"Hentikan aku menyerah!"
"Jinja?"
"Ya!"
Yerim bersorak. Merasa bangga dengan Kemampuan yang dimilikinya. Sudah ia duga, dirinya tidak akan kalah melawan kakak keduanya dalam permainan terbaru di ponselnya itu.
"Aku sudah menduganya Unnie" ucap Yerim mengejek.
Joy mendengus kesal. Ia akui adiknya yang memang pintar memainkan game itu. Merotasikan mata karena jengah dengan adiknya.
"Ya aku mengakuinya"
"Bagaimana?" Tanya Seulgi yang tiba2 hadir diantara Joy dan Yerim. Dirinya tau jika kedua adiknya itu tengah bersaing.
"Seperti biasa Unnie" Jawab Yerim dengan bangga.
Menampilkan senyum lantas mengacak rambut Yerim karena bangga.
"Kau memang adik Unnie, Yerim"
"Hehe gomawo, unnie" balas Yerim.
"Oiya bagaimana dengan janjimu hm?" Tanya Seulgi pada Joy karena sebelum persaingan itu dimulai Joy memberi janji pada Yerim jika dirinya kalah.
"Ya ya Aku tau Unnie" Jawab Joy jengah karena di ejek oleh kedua saudarinya.
"Baguslah. ku harap kau tidak mengingkarinya" peringat Seulgi dan di balas anggukan oleh Yerim.
"Huh! Cuaca hari ini sangat panas ya" Gumam Seulgi mengibas-ngibas tangannya di depan muka.
"Kau benar Unnie, aku sampe berkeringat begini" saut Yerim mengode sesuatu.
Joy yang pura-pura tidak mengerti pun memilih mengambil cemilan di depannya lalu dimakan dengan santai.
"Joy bisakah ambilkan minuman buat kami?"
"Tidak!"
Joy kesal bisa-bisanya kedua Saudarinya memanfaatkan dirinya.
"Unnie ayolah" rengek Yerim memegang lengan Joy.
"Tidak!"
"Unnie kau lup--"
"Haishh, baiklah!" Menghela napas lalu pergi dari sana.
Setelah kepergian Joy, Seulgi dan Yerim bertos ria. Merasa senang dengan apa yang dilakukan Mereka pada Joy.
***
"Johyoun-ah"
Irene yang tadinya fokus pada layar macbook pun menoleh dan mendapati ibu mertuanya yang menghampirinya.
"Eomma" ucap Irene langsung menaruh macbook itu di meja lalu melepas kaca mata yang tadi dipakainya.
"Eomma, kenapa kesini?" Tanya Irene tidak menduga jika mertuanya tiba-tiba masuk keruang kerjanya.
"Seharusnya Eomma yang bertanya, kenapa kamu disini? Ini hari libur Johyoun-ah" ucap Yoona balik tanya.
Irene menggaruk tekuknya tak gatal. Bingung ingin menjawab apa karena Ucapan ibu mertuanya itu memang benar. Seharusnya di hari libur ini ia berkumpul bersama ketiga anaknya tapi apa? Dirinya malah sibuk dengan pekerjaanya itu.
"Ah itu aku hanya sedikit mengerjakan pekerjaanku" Jawab Irene
"Tapi tidak di hari libur juga kan?"
Irene menelan ludahnya gugup. Ia tidak bisa berkata apapun lagi sekarang.
"Mianhae" sesal Irene menunduk
Yoona menghela napas kembali menatap Irene
"Kau jangan terlalu mementingkan pekerjaanmu, Johyoun-ah. Kau harus ingat, Tubuhmu juga perlu beristirahat apalagi kau punya tiga putri dan mereka juga masih butuh kasih sayangmu"