Part 17

1.8K 185 23
                                    

Selamat membaca...

"Ayo Joy, bantu Mommy. Kita bawa kerumah sakit." Ucap Irene menghapus air matanya dan Joy mengangguk lalu berjongkok ingin membantu adiknya.

Yerim langsung menepis tangan Joy yang ingin membantunya. Ia tidak lupa dengan kesalahan Joy yang masih membekas dihatinya.

Joy yang dilakukan seperti itu menghela napas kasar. Bisa-bisanya disaat seperti ini adiknya masih marah padanya.

"Yer, ini bukan saatnya." Kesal Joy yang ingin marah pada adiknya.

"Joy, Sudah. Ayo sayang." Ucap Irene yang ingin membantu putrinya untuk berdiri.

Akan tetapi Yerim kembali menepisnya dan memilih untuk berdiri sendiri membuat Joy ingin berkata Kasar tetapi
Langsung ditahan oleh Irene agar Joy dapat mengendalikan emosinya.

"Kamu gapapa kan? Kita kerumah sakit yah?" Ucap Irene berusaha tersenyum pada putrinya.

Yerim mendongak kemudian menggeleng.

"Tidak perlu, aku baik-baik saja"

Irene menatap sendu putri bungsunya. Ia tahu putrinya sedang berbohong. Lihat saja, wajah Yerim yang pucat dengan sorot mata terlihat ketakutan setelah kejadian tadi yang menimpanya. Apalagi tadi ketika di telpon putrinya menangis ketakutan membuatnya menyimpulkan bahwa putrinya tidak baik-baik saja sekarang.

"Jinja?" Tanya Irene memastikan.

"Emm"

Sedari tadi joy hanya menatap malas  dengan tingkah adiknya yang membuat geram. Tak lama datanglah Wendi dengan napas yang terengah sehabis berlari.

"Mianhae, aku kehilangan jejaknya." Ucap Wendi belum menyadari keadaan mereka.

"Haish Imo, bagaimana bisa kau kehilangan jejaknya? Bagaimana Jika pelaku itu kembali mengincar Yerim, huh?" Ucap Joy pada Imonya.

"Bagaimana bisa Imo menangkapnya, jika larinya saja cepat sekali." Balas Wendi yang kesal karena dirinya sudah sangat kelelahan karena sedari tadi berlari.

Kemudian Wendi  menengok ke arah Yerim yang diam saja.

"Yerim-ah gwenchana?" Tanya Wendi yang khawatir pada ponakannya.

Yerim yang di tanya seperti itu mengangguk.

"Nee Imo, Aku baik-baik saja"

"Ah, Syukurlah" balas Wendi menghembuskan napas lega.

"Mianhae, aku sudah merepotkan kalian" Ucap Yerim merasa bahwa dirinya merepotkan mereka.

Mendengar itu Irene menghela napas lelah karena lagi-lagi putrinya mengatakan itu membuatnya kembali bersedih dan ingin menangis.

Kemudian Yerim yang berniat ingin pergi tidak jadi karena lengannya ditahan oleh Irene.

"Mau kemana? Muka kamu pucet, Kita pulang saja yah?"

"Mommy Mohon..." lanjut Irene yang sudah berkaca-kaca.

Yerim pun akhirnya mengangguk karena tidak tega melihat ibunya yang sudah berkaca-kaca.

***

"kau kenapa, huh?"

Jisoo menyenggol bahu sahabatnya  yang sedari pelajaran berlangsung hanya diam melamun tidak seperti biasanya. Mereka sedang berjalan beriringan di koridor dan akan pergi ke Perpustakaan untuk mengembalikan buku yang mereka pinjam.

"Jangan bilang kau masih memikirkan adikmu hm?" Lanjut Jisoo berhasil membuat Seulgi berhenti dan menghela napas pelan.

"Hm, kau benar Jisoo-ya" ucap Seulgi duduk di salah satu bangku disana.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang