Part 15

1.6K 192 45
                                    

Happy reading...

Pagi-pagi sekali Yerim dengan seragam lengkapnya berjalan mengendap keluar. Tujuannya saat ini ialah pergi ke sekolah dengan sepeda miliknya. Ia tidak peduli orang rumah akan mencari dan tidak menemukannya di kamar, karena itu adalah alasan dirinya berangkat pagi untuk menghindari dari Kakak keduanya untuk bertemu.

Semalam Yerim merasa sakit hati karena perkataan ķakak keduanya itu. Walaupun dirinya salah tapi tetap saja ia tidak terima dan membuatnya menangis semalaman gara2 perkataan kakaknya. Oleh karena itu dirinya memilih menghindar dari kakaknya dibanding bertemu dan akan kembali melontarkan perkataan yang menyakiti hatinya.

Semalam pula, sembari menangis, Irene terus saja menggedor pintu kamarnya untuk dibukakan. Akan tetapi Yerim tidak kunjung membukanya hingga lama kelamaan Irene menyerah dan membiarkan Yerim sendiri sampai tertidur karena kelelahan yang berakhir Yerim bangun pagi dan langsung berangkat kesekolah.

Setelah berhasil keluar dari pintu utama, dengan segera Yerim pergi ke garasi untuk mengambil sepeda lalu kemudian dengan perlahan ia menuntun sepedanya untuk keluar dari gerbang pintu keluar rumahnya. Beruntung penjaga rumahnya masih terlelap hingga memudahkan dirinya untuk mengambil kunci dan bergegas untuk pergi sebelum ada orang yang mengetahuinya.

Tanpa disadari, sedari tadi gerak gerik Yerim di ketahui oleh kakak sulungnya dari lantai atas. Seulgi yang memang sudah terbangun mendengar suara hingga ia penasaran dan dari arah balkon ia melihat adiknya keluar rumah tanpa berpamitan pada siapapun.

Seulgi pun menghela napas melihat Kelakuan adik bungsunya. Ingin mencegah tapi dirinya paham bahwa adiknya pasti butuh waktu untuk menerima perkataan yang menyakiti hatinya.

Kamu tidak merepotkan, Yerim-ah.

***

Di meja makan hanya ada dentingan piring dan sendok yang bersautan diantara ketiga orang itu. Salah satu diantara mereka tidak berani memulai percakapan karena takut akan memperburuk suasana. Dilihatnya, kakak sulung yang memakan sarapan dengan lahap sedangkan ibunya yang melamun sembari mengaduk makanannya.

"Mom..." Ucap Joy pelan.

"Nee? Kamu mau nambah? Sini biar Mommy ambilkan" Jawab Irene mengira Sooyoung ingin menambah lauknya.

"Aniyo. Aku sudah kenyang Mom" Kata Joy berhasil mencegah tangan ibunya yang ingin mengambil makanan dan menyuruh ibunya untuk duduk kembali.

Kemudìañ Irene pun menatap tanya Putri keduanya itu.

"Mianhae, Soal semalam aku..." ucap Joy menundukan kepalanny.

Mendengar itu Irene mengalihkan pandangannya kearah lain dan mencoba menahan air matanya yang siap keluar mengingat putri bungsunya yang pergi tanpa sepengetahuan dirinya. Untungnya Irene yang panik putrinya meninggalkannya berhasil di tenangkan oleh Seulgi yang mengatakan Yerim hanya pergi kesekolah dan tidak mungkin meninggalkannya.

"Geura Mommy mengerti." Ucap Irene kembali menatap putri keduanya.

"Tapi Mom karna aku Yerim per--"

"Dia tidak pergi." Ucap Seulgi menegaskan.

Joy mendongak menatap kakanya "Apa maksudmu, unnie?"

"Yerim tidak pergi Sooyoung-ah. Dia hanya berangkat sekolah tapi tidak pamit saja." Balas Seulgi santai.

"Hah? Mom?" Tanya Joy menatap ibunya.

Irene mengangguk membenarkan ucapan Seulgi.

"Nee, Unniemu benar Sooyoung-ah"

"Ah syukurlah" Ucap Joy karena ia mengira adiknya pergi jauh meninggalkan rumah inì.

"Hm, aku selesai. Aku pamit Mom" ucap Seulgi yang memang sudah menghabiskan sarapannya.

"Tunggu, aku ikut." Saut Joy yang buru2 meminum susunya.

"Sama Mommy saja Joy, lagipula Kamu beda arah dengan Seulgi."

"Tidak perlu Mom, aku sama Unnie saja. Lagipula Mommy harus menghabiskan dulu makanannya. Iya kan Unnie?" Jelas Joy membuat Irene melihat piringnya yang masih utuh.

"Ah benar. Mommy habiskan saja dulu. Aku tidak mau Mommy sakit karna tidak makan." Jawab Seulgi mengingat semalam ibu serta adik bungsunya yang tidak ikut makan malam bersama.

"Hm, baiklah" Balas Irene menurut.

"Kami pergi dulu" Ucap mereka berdua pergi setelah mencium pipi ibunya.

***

Bel istirahat berbunyi, Para siswa berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang berdemo termasuk Yerim yang sejak semalam tidak memakan apapun hingga ia mengajak Sinb dan Lisa untuk pergi kekantin.

"Kalian mau pesan apa?" Tanya Sinb pada Lisa dan Yerim yang sudah duduk.

"Aku ramyoen pedas"

"Aku juga" saut Yerim karena sudah lapar.

"Arraseo, aku pesankan" Ucap Sinb lalu pergi menuju kedai warung disana.

Tak lama Sinb kembali dan ikut duduk bersama mereka sembari menunggu pesanan datang.

Mereka pun berbincang hingga tak sadar pesanan mereka telah sampai.

"Gomawo ahjumma." ucap Sinb pada ibu kantin dan langsung mengambil pesanan mereka dan langsung menaruhnya pada meja mereka.

Yerim yang sudah siap ingin menyendokan ramyoenya terkejut karena tiba2 mangkuk berisi ramyoen Itu di geser dan diganti dengan kotak bekal berisi makanan sehat.

"Kekeke, mulai nih" Lisa dan Sinb terkekeh melihat seseorang di belakang Yerim

"Eoh, bagaimana bisa?" Kaget Yerim lalu menengok kebelakang mendapat kakaknya yang berdiri dan menatapnya dengan senyuman manis dan seketika membuat Yerim langsung menatap datar kakaknya.

"Lebih baik kamu makan yang ini. Daripada itu, tidak sehat." Ucap Joy mengingat ibunya berpesan bahwa Yerim harus memakan itu karena adiknya sejak semalam belum makan apapun.

"Aku tidak mau" Jawab Yerim singkat.

"Loh kenapa? Nanti Mommy marah gimana?" Tanya Joy.

"Aku tidak peduli." Yerim masih kesal dengan kakaknya.

"Unnie suapin, ya?" Yerim yang memang sensitif pada kakaknya Seketika Rasa lapar Yerim hilang mendengar kembali ucapan kakaknya.

"Lebih baik aku pergi" Ucap Yerim beranjak dan meninggalkan mereka yang melihat.

"Aishh anak ini." Gerutu Joy mengejar adiknya.

***

Yerim yang masih kesal dan ingin menghindari kakaknya memilih pergi dan mencari tempat yang menurutnya nyaman dan tidak diketahui semua orang. Ya, tujuannya kali ini adalah taman sekolah.

Sesampainya di sana Yerim memilih duduk dibawah pepohonan yang berada disana.

Yerim pun memejamkan mata sembari memikirkan kejadian semalam yang dia alami sampai saatnya dirinya membuka mata ketika merasakan tepukan dibahu kirinya. Kemudian ia berdiri untuk melihat jelas seseorang yang berdiri membelakanginya.

"Siapa?" Tanya Yerim penasaran.

Tak lama seseorang itu membalikan tubuhnya hingga membuat Yerim membulatkan matanya terkejut ketika melihat seseorang itu memakai topeng hitam yang menyeramkan.

Yerim yang dasarnya penakut memundurkan langkahnya.

"Siapa kam--" Ucapan Yerim terhenti ketika seorang bertopeng itu membungkam mulut Yerim dan mendorong tubuhnya ke salah satu pohon disana.

Dugh

Yerim merasakan sakit luar biasa di daerah punggungnya karena membentur pohon dengan sangat kuat. Kemudian ia mencengkram kuat tangan orang itu agar melepaskan tangannya dari mulutnya.

Dibalik topeng tersebut, seseorang itu menyeringai karena berhasil menemukan sasarannya yang sedang sendirian di tempat yang lumayan sepi.

Kau akan mati ditanganku.














Cirebon, 5 Juli 2021.

Note:
Stay save kalian semua, corona sekrang makin jahat yah:))

Jangan lupa vote & komen gaess

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang