[Hari ulang tahun Arkan dan Aisyah ke-6 tahun]
“Selamat ulang tahun ... kami ucapkan ... selamat panjang umur ... kita kan do'akan....”
Lantunan lagu 'Selamat Ulang Tahun' menggema di seisi ruang tamu. Tidak terasa, dua bayi mungil yang selalu menangis di tengah malam, kini sudah besar dan sebentar lagi akan memasuki sekolah dasar.
Acara ulang tahun kali ini masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Masih di hadiri oleh keluarga dan kerabat terdekat. Juga, masih tanpa sosok ibu.
“Selamat ulang tahun ya sayang. Semoga kalian panjang umur, sehat selalu, tumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholeha.” Ammar mengelus pucuk kepala Arkan dan Aisyah secara bergantian.
“Selamat ulang tahun cucu Ummah yang sholeh dan sholeha. Semoga kalian panjang umur sehat selalu, sukses dunia akhirat.” Jamilah memeluk kedua cucunya bersamaan. Wanita yang rambutnya sudah hampir memutih seluruhnya itu menitikan air mata haru.
Do'a terbaik terus mengalir secara bergantian kepada dua anak kembar yang terlihat sangat bahagia itu.
“Sekarang kue ulang tahunnya kita potong ya sayang.” Wirda memberikan intruksi kepada dua keponakannya.
Arkan sudah memegang pisau plastik dan siap untuk mengeksekusi kue ulang tahunnya. “Aisyah, ayo kita potong kue ulang tahunnya.”
Kepala Aisyah menggeleng, raut wajahnya terlihat sendu secara tiba-tiba.
“Aisyah kenapa? Kok tiba-tiba cemberut?” Wirda membungkuk sambil mengelus pipi Aisyah dengan lembut.
Gadis kecil itu menatap satu persatu orang yang berada di sekitarnya sambil memainkan jari secara abstrak.
“Aisyah, kamu kenapa sayang? Aisyah sakit ya? Mau ke kamar?” tanya Wirda kedua kalinya.
Kepala Aisyah menggeleng kuat yang menandakan bahwa ia tidak sakit.
“Kalau Aisyah gak sakit, terus kenapa cemberut gini? Itu Arkan udah nungguin Aisyah buat potong kue ulang tahunnya loh.”
Dengan pandangan yang berkaca-kaca menahan air matanya. Aisyah memberanikan diri untuk mengatakan apa yang sedang otaknya pikirkan.
“Ayah kemana, Tante? Kok dari tadi pagi gak ada? Ini kan hari ulang tahun Aisyah sama Arkan.” gadis kecil itu langsung menunduk untuk menutupi tangisannya.
Suasana langsung hening dan terasa sangat begitu menyakitkan. Dengan segera, Wirda langsung memeluk tubuh Aisyah dan mengusap bahunya dengan penuh kasih sayang.
“Ayah lagi ada urusan di kampus, sayang. Nanti juga Ayah pulang kok. Ayah pasti bawa kado buat Aisyah sama Arkan. Sekarang Aisyah gak boleh nangis lagi ya ... disini kan masih ada Tante, ada Abah, Ummah, kakak Shakira, Om Raffa, Tante Jazira, Tante Keisha, Om Gibran, Om Ujang, sama mbok Ningsih.”
“Tapi Aisyah mau ada Ayah juga, Tante ... Ayah kemana? Apa Ayah udah gak sayang sama Aisyah sama Arkan?”
“Aisyah, jangan nangis dong! Kan tadi Tante Wirda udah bilang kalau Ayah lagi ada urusan di kampus.” omel Arkan yang sudah tidak sabar memotong kue ulang tahunnya.
“Assalamu'alaikum....” salam itu membuat manusia yang ada di ruang tamu kompak menoleh ke arah pintu utama.
“Wa'alaikumsalam.” jawab semuanya serentak.
“Ayah....” Aisyah langsung berlari memeluk tubuh Wildan yang masih tertahan di ambang pintu.
Tangisan Aisyah langsung pecah di pelukan Wildan sampai laki-laki itu terlihat sangat bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kisah ✔
Romance[Spin-off : Jazira] "Mencintai sebelah pihak itu sama saja seperti menggenggam pecahan kaca, semakin erat dalam genggaman maka semakin sakit pula rasa yang akan di dapatkan." Kalimat itu mampu mendeskripsikan perasaan Adisha dalam mencintai seorang...