"Sebenarnya apa yang terjadi, Huh?" Tanya Sinb sambil memakan snack yang sempat di belinya di kantin.
Mendadak di pelajaran kedua Yerim meminta Sinb untuk mengantarnya ke UKS. Awalnya Sinb menolak tapi ketika Yerim memperlihatkan luka di area tubuhnya Sinb tak segan langsung mengantar Yerim untuk mengobati lukanya hingga akhirnya keduanya membolos di pelajaran kedua hingga jam istirahat.
"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja ada mobil yang tidak sengaja menabrakku ketika aku ingin menyebrang" Jelas Yerim sambil meniup tangannya yang terasa perih setelah di beri salep tadi.
"Aish dasar ceroboh! Lain kali kau tidak boleh menyebrang lagi dan kalau pun ia kau harus bersamaku, arraseo?" Mendadak Sinb seolah menjadi seorang kakak yang memarahi adiknya.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Yerim jika ingin menyebrang tanpa melihat kanan kiri dan langsung berjalan sesuka hati. Sinb sudah hapal itu.
Yerim hanya berdehem saja. Mendadak kepala Yerim merasa pening dan memilih tidak mengatakannya pada Sinb. Tak lama kemudian suara pintu terbuka paksa
"Yerim!"
Yerim juga Sinb sontak menoleh ke arah pintu. Mereka terkejut ketika mendapati seorang wanita yang terlihat cemas menghampiri Yerim yang terduduk di ranjang.
"M-miss" lirih Yerim pelan.
Mata Yerim langsung menatap Sahabatnya. Tatapannya tajam seolah bertanya
Sinb yang ditatap pun dengan cepat menggeleng tidak tahu dengan kedatangan guru seninya yang datang tiba-tiba.
"Ya ampun Yerim kamu gapapakan? Ini kenapa tangannya terluka?" Tanya Jennie yang khawatir dengan Putri rekan kerjanya.
Saat pelajarannya berlangsung, ia tidak mendapati kedua muridnya di kelas. Sudah bertanya pada teman-temannya tapi tidak satupun ada yang tahu hingga salah satu murid tiba-tiba saja mengatakan jika mereka berdua ada UKS karena Yerim terluka dan itu membuat ketika pelajaran berakhir Jennie langsung pergi ke UKS untuk memastikan dan benar saja mereka ada disana.
"Ya, aku baik-baik saja" Balas Yerim tersenyum paksa.
Sungguh ia akan merutuki orang yang sudah memberitahu keberadaanya. Bagaimana tidak, ia sudah berpesan pada Sinb agar tidak ada yang tahu tapi apa? Jennie malah mengetahuinya. Apalagi Jennie dekat dengan ibunya, bisa gawat nanti.
Sinb sudah kalang kabut. Mengigit bibirnya karena takut. Takut Yerim marah padanya. Sungguh ia benar-benar tidak tahu dengan kedatangan Jennie. Siapa yang sudah memberitahunya? Pikir Sinb.
"Oh, Shit!"
Sinb menggeram ketika mengingat sesuatu. Menyadari pada satu orang yang tadi melihat mereka. Ya, itu Lisa.
Mengepalkan tangan dengan kuat."Awas kau lisa!" Teriaknya dalam hati.
"Lebih baik kau pulang saja Yerim, biar Miss yang urus surat perizinanya" Jelas Jennie menyuruh pulang Yerim.
"Tidak!"
Jennie mengeryit "kenapa?"
Yerim menatap Sinb panik. Tidak ingin keluarganya khawatir akan keadaanya.
Sinb yang ditatap pun ikut panik. Bingung harus menjawab apa."Miss aku mohon jangan beritahu Mommy" Mohon Yerim menatap melas Jennie.
Jennie menggeleng. Menatap nanar Yerim
"Maaf, Tapi Miss sudah menghubunginya"
Terlambat sudah. Yerim harus menerimanya. Rasanya ingin menangis sekarang. Beberapa menit lagi Irene pasti datang menemuinya.