"Akhirnya semester lima yang penuh cobaan hidup udah kita lalui dengan sangat-sangat lancar. Meskipun gue jadi masuk angin tiap hari selama ngerjain tugas yang menggunung."
"Bener banget, gue setuju sama lo, Jang."
"Gue gak nyangka kalau sekarang kita udah semester enam. Semoga aja kita bisa ngelewatin sisa semester dengan penuh kelancaran dan bisa wisuda bareng-bareng."
"Aamiin ... Eh, tapi gak kerasa juga ya kita udah ngelewatin milyaran detik bertigaan kayak gini."
"Iya Dish. Waktu emang cepet banget berlalu. Kayaknya baru kemarin gitu gue kenal lo sama Ujang gara-gara telat di hari pertama masuk SMA. Gue jadi sedih deh kalau mikirin masa depan kita."
"Kenapa lo sedih sih Kei? Jangan bilang lo mikirin masa depan yang kelabu ya?" Demo Ujang.
"Bukan itu yang gue pikirin."
"Terus kamu mikirin apa Kei?"
"Gue cuma sedih aja. Sekarang aja kita jarang quality time bareng. Apalagi nanti kalau udah fokus sama keluarga dan karier masing-masing." Ungkap Keisha.
Suasana yang ada mulai berubah menjadi sendu. Baik Adisha maupun Ujang jadi terkontaminasi dengan isi pikiran Keisha. Membayangkan saja sudah membuat sedih, apalagi kalau mereka harus melewatinya. Melewati masa yang tidak bisa dihindari dan pasti akan terjadi.
"Udah ah jangan mikir yang aneh-aneh. Aku yakin kita masih bisa bareng-bareng. Baik sekarang maupun nanti." Adisha berkomentar. Dan langsung memeluk tubuh Keisha saat perempuan itu terlihat menangis.
"Eh duo racun, udah dong gak usah melow gini. Gue ikutan sedih tau!"
"Kalian jangan pernah lupain gue ya. Maaf kalau selama ini ada hal yang gak sengaja gue lakuin terus bikin kalian sakit hati." Ucap Keisha setelah melepas pelukan Adisha.
"Aku juga minta maaf kalau banyak salah selama kurang lebih enam tahun sahabatan sama kalian."
"Belum lebaran kali. Lo berdua ngapain pada maaf-maafan gini dah?"
"Ujang, pokoknya kalau nanti lo udah sukses dan berhasil punya pabrik terasi di Jepang sama New York. Lo harus janji ke gue sama Adisha kalau lo gak boleh sombong."
"Yaelah tenang aja kali Kei. Nanti nih kalau pabrik terasi gue udah go Internasional, gue janji bakal ajak lo berdua jalan-jalan keliling dunia."
"Awas aja lo kalau sampe ingkar janji. Gue doain jodoh lo mirip mimi peri."
"Eh buset! Asal ngomong aja tuh mulut. Ya kali orang paling ganteng di Gang Haji Udin, punya jodoh kayak mimi peri." Komplain Ujang dengan ekspresi wajah yang membuat Adisha dan Keisha kembali tertawa.
Lima belas menit setelahnya Keisha meninggalkan kantin karena jam pertama dikelasnya akan segera dimulai. Tidak lama setelah itu, Adisha dan Ujang yang masih satu kelas di semester baru ini juga meninggalkan kantin karena mata kuliah pertama mereka akan segera dimulai.
Sampai di kelas yang masih berada di area lantai tiga. Adisha tidak merasa ada yang aneh dari kelas baru itu, ya walaupun sebagain isinya tidak ia kenal secara dekat.
"Eh itu dia tuh yang namanya Adisha."
"Mana, yang mana?"
"Itu yang pake jilbab merah."
Ujang yang mendengar nama Adisha disebut-sebut lantas menoleh ke segerombolan mahasiswi yang menatap Adisha dari kursi mereka masing-masing.
"Curut, lo kenal gak sama deretan manusia yang duduk di pojokan sana?" Bisik Ujang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kisah ✔
Romance[Spin-off : Jazira] "Mencintai sebelah pihak itu sama saja seperti menggenggam pecahan kaca, semakin erat dalam genggaman maka semakin sakit pula rasa yang akan di dapatkan." Kalimat itu mampu mendeskripsikan perasaan Adisha dalam mencintai seorang...