Biasakan vote sebelum membaca...
"Yerim, apa-apaan kamu! Hah!"
"Joy jangan berteriak!"
"Aku tidak peduli!"
Setelah kepergian Eunha, Joy marah-marah pada adiknya. Karena dengan terang-terangan Yerim mengatakan tidak menyukai kehadiran Eunha. Joy sebagai sahabat Eunha tidak terima.
"Astaga, Joy tenanglah" peringat Wendi.
Ia tidak tega melihat ponakannya ketakutan karena dibentak sang kaka. Sedangkan Irene, ia yang tengah memeluk Yerim guna menenangkan.
"Aku malu punya adik sepertimu!"
Plak
"Keterlaluan kamu!"
Semua mata tertuju pada Joy. Terkejut akan perkataan Joy yang sudah berbicara melewati batas.
Mata Joy memerah menahan tangis. Tak lupa sebelah tangannya memegang pipi yang di rasa perih karena tamparan.
Bukan, bukan karena ia menyesali perkataannya akan tetapi hatinya sakit ketika sang kaka menamparnya. Ia sedang emosi tapi Bukannya mereda malah bertambah dan semakin membenci.
"Aku benci ka--"
Seulgi ingin menampar kembali tapi tidak jadi karena lirihan adik bungsunya
"Andwe, jangan tampar Joy Unnie" lirih Yerim di tengah isakannya.
Amarah Seulgi melemah, menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Mengontrol emosinya agar tidak memuncak. Matanya menatap lembut Joy.
"Sooyoung-ah"
Jika sudah memanggil nama Seulgi benar-benar sedang menahan amarahnya. Sedangkan Joy yang dipanggil memalingkan mukanya karena kecewa.
Irene? Jangan ditanya lagi. Melihat putri-putrinya bertengkar ia merasa putus asa. Bingung ingin memihak siapa. Karena bagaimana pun juga mereka putrinya dan jika ia memihak ke salah satu putrinya pasti akan merasa disisihkan.
"Jangan berbicara seperti itu lagi" lanjut Seulgi.
Joy tetap pada pendiriannya. Kali ini ia tidak mau mengalah. Adiknya sudah menghina Sahabatnya dengan mengusir terang-terangan. Ia sungguh kecewa pada adiknya.
Seulgi mendekat dan ingin memegang lengan Joy tapi Joy malah menepisnya kasar. Menatap Yerim dengan tatapan kecewanya, Joy pun langsung pergi dari sana meninggalkan kekecewaan pada adiknya.
***
"Tidurlah, kau harus beristirahat" tenang Irene sembari mengusap lembut punggung putrinya agar tertidur. Mereka kini tengah berbaring berdua di atas satu brankar.
Beberapa menit kemudian Irene tak kunjung menyusul putrinya yang sudah tertidur. Ia malah melamun memikirkan nasib putri keduanya yang pergi entah kemana.
"Mom"
Seulgi menatap dalam ibunya. Mencoba memberi ketenangan pada Irene yang tengah dilanda resah namun berpura-pura bersikap tenang karena kepergian Joy.
Ia menyesali perbuatannya karena membuat kekacauan tadi. Namun ia sadar ini bukan waktunya karena saat ini ia harus menemukan adik keduanya. Bagaimana pun caranya ia harus mencarinya agar ibunya tidak di landa khawatir.
Seperti memberikan isyarat dengan tatapan mata, Seulgi mengatakan bahwa Irene tidak perlu khawatir atas kepergian adik keduanya karena ia akan mencarinya. Setelah dirasa Irene mengerti ia pun bergegas keluar dengan menarik Imonya.
