Part 44

1.1K 144 22
                                    

"Katakan kenapa tidak langsung pulang? Hah!"

Sopir itu menunduk takut. Dihadapannya Irene tangah menatap tajam dirinya. Baru pertama bekerja sudah di marahi saja oleh majikannya membuat dirinya sudah berniatan untuk mengundurkan diri saja.

"Mommy jangan memarahinya?!" Ucap Yerim menatap kesal ibunya.

"Diam! Kamu tidak usah ikut campur!"

Yerim mendengus. Tidak terima jika sang sopirnya saja di marahi dan tidak dengan dirinya.

Kembali pada Irene yang menatap tajam sopir itu.

"Kenapa diam? Jawab!" Marah Irene.

"I-itu nyonya, t-tadi. Tadi No--"

"Paman itu tidak tau jalan pulang Mom, jadi kami tersesat" ujar Yerim memotong ucapan sopirnya.

Sedangkan sang sopir itu melotot terkejut dengan ucapan Yerim. Ia menatap Yerim dan Yerim malah menatapnya dengan tatapan memohon.

"Bohong! Kau berbohong! Mana mungkin dia tidak tahu jalan" Ucap Seulgi tak percaya.

"Aku tidak berbohong. Di perjalanan aku tertidur dan ketika bangun paman itu kebingungan mencari jalan hingga tersesat. Benarkan Paman?" Tatapan mereka pun beralih pada sang sopir yang tengah menunduk takut.

"Ahjussi, apa itu benar?" Tanya Irene.

"N-ne, itu benar Nyonya"

"Astaga, kenapa bisa" gumam Irene memijit pangkal hidungnya. Benar-benar tidak menyangka dengan Sopir yang baru saja di rekrutnya.

Irene sengaja merekrut sopir karena dirinya yang bekerja di dua profesi. Jadi jika dirinya tidak bisa menjemput, Irene bisa memerintahkan sopir itu untuk menjemput kedua putrinya.

"Maafkan saya nyonya" Ucap sopir itu membungkuk meminta maaf.

"Paman jangan seperti itu, ini bukan sepenuhnya salah Paman" bela Yerim merasa menyesal membohongi keluarganya.

***

Sudah tiga hari lamanya Yerim tak kunjung menemukan keberadaan Sinb juga Yuju. Dua hari yang lalu juga dirinya sudah mencari kerumah mereka tetapi tetap saja, ia tidak menemukan siapapun disana.

Hal itu membuat Yerim selama tiga hari ini menjadi murung dan bahkan seperti tidak bersemangat untuk bersekolah karena tidak punya teman lagi selain Sinb.

Seperti pagi ini Yerim melangkah keluar dengan gontai dengan wajah yang lesu

"Hei, nak. kau terlihat tidak bersemangat, kenapa hm?" Tanya Irene yang mengusap kepala Yerim.

Tangannya Membenarkan dasi yang tidak terpasang dengan benar lalu memasangkan ransel itu di punggung Yerim dan Yerim menurut saja.

Gelengan lemah itu membuat Irene menghela napas. Kedua tangannya memegang wajah Yerim agar Yerim menatapnya.

"Dengar kan Mommy" Irene menjeda perkataannya.

"Jika terjadi sesuatu katakan. Mommy tidak mau kamu memendamnya sendiri. Disini ada Mommy juga kak--"

"Iya Mom, aku mengerti" potong Yerim cepat.

"Hm, bagus" Ucap Irene tersenyum lalu mengecup singkat kening putrinya.

"Sekarang ayo senyum" titah Irene langsung dijawab gelengan oleh Yerim. Moodnya sedang tidak baik saat ini.

"Senyum!" paksa Irene

"Tidak mau!"

"Sayang!"

"Ah, baiklah" putus Yerim lalu menarik paksa sudut bibirnya.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang