Bab 46 - A Problem (1)

6K 564 31
                                    

Sampai saat ini sudah terhitung lewat beberapa hari sejak kejadian malam Minggu saat itu. Tapi entah mengapa kebahagiaan yang terasa masih sangat membekas. Tersimpan rapi dan apik di dalam lubuk hati. Tidak terusik oleh apapun dan akan selalu menjadi kenangan indah.

"Woy curut!"

"Astagfirullah!" Adisha terkesiap saat Ujang telah berada di hadapannya secara tiba-tiba. "Ngagetin banget sih kamu?!"

"Yaelah santai aja kali. Sensitif amat sih? Udah kayak si Jamet angsa Pak Tono aja lo."

"Lagian kamu aneh banget, tiba-tiba langsung muncul di depan aku."

"Eh curut, bukannya gue yang aneh. Tapi lo aja yang dari tadi ngelamun gak jelas sambil senyum-senyum sendirian kayak orang gak waras. Untung nih kantin belum rame."

"Aku?" Adisha memasang wajah bingung.

"Ya iyalah, lo. Emangnya siapa lagi? Suketi?"

"Suketi siapa? Temen baru kamu?"

"Astaga Naga! Suketi aja lo gak tau?"

Kepala Adisha menggeleng. "Nggak, emang dia siapa?"

"Cabe-cabean Gang Kobra. Puas lo?" Ujang langsung cemberut kesal karena bercandaan yang ia keluarkan tidak di tangkap dengan benar oleh sahabatnya yang terkadang lambat dalam berpikir.

"Assalamu'alaikum sahabat."

"Wa'alaikumsalam." Jawab Adisha dan Ujang, serempak.

Keisha langsung menyuguhkan senyum kikuk. "Sorry, gue telat."

"Tumben banget hari Rabu keluar jam sebelas Kei? Biasanya kan jam sembilan udah kelar." Adisha mengajukan pertanyaan usai menengok jam di pergelangan tangannya.

"Iya nih kesel banget. Tadi tuh dosen gue malah nyeritain tentang si Alberto yang mati gara-gara ke setrum."

"Innalillahi ... Turut berduka cita buat Alberto, semoga amal ibadahnya di terima di sisi Allah."

"Amin ya Allah." Ujang menyahuti doa yang Adisha panjatkan.

"Lo berdua kenapa sih? Lebay banget pake ngedoain si Alberto segala."

"Eh Kekei, sebagai manusia yang berbudi luhur dan berhati mulia. Ya udah jelas dong kalau gue ikut doain si Alberto biar tenang di alam sana."

"Setuju sama Ujang. Lagian kamu gak boleh kesel, Kei. Kan dosen kamu lagi berduka."

"I know, cuma masalahnya si Alberto itu bukan manusia."

"Terus?" Adisha dan Ujang kompak bertanya.

"Alberto itu cuma ikan cupang peliharaan dosen gue yang katanya dia beli di Singapur dua bulan silam."

"Hadeeehh, kalau tau dari tadi kita bahas ikan cupang. Gue gak bakalan membuat beberapa menit ini jadi sia-sia."

"Makanya kalau ada apa-apa dengerin penjelasan gue dulu."

Adisha dan Ujang hanya menjawab dengan acungan jempol. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak kumpul bertiga seperti ini. Selain karena kesibukan masing-masing, waktu dan jadwal kuliah antara Adisha dan Ujang dengan Keisha pun berbeda.

Terkadang, Adisha dan Ujang selesai kuliah jam sepuluh, sedangkan Keisha baru masuk di jam yang sama. Di hari libur pun mereka hanya bisa saling berkomunikasi lewat panggilan video karena waktu minim yang mereka miliki.

Kini hari libur yang Adisha miliki lebih banyak di gunakan untuk menghadiri kajian bersama Wildan. Sedangkan Keisha, ia sibuk di butik untuk membantu usaha Maminya. Dan Ujang, waktu liburnya ia gunakan untuk mengurus Selena beserta anak-anaknya. Benar-benar sulit sekali untuk mereka bertiga bisa seperti dahulu lagi.

Lembar Kisah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang