"Unnie.""Hm, wae?" Tanya Seulgi yang masih memeluk dan mengusap lembut punggung adik bungsunya.
"Apa kalian benar keluargaku?"
Seulgi pun terhenyak. Ia sudah kehabisan kata-kata untuk menjelaskan bahwa Yerim adalah adik bungsunya yang hilang lima belas tahun yang lalu. Akan tetapi tetap saja, Adiknya belum mempercayai semua penjelasan darinya.
Bahkan tadi ibunya menangis histeris dan hampir menyerah menjelaskan semua itu. Tapi untungnya, Seulgi datang bersama wendi untuk menenangkan mereka yang sama-sama menangis karena perdebatan itu hingga Seulgi dan wendi memisahkan keduanya ke tempat lain dengan wendi yang membawa Irene entah kemana dan Seulgi yang menenangkan adik bungsunya di kamar Irene.
kemudian Seulgi pun melepaskan pelukannya dengan sang adik lalu tak sengaja ia melirik jam ditangannya kemudian ia pun menghela napas pasrah.
"Yeri-ya Mianhae, Unnie tidak punya banyak waktu menjelaskannya kembali karena Unnie harus berangkat ke kampus sekarang. Tapi percayalah, kau memang benar adik Unnie yang hilang. Unnie yakin kau hanya perlu waktu untuk menerimanya. Unnie pergi dulu." Jelas Seulgi lalu beranjak dari ranjang ibunya lalu pergi keluar kamar ibunya itu.
Yerim langsung bungkam mendengarnya. Karena Tak dipungkiri bahwa ucapan Seulgi ada benarnya. Dia hanya perlu waktu untuk menerima semua kenyataanya.
Kau benar Unnie.
***
Di sebuah ruangan terlihat seorang pria yang sedang duduk memegang sebuah ponsel. Ia terdiam mendapat informasi yang mengejutkannya.Bagaimana tidak, Siwon baru saja mengetahui fakta bahwa pelaku yang lima belas tahun membunuh suami serta menculik putri sahabatnya adalah orang yang sama dengan orang yang hampir menculik putri sahabat sekarang.
"Ternyata Kau..."
Dan yang paling mengejutkannya lagi ialah pelaku yang selama ini ia cari itu adalah Mantan kekasih Suho yang Iri dengan Suho juga kekayaan keluarga Suho.
Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus memberi tahu Irene sekarang.
***
Tok tok tok
Tak lama suara pintu terbuka membuat Yerim mengalihkan pandangannya pada pintu kamar.
Terlihat seorang wanita yang menunduk sembari berjalan ke arah ranjang dengan nampan yang berisi makanan ditangannya.
Wanita itu berniat mengantarkan makan untuk putrinya sekaligus ia ingin melihat keadaan putrinya yang sudah beberapa jam ia tinggalkan setelah anak sulungnya juga meninggalkannya.
"Mommy bawakan ini untukmu. Makanlah, Mommy tau sejak semalam kau belum makan." Ucap Irene menunda makannanya di nakas lalu berbalik ingin kembali pergi keluar karena takut Yerim masih marah padanya.
Yerim menatap sendu wanita di depannya. Bagaimana tidak, wajah ibu kandungnya itu terlihat sembab seperti sehabis menangis lama dan ia pastikan itu karenanya setelah kejadian pagi tadi.
"Mianhae" Lirih Yerim sembari menunduk.
Irene menghentikan langkahnya setelah mendengar lirihan putri bungsunya itu. Ia pun berbalik dan menatap putrinya yang menunduk.
"Mianhae jeongmal mianhae"
Isakan Yerim pun terdengar membuat Irene langsung menghampiri Putrinya.
"Hei, ada apa? Kenapa menangis?" Cemas Irene mengangkat dagu putrinya agar menatapnya.
"Mianhae tadi pagi..." Mengingat kejadian pagi tadi Irene pun mengalihkan pandangannya kearah lain. Ia pun kembali meneteskan air matanya.
"Harus berapa kali Mommy menjelaskannya bahwa kau memang benar putri bungsuku yang hilang, Apa perlu kita tes DNA agar membuktikannya? Dan Lagi pula apa kau tidak menginginkan keluargamu kembali?" Ucap Irene yang kembali menatap putrinya.
Yerim menggeleng sembari terisak. "Aniyo bukan seperti itu. Aku hanya..." Yerim menggantung kata-katanya lalu kembali menunduk.
"Apa kau masih tidak menyangka dengan fakta yang mengejutkan ini?" Yerim mengangguķ membuat Irene menghela napas kasar lalu menghapus air matanya.
"Geurae Mommy mengerti sekarang." Ucap Irene memeluk putri bungsunya. Ia tahu putrinya pasti membutuhkan waktu untuk menerima keluarga kandungnya.
"Mianhae"
"Emm tidak papa, perlahan saja" Tenang Irene mengelus rambut Putrinya yang masih terisak.
"Sudah. jangan menangis lagi" Ucap Irene mengangkat wajah putrinya lalu menghapus air matanya.
"Kajja. sekarang makan nee?"
Yerim mengangguk lalu Irene pun mengambil makanan yang sudah simpan di nakas tadi dan akan menyuapi putrinya.
"Aaa...buka Mulutmu"
"Biar aku makan sendi-"
"Tidak biar Mommy saja. Lihat tanganmu" Tegas Irene menunjuk kedua tangan Yerim yang perban.
Yerim pun yang menyadarinya hanya tersenyum canggung pada ibu kandungnya. Ia masih canggung pada ibunya karena ini adalah pertama kali ia di suapi oleh seseorang. Walaupun di panti ia akan makan sendiri dan tidak disuapi.
"Enak?"
"Emm, sangat enak" Irene pun mengulas senyumnya mendengar itu.
Cirebon, 23 Juni 2021.
Note:
Udah akur nihJangan lupa vote & komen gaess
