"Pergi!"
"Aku mohon pergi!"
"Hei, Kenapa?"
"Mom, aku tidak mau melihatnya. Suruh dia pergi"
"Iya, tapi kenapa?"
"Dia yang pergi atau aku yang pergi?!" Ancam Yerim.
"Yer..."
"Baiklah kalau begitu aku--" Yerim memegang tangan yang sudah di infus dan akan mencabutnya.
"Tidak, jangan seperti ini Sayang" tahan Irene.
"Ah, baiklah. Biar aku saja yang pergi tante" ucap Eunha.
"Eunha-ya, maaf" Lirih Joy tidak enak hati.
"Tak apa, aku permisi" pamit Eunha melenggang pergi dari sana.
Semua orang terdiam. Tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Bingung akan tingkah aneh Yerim yang tiba-tiba mengusir Eunha. Hingga tiba-tiba Joy mendekat dan langsung menatap marah adiknya.
"Unnie, mianhae" ucap Yerim dalam hati.
Menghembuskan napas pelan. rasa bersalah kini hinggap di dalam hatinya. Entah apa yang harus ia lakukan agar Joy memafkannya. Gara-gara dirinya, Joy pergi tanpa kabar.
***
Eunghh
Matanya mengerjap. Menyesuaikan sinar yang menyoroti matanya. Tiba-tiba kepalanya berdenyut sakit.
"Aw!"
"Dimana aku?"
Memegang kepalanya yang terasa pening. Ia butuh air sekarang.
"Ini minumlah"
Joy mendongak melihat siapa orang yang menyodorkan segelas air padanya. Menerimanya lalu meneguknya hingga tandas.
"Terimakasih, Imo" Ucap Joy.
Wendi mengangguk dan memberikan senyum tipis pada Joy.
Joy mengalihkan pandangannya dan mendapati sang kakak yang sedang bersedekap dada sambil menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
"Kenapa aku bisa disi--"
Joy terdiam. Baru menyadari sesuatu. Meneguk salivanya nya pelan lalu kembali menatap kakanya.
"Unnie aku bisa jelasin" ucap Joy dengan memelas. Sedangkan yang di tatap hanya diam mempertahankan wajah datarnya.
"Unnie maaf"
"Unnie, Aku tidak bermaksud melakukan hal itu"
"Unnie" lirih Joy yang sudah siap menangis karena menyesal.
Terdengar helaan napas yang panjang dari mulut Seulgi. Dirinya berusaha mengendalikan amarahnya yang akan keluar.
"kau sudah puas, hm?" Tanya Seulgi dengan suara tertahan. Dia benar² ingin mengeluarkan amarahnya.
"Gi" peringat Wendi pada Seulgi agar tidak terlalu memarahi adiknya.
"Mianhae Jeomal mianhae"
"Aku menyesal, Unnie" ucap Joy menunduk. Tak berani menatap wajah Seulgi yang sedang marah.
"Bagaimana jika Mommy tau perbuatanmu?"
Joy menggeleng cepat. Matanya sudah berair karena menangis. Segera ia mengambil lengan Seulgi dan
"Andwe, Jangan beritahu Mommy, Unnie"
"Aku menyesal, aku mohon jangan beritahu Mommy" isak Joy memhon pada Seulgi.
