Part 23

1.2K 162 20
                                    

Selamat membaca...

"Dimana mereka?" Cemas Seulgi yang sedari tadi bolak balik tidak jelas di ruang tamu sembari menunggu kedatangan ibu serta adik bungsunya.

"Unnie tenanglah, mereka pasti baik-baik aja"

Joy yang sedang duduk pun ikut pusing karena tingkah kakaknya. Ia Juga sama cemasnya karena sudah hampir larut malam ibu serta adiknya belum pulang juga.

Beberapa kali mereka sudah menghubungi Irene tapi tidak kunjung di angkat dan hanya ada suara operator yang terdengar.

"Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu pada mereka Joy"

Joy pun terdiam. Bagaimana pun juga ucapan kakaknya ada benarnya.

"Yasudah ayo kita cari Unnie" ucap Joy yang sudah bangkit.

"Tidak-tidak. Kita tidak boleh pergi" larang Seulgi karena ia takut ketika keluar ibunya dan adiknya datang.

"Huh, lalu bagaimana unnie?" Ucap Joy yang kembali duduk karena sudah lelah menunggu mereka. Ia pun menatap kedepan dan tak lama kemudian mengingat sesuatu.

"Kita hubungi imo saja" Ujar Joy menyadarkan Seulgi.

"Ah kau benar" Balas seulgi yang langsung membuka ponselnya lalu mengetikan nama Imonya untuk dihubungi.

"Yeoboseo" Suara wendi terdengar ketika sudah terhubung dengannya.

"Imo, aku butuh bantuanmu" ucap Seulgi menggigit bibirnya karena rasa cemasnya.

"Wae? Ada apa memangnya?" Tanya Wendi

"Imo Mommy dan Yerim sedari tadi belum pulang aku takut terjadi sesuatu pada mereka"

"Kamu sudah menghubungi mereka?" Suara wendi yang ikut panik mendengarnya.

"Sudah Imo, aku harus bagaiamana"

Imo kesana sekarang.

***

Aroma debu yang menyengat, menyambut kedua mata Irene perlahan terbuka. Awalnya dia meringis ketika merasakan kepalanya pening. Lalu saat tersadar, dia kaget karena tubuhnya terikat kuat pada kursi yang dia duduki.

"Kau sudah sadar, " Irene tersentak ketika mendengar suara itu. Menoleh ke samping kanan dan terkejut bukan main mendapati putri bungsunya yang juga dalam keadaan sama seperti dirinya.

"M - Mwo? Apa yang- "

Brakk

Pintu ruangan gelap itu terbuka. Cahaya langsung masuk melalui ruangan lain yang lebih terang saat mendapat celah cukup lebar.

Dan Irene yang tersadar itu lagi - lagi kembali terkejut melihat siapa yang sudah berdiri di hadapan mereka.

"Tutup mulutnya. Aku tidak suka kebisingan. " Ujar wanita itu dan langsung dituruti dua pria berbadan besar yang semula berdiri di belakangnya. 

"Ani-- " Belum sempat Irene berkata, mulutnya sudah dipasang selotip berwarna hitam yang cukup membuat mulutnya bungkam.

"Cukup dia saja. Gadis itu tidak perlu."

Irene menoleh ke samping kanan. Matanya langsung memanas ketika melihat Yerim masih dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi yang sama dengannya. Ingin memanggil tetap mulutnya saat ini tidak bisa terbuka karena selotip itu

"Ah lihat. Putrimu ini masih belum terbangun juga. Kira - kira apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya bangun" ucap wanita itu tersenyum sinis, membuat Irene menggeram marah.

"Ambilkan aku air" Perintah wanita itu dan tak menunggu lama, seember air sudah tersedia di samping kakinya.

Irene menggeleng kuat dengan air mata yang sudah tumpah ketika wanita itu mengangkat ember yang dipenuhi air dingin Lalu mengguyurkannya ke atas kepala Yerim. Membuat Irene  memekik tanpa suara.

Samar samar Yerim mendengar suara tawa seorang wanita. Kepalanya begitu sakit dan tubuhnya juga lemas Tapi gadis itu penasaran hingga memaksakan diri untuk membuka mata.

Aroma debu, serta dirinya yang tiba - tiba menggigil ketika dia berhasil membuka mata sempurna. Buram, tetapi Yerim yakin yang ada di hadapannya seorang wanita.

"Lihatlah gadis yang lemah ini terbangun berkatku."

Suara wanita itu tak asing di telinga Yerim sehingga gadis itu berusaha memulihkan penglihatannya.

"Bibi" tanya Yerim ketika mendapati seorang wanita yang pernah ia temui dua tahun lalu di panti dan saat itu wanita ini meminta ibu panti untuk bisa mengadopsi Yerim tapi Yerim menolak hingga wanita di depannya itu tidak lagi datang ke pantinya. wanita itu sedang menatap remeh kearah lain.

"Uri Yerim, apakah aku mengganggu tidur nyenyakmu?"

Yerim mengerjabkan matanya berkali - kali Sama sekali belum paham apa yang terjadi Sampai sebuah gumangan keras yang berasal dari samping kanannya membuat Yerim sangat terkejut.

"M-mommy?" pandangan Yerim berubah panik, ia ingat kejadian beberapa Jam yang lalu dimana ia dan ibunya di bertengkar dengan dua orang pria berbadan besar.

"Lihatlah, Rene- ya. Saat itu kau memperlakukanku sebagai sampah. Dan sekarang, aku yang akan memperlakukanmu sebagai sampah. Bahkan sebagai bonus, putrimu juga akan merasakannya." setelah berkata seperti itu, Kim so jung tertawa keras karena dulu Irene juga pernah mempermalukan dirinya di depan orang banyak.

Ya, kim so jung adalah dalang di balik semua ini. Dulu ia sangat terobsesi dengan kekayaan keluarga Suho hingga ia melakukan segala cara agar mendapatkannya. Dia juga sengaja memacari suho agar ia dapat menikah dengan Suho lalu ia mendapat bagian kekayaan dari orang tua Suho yang kaya raya itu.

Tapi naas, ketika itu Yoona ibu Suho malah menjodohkan anaknya dengan Irene. Hingga ia yang tak terima pun akhirnya membalas dendam dengan cara merusak hubungan mereka dan akhirnya membunuh suho juga menculik putri bungsunya dan membuangnya ke panti asuhan.

Dan kemarin baru saja ia telah kehilangan pekerjaannya karena ketahuan korupsi di perusahaan Yoona dan hal itu membuatnya prustasi hingga ia butuh pelampiasan dan kembali membalas dendam pada Irene.

Sedangkan Irene yang dituju, tidak memperdulikan ujaran wanita  yang sudah kehilangan akal sehat itu. Dia saat ini sungguh khawatir pada Yerim. Gadis itu terlihat sangat lemas dengan tubuh yang basah kuyup.

"Bibi apa tujuanmu menyekap kami? Apa kau kurang waras? " tanya Yerim yang tentu saja kesal.

"Mwo? Kau mengataiku gila?" tanya kim so jung dengan pancaran mata penuh amarah.

"Aku hanya bertanya," gerutu Yerim kesal

Kim so jung menggelengkan kepalanya heran Lalu mencengram rahang Yerim hingga gadis itu meringis .

"Kau sepertinya tak punya rasa takut hm?"

Plakk

Irene menjerit tanpa suara melihat tangan so jung menampar pipi Putrinya dengan sangat enteng. Tak lama, darah kembali mengalir dari sudut bibir putrinya menandakan tamparan itu sangatlah keras hingga mampu merobek ujung bibirnya.

"Lepaskan penutup mulutnya. Biarkan mereka bicara satu sama lain sebelum ajal menjemput." Ujar Kim so jung lalu berjalan keluar dari ruangan tak huni itu.

"Brengsek! So jung sialan! " Irene berteriak marah ketika selotip di mulutnya sudah terlepas. Dan dirinya semakin dikuasai amarah pintu ruangan itu ditutup. Ia pun menoleh ke arah putrinya

"Sayang, gwenchana?" tanya Irene khawatir karena putrinya sedari tadi menunduk.

"Ne" Ujar Yerim lirih dengan senyum yang dipaksakan.









Cirebon, 31 Juli 2021.

Note:
Gak kerasa mo agustus aje hm

Terimakasih yang udah mampir...

Jangan lupa vote & komen gaess

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang