Part 30

1.4K 162 13
                                    

Typo bertebaran

Bel istirahat pun berbunyi, para murid dikelas bersorak senang karena waktu yang dinantikan akhirnya tiba. Sudah beberapa jam mereka mengisi waktu untuk belajar di ruangan yang penuh tulisan itu membuat mereka bosan dan membutuhkan waktu untuk merilekskan otak mereka dengan beristirahat.

Guru disana pun langsung menghentikan kegiatan mengajarnya ketika mendengar bel berbunyi. Kemudian setelah guru itu keluar, barulah para murid berhambur keluar dengan keperluan mereka masing-masing.

Menatap nanar punggung sahabatnya yang pergi tanpa mengajak membuat Yerim tersakiti. Bahkan walaupun sebangku, selama pelajaran dimulai mereka saling diam seperti orang asing.

Aneh bukan? Sepasang sahabat yang dulu saling sapa bahkan sering bercengkrama kini berbeda. Salah satu diantara mereka sama sekali tidak tahu sebab itu terjadi. Karena tidak mempunyai keberanian membuat dirinya harus memendamnya.

"Yer, tidak ke kantin?"

Dijawab dengan gelengan membuat lisa mau tidak mau meninggalkan temannya itu sendirian di kelasnya.

Menghembuskan napas lelah lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja. Hanya itu yang bisa dilakukan karena menurutnya, Hari ini menjadi hari yang terburuk bagi Yerim. Tidak peduli dirinya yang melewatkan waktu istirahatnya untuk meminum obat. Ia sudah tidak ingin melakukan apa-apa sekarang.

Ekhemm

Suara deheman itu tidak mampu membuat Yerim menatapnya. Hingga deheman ketiga ia sedikit mengeraskan suaranya agar sang empu menyadari keberadaanya.

"Unnie diamlah! Aku sedang pusing" Ujar Yerim yang posisinya tidak berganti.

Pewangi di pakaian Joy itu sama dengan Yerim. Mereka sepasang kakak beradik, bagaimana mungkin Irene akan mencuci pakaian mereka dengan pewangi yang berbeda? Oleh karenanya Yerim hapal tanpa melihat wujud kakanya.

"Kau pusing?!"

"Bagaimana bisa kau melupakan obatmu?!"

"Haissh!"

"Ayo kita pulang, aku akan hubungi Mommy kesini" Panik Joy yang mendengar ucapan adiknya.

Tadi, Joy berniat ingin memarahi adiknya karena tidak mendapati Yerim di kantin. Lisa sudah memberitahunya, Jadilah dirinya langsung pergi ke kelas adiknya itu. Tapi ketika dirinya mendengar adiknya mengeluh pusing ia menjadi panik. Rasa ingin marahnya sudah tergantikan dengan khawatir pada adiknya.

"Aniya"

Karena memang Yerim sehabis menelungkupkan kepalanya dengan kedua tangannya di atas meja, membuat mata Yerim sedikit memerah dan berair ketika dirinya mendongak dan itu membuat Joy bertambah panik.

"Ya! Apakah sesakit itu?!"

"Kau bertahan ya!"

"unnie harus bagaimana?!"

Joy kalang kabut, mengigit jari-jarinya dengan bingung. Ponselnya tertinggal di kantin dan tidak mungkin ia meninggalkan adiknya. tidak tahu harus berbuat apa, ia pikir adiknya itu sangat kesakitan.

"Unnie!" Teriak Yerim menyadarkan Joy yang sedang panik.

"Waegeurae?"

"Aku baik baik saja!" Kesal Yerim

Joy menggelang. Ia tidak percaya dengan ucapan adiknya. Yerim orangnya penutup, bagaimana mungkin ia melupakannya.

"Tapi, tapi kepalamu sakit" Ucap Joy masih terlihat cemas.

"Aniya, Aku sudah bilang aku baik-baik saja, Unnie" Jelas Yerim dengan penekanan.

"Jinja?"

Yerim menghembuskan napasnya lalu mengangguk. Lantas ia kembali menelungkupkan kepalanya dengan kedua tangannya diatas meja.

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang