Part 49

1.1K 140 14
                                    

Di publish ulang karna salah ngasi part^_^

"Bae Johyoun, nama yang bagus"

"Hm terimakasih"

"Boleh aku memanggilmu dengan nama Johyoun?" Tanya Sehun.

Mereka memang seumuran. Hanya saja Irene sudah menikah dan memiliki anak. Sedangkan Sehun sebaliknya. Entah apa alasannya dirinya belum juga menikah sampai saat ini.

"A-ah tentu saja, terserahmu saja." balas Irene merasa canggung.

Sehun pun tersenyum mengangguk.

"Begini, mengenai keadaan putrimu dia memang mengalami trauma"

Sehun menjelaskan secara rinci trauma apa yang di alami Yerim saat ini. Dia juga menjelaskan bagaimana cara agar Yerim tidak terlalu larut dalam traumanya. Memberikan pencegah agar trauma itu tidak semakin parah. Karena bagaimana pun juga jika tidak segera di obati maka bisa-bisa Yerim akan kehilangan jati dirinya jika trauma itu Terus bersarang di dalam tubuh Yerim.

Irene yang mendengarnya pun hanya bungkam. Tidak bisa berkata apapun lagi. Bahkan air matanya sudah mengalir sejak awal Sehun menjelaskan. Sakit, pasti. Karena Yerim adalah darah dagingnya sendiri. Merasa tak habis pikir kenapa harus putrinya yang mengalami itu? Kenapa tidak dirinya saja? Sungguh ia merasa sesak saat ini.

"Selain itu, sepertinya putrimu menyembunyikan sesuatu" jelas Sehun yang membuat Irene penasaran.

"Menyembunyikan apa?"

"Saya tidak tahu, yang pasti dokter Yerin bilang ia menemukan beberapa bekas lebam di perutnya. Saya yakin jika putrmu menyembunyikan sesuatu"

Dokter Yerin ialah dokter umum yang pertama kali menangani Yerim sekaligus memberitahu Sehun pada Irene.

"Astaga" kaget Irene menutup mulutnya. Tidak menyangka selama ini putrinya menyembunyikan sesuatu hanya seorang diri.

"jika memang putrimu bisa menceritakannya lebih detail maka saya bisa memulai pengobatannya, tapi..."

"Wae? Tapi apa?"

Sehun menghela napas kasar.

"Tapi jika memang putrimu tidak mau menceritakannya semua maka kita harus bersabar menunggu" balas Sehun pelan.

"Sampai kapan?"

"Sampai Yerim benar² mengatakannya"

"Tapi tenang saja, saya pasti membantumu agar Yerim mengatakannya yang sebenarnya."

Irene mengusap air matanya lalu tersenyum tipis.

"Gomawo"

"Ne, sudah menjadi kewajiban saya untuk membantumu"

***

"Yerim, ini untukmu"

Seulgi menyodorkan beberapa cokelat yang baru dibelinya pada adik bungsunya. Ia sengaja membeli itu karena ingin memberi sedikit hadiah untuk adiknya.

Yerim yang menerima itu pun langsung berbinar. Senang karena bisa kembali memakan cokelat lagi walaupun sedang sakit.

"Ini, ini juga" Ucap Wendi yang tak kalah saing dengan Seulgi.

"untuku?"

"Ne, untukmu"

Wendi memberikan tiga susu kemasan kesukaan Yerim membuat Yerim kembali berbinar sekarang.

"Gomawo unnie, imo" ucap Yerim dengan tersenyum.

Seulgi dan Wendi mengangguk tersenyum. Mereka senang karena kembali melihat Yerim tersenyum lagi walau terlihat dari wajahnya yang masih pucat.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang