Sudah sepuluh menit Wildan bersama Raffa dan Jazira menunggu dokter yang memeriksa kondisi Adisha keluar dari dalam ruang UGD. Tidak ada percakapan apapun, mereka bertiga sama-sama bungkam.
Wildan bungkam akibat terus menerus di hantui oleh rasa bersalahnya. Sedangkan Raffa dan Jazira bungkam karena sama-sama menahan kesal dengan Wildan.
"Keluarga pasien." Suara dokter yang baru saja keluar itu langsung membuat Wildan berdiri dari posisi duduk.
"Saya suaminya dok. Gimana keadaan istri saya?" Wildan tampak cemas. Biar bagaimanapun, ia sama sekali tidak memiliki niat untuk mencelakakan Adisha.
Dokter wanita itu tersenyum. "Gak perlu cemas, Mas. Istri Anda cuma alergi makanan laut dan asam lambungnya sedikit naik. Keadaannya sudah membaik dan gak perlu di opname juga. Istri Anda cuma perlu nunggu infusnya habis aja, setelah itu langsung boleh pulang."
Hembusan nafas lega langsung terdengar mengalun. Wildan langsung mengucap Hamdallah ketika mendapati kabar itu.
"Oh ya, lain kali istrinya tolong di bilangin buat hindari makan seafood ya Mas. Berdasarkan hasil pemeriksaan, alerginya cukup parah, dan kalau di biarin bisa bahaya juga."
Wildan mengangguk paham. "Iya dok."
"Resep obatnya sudah saya buatkan. Nanti tinggal ambil aja di bagian apotek atas nama pasien."
"Terima kasih dok."
"Iya sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu, Mas, Mbak."
Ketiganya tersenyum dan mengangguk ramah menanggapi dokter tersebut.
"Wildan." Panggil Raffa setelah cukup lama terdiam.
"Ada apa?"
"Mas perlu bicara sama kamu."
"Nanti aja. Aku mau jagain Adisha."
"Ada Jazira. Biar dia yang jagain Adisha, kamu ikut sama Mas."
Tangan Wildan yang sudah meraih knop pintu langsung di lepaskan. Ia berjalan menyusul Raffa yang sudah lebih dulu pergi.
"Mas Raffa mau apa?" Tanya Wildan ketika sudah berhasil menyeimbangkan langkah Raffa. Tidak ada jawaban apapun. Laki-laki yang satu tahun lebih tua darinya itu memilih bungkam.
Langkah Raffa berhenti di taman kecil yang berada di halaman rumah sakit. Tatapan dingin dan menghunus sudah Raffa suguhkan untuk adik sepupunya itu.
"Apa maksud dari semua ini?"
Kening Wildan mengerut heran. "Maksudnya apaan sih Mas?"
"Jangan berlagak seperti orang bodoh, Wil."
"Mas Raffa ngomong apa sih?"
"Mas tau ada yang gak beres sama rumah tangga kamu dan Adisha. Sebenarnya kamu ini kenapa?"
Sudut bibir Wildan tertarik membentuk senyum meremehkan. "Mas tau apa tentang kehidupan aku sama Adisha?"
"Kamu gak usah balik nanya, Wil. Kenapa kamu pilihin Adisha nasi goreng seafood padahal dia alergi makanan laut?"
"Aku mana tau kalau dia alergi seafood." Bantah Wildan.
"Kalau emang kamu gak tau Adisha alergi seafood. Terus kenapa kamu harus bohong dengan bilang kalau makanan favorit kalian sama? Buat apa kamu ngelakuin semua itu?"
Tidak ada jawaban yang mampu Wildan katakan. Lidahnya terasa mati untuk mengucapkan barang satu katapun.
"Apa ini masih tentang Aisyah? Apa kamu menikahi Adisha cuma buat jadiin dia pelarian dan pelampiasan aja? Atau kamu manfaatin dia buat bikin Umi sama Abi kamu bahagia? Iya Wil? Itu kan yang kamu lakuin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kisah ✔
Romance[Spin-off : Jazira] "Mencintai sebelah pihak itu sama saja seperti menggenggam pecahan kaca, semakin erat dalam genggaman maka semakin sakit pula rasa yang akan di dapatkan." Kalimat itu mampu mendeskripsikan perasaan Adisha dalam mencintai seorang...