Menikmati angin malam, Yerim duduk di sisi kolam dengan kaki yang turunkan ke dalam air.
"Ehh"
Yerim tersentak ketika merasakan tangan seseorang memeluknya dari belakang. Melepas paksa tangan yang memeluknya erat karena tidak bisa melihat orang yang memeluknya.
Setelah terlepas Yerim berbalik dan mendapati wanita yang telah melahirkannya. Dirinya langsung bangkit dan mengangkat bahu ibunya agar ikut berdiri dari sebelumnya yang berjongkok
"Mommy"
Menatap sayu Yerim lalu kembali memeluk erat putri bungsunya hingga Yerim yang tak siap sedikit terhuyung ke belakang.
"M-mom" lirih Yerim yang kesusahan bernapas karena Irene terlalu erat memeluknya.
"Mianhae"
Bersamaan dengan itu, Irene sedikit melonggarkan pelukannya. Tapi masih enggan untuk melepaskan Yerim.
Satu kata yang keluar dari mulut Irene mampu membuat Yerim terdiam. Tidak mendapat balasan dari sang anak Irene kembali berucap
"Mianhae, Mommy sudah menyakitimu"
Memejamkan matanya singkat dan sedikit meremas Pakaian Irene, Yerim tidak sanggup mendengar ibu kandungnya kembali membahas kejadian pagi tadi. Masih terekam jelas dimana ibunya menamparnya.
"Mommy menyesal"
"Kamu boleh marah"
"Kamu boleh pukul Mommy"
"Maafkan Mommy hiks hiks"
Dapat Yerim rasakan bahunya basah karena tangisan ibu kandungnya. Dirinya merasa bersalah karena sudah membuat ibunya menangis. Menghela napas lalu melepas pelan pelukan ibunya.
Terlihat gurat lelah yang nampak di wajah Irene. Tak lupa dengan matanya yang sembab karena menangis. Tangan Yerim terulur untuk menghapus air mata yang menggenang dipelupuk mata Irene. Sebesar itukah ibunya menyesal karrna menamparnya?
"Mommy tidak salah" Ucap Yerim pelan
"Aku memng pantas mendapatkannya karena aku salah, Mom" lanjut Yerim sembari tersenyum guna menenangkan Ibunya yang menangis
Irene menggeleng cepat. Tidak seharusnya kesalahan di balas dengan kekerasan fisik. Ibu macam apa yang tega melakukan hal itu.
"Tapi tidak seharusnya Mommy menamparmu" balas Irene yang sudah tenang karena tangisnya.
"Gwencha, aku baik baik saja ko" balas Yerim tersenyum.
"Apa masih sakit?" Tanya Irene mengusap lembut pipi kanan Yerim
"Ani, aku sudah bilang aku baik baik saja, Mom" Irene tersenyum lega lalu mengecup singkat pucuk kepala Yerim.
Setelah dirasa benar-benar tenang, Yerim berkata
"Wajah Mommy pucat, Mommy tidak sakit kan?"
Irene menggeleng tersenyum. walaupun setelah pulang tadi ia merasakan pening ia tidak mengatakannya karena tidak mau putrinya khawatir. Tapi Senang karena di perhatikan Yerim.
"Yasudah, lebih baik kita masuk kedalam" ajak Yerim menarik Irene agar cepat masuk.
"Oiya kamu ngapain malam-malam begini diluar?" Tanya Irene sembari mengikuti langkah putri bungsunya.
Tidak. Aku tidak ngapa-ngapain hehe.
***
"Joy, Unnie masuk ya?" Joy hanya berdehem saja. Karena di larang pun Seulgi akan tetap masuk.