan santai.
Yerim mendelik tajam kakak keduanya itu. Dirinya masih kesal dengan kejadian kemarin yang tiba2 membawa paksa dirinya tanpa belas kasihan dan ditambah sekarang yang dengan santai mengatainya membuat dia tambah kesal dengan Joy kakak kandungnya.
