Pagi-pagi sekali Irene sudah pergi dari rumah. Pekerjaanya masih banyak, jadi ia harus segera menyelesaikannya apalagi dirinya memegang dua profesi sekaligus.
Beruntung juga ia sudah berpamitan dengan kedua putrinya, Joy dan seulgi dan belum sempat memberitahu Yerim karena Yerim masih tertidur gara mengurusnya semalam.
Joy baru saja turun dan ingin melakukan sarapan. Matanya mencari seseorang yang tidak ada disana.
"Kemana anak itu?"
Meneguk minuman itu hingga tandas lalu Meletakan gelas yang tadi di minum lantas menatap adiknya. Mereka tengah sarapan berdua saja.
"Siapa? Yerim?" Tanya Seulgi
Tanpa menjawab pun Seulgi sudah tahu. Berpura-pura tidak tahu hanya untuk memastikan bahwa adiknya memang masih peduli dengan Yerim.
"Hm"
Joy hanya berdehem saja. Masih gengsi untuk mengatakannya. Semalam joy tidak bisa tidur nyenyak karena terus memikirkan perkataan kakaknya. Tetapi Setelah berfikir hampir semalaman akhirnya Joy memutuskan untuk memperbaiki hubungannya dengan Yerim.
"Dia masih di kamar, memangnya kenapa?"
"Ani"
Seulgi tertawa mendengarnya. Adiknya ini benar-benar memiliki gengsi yang tinggi melebihinya.
"Baiklah, tunggu sebentar. Biar Unnie panggilkan" putus Seulgi bangkit dari duduknya dan akan pergi tetapi tiba-tiba
"Biar aku saja" Ujar Joy yang mendahului dan langsung pergi dari sana. Seulgi yang melihatnya pun di buat melongo. Setelah menyadari ia pun terkekeh lantas duduk kembali menunggu kedua adiknya turun.
"Wae?" Tanya Seulgi heran. Baru dua menit Seulgi duduk tiba-tiba Joy sudah kembali dengan wajah tanpa ekspresi.
"Unnie berbohong, dia tidak ada dikamarnya" kesal Joy pada Seulgi.
Seulgi menepuk dahinya pelan. Ia lupa beberapa menit lalu Yerim sudah berpamitan dengannya.
Mianhae Unnie lupa. Yerim memng sudah berangkat beberapa menit yang lalu
***
Disisi lain Yerim baru saja turun dari bus. Tepat di tempat dirinya turun ia dapat melihat di sebrang sana terdapat gedung yang menjulang tinggi. Ya gedung itulah yang menjadi tempat tujuaannya sekarang.
"Ah Syukurlah, masih ada waktu" gumamnya setelah melihat jam di tangannya.
Kemudian dengan segera Tanganya merogoh saku lalu mengambil ponsel dari sana. Menghubungi seseorang yang sudah berjanji akan menunggunya.
"Imo, ini aku" ucap Yerim setelah telepon itu tersambung.
"aku sudah di depan, Imo dimana?"
"Ne?"
"Arraseo aku akan kesana" Setelah teleponnya terputus Yerim langsung menyimpan ponsel itu lalu segera menyebrang setelah lampu hijau itu menyala.
Namun tak disangka dari kejauhan sebuah mobil melaju seperti ingin melanggar lalu lintas dan Yerim tidak tahu itu.
Kakinya baru tiga langkah menapaki jalan, tiba-tiba Yerim merasakan sesuatu yang menghantam tubuhnya cukup keras hingga ia tak siap pun langsung terhempas ke sisi jalan.
Brakk
Orang-orang yang juga berada disana ikut terkejut melihat seorang gadis yang tertabrak mobil. Naasnya pelaku penabrakan langsung kabur.
"Oh yampun, kenapa aku ceroboh sekali," Kata Yerim merutuki kesalahannya yang tidak melihat kanan kiri.
Menghembuskan napas panjang, Yerim berusaha bangkit. Namun kakinya tiba-tiba melemas ketika ingin berdiri alhasil ia kembali jatuh dan terduduk di aspal.
