Part 27

1.5K 172 28
                                    

Typo bertebaran...

Dua hari berlalu, kondisi Yerim berangsur membaik tapi dirinya masih betah untuk menutup mata hingga tanpa sadar sekarang ia sudah di pindahkan ke ruang rawat yang sudah disiapkan.

Di ruangan itu, hanya ada Irene yang menjaga, sementara yang lainnya melakukan aktivitas seperti biasanya. Irene baru saja keluar dari arah toilet dan akan kembali duduk sambil menunggu putrinya sadar.

"M-mom"

Irene mematung saat mendengar suara lirihan itu dia lari kearah putri bungsunya dan melihat mata Yerim yang tertutup mengeluarkan air mata. Tanganya langsung menggenggam tangan Yerim.

"Hei, kau bangun? Kau memang hebat, ayo buka matamu, Sayang" pinta Irene sambil mengecup tangan itu berkali - kali.

Menangis haru, Ia senang putrinya kembali karena selama dua hari ini Irene di landa perasaan takut, takut putrinya tidak kembali dan meninggalkannya.

Kemudian Irene merasakan Yerim meremas tangannya lemah, Irene panik dan langsung menekan tombol yang ada didekat ranjang.

Dua menit dokter dan dua perawat datang.

"Mundur sebentar, nyonya" kata salah satu perawatnya.

Irene mau mundur tapi tangannya tidak bisa lepas dan dokter itu melihat Irene berusaha buat melepas tangannya,

"Biarkan saja!" kata Dokternya sambil kembali mengecek kondisi Yerim.

Dokter itu melepas selang oksigen di mulut serta hidung Yerim dan mengecek kembali jantungnya dan ternyata sudah normal.

Tak lama Yerim membuka matanya perlahan

"Bagaimana ada yang sakit?"
tanya Dokter itu.

Yeŕim mengangguk dan memegangi perut bagian kanannya

"Tidak apa nanti juga gak sakit lagi, kamu jangan banyak gerak dulu." Yerim mengangguk dengan lemah.

Setelahnya Dokter itu selesai memeriksa keadaan Yerim.

"Putriku baik-baik saja kan, dok?" Tanya Irene pada dokter itu.

Dokter itu tersenyum lantas menjawab

"Nee, Sebaiknya Putrimu tidak usah banyak gerak dulu karena memang Jahitannya belum sepenuhnya kering" Jawab Dokter itu menenangkan.

Irene mengangguk "Terimakasih, dok"

"Hm, kami permisi" ucap Dokter itu lalu pergi dari sana diikuti dua perawat.

Setelah kepergian mereka Irene beralih menatap putrinya yang juga menatapnya.

"Kenapa?"

"Minum" Lirih Yerim dengan suara seraknya.

Dengan cepat Irene mengambil segelas air dari nakas lalu memberikannya pada Yerim. Perlahan ia membantu Yerim untuk meminumnya.

"Pelan-pelan" Peringat Irene pada Putrinya yang sepertinya sudah tidak sabar.

"Gomawo"

Irene tersenyum lalu mendudukan dirinya dikursi yang sudah berada disamping ranjang. Tak lupa tangannya kembali menggenggam tangan putrinya.

"Terimakasih, kau kembali pada Mommy" ucap Irene sembari mengusap lembut tangan putrinya.

Yerim tersenyum tipis. Suara tembakan itu masih terekam jelas di kepalanya. Dengan tiba-tiba, peluru itu melesat tepat di perut kanannya membuat dirinya hampir saja kehilangan nyawa dan berakhir ditempat ini. Ia Jadi trauma jika mengingatnya.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang