Bab 47 - A Problem (2)

5.5K 580 55
                                    

Suasana kampus terasa sangat berbeda. Sejak memasuki gedung sampai tiba di kantin, semua pasang mata seolah tidak lepas dari Adisha. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, apa yang melekat di dalam dirinya menjadi sorotan tersendiri bagi mereka.

Segala pikiran buruk yang kembali mengganggu langsung Adisha buang jauh-jauh. Ia mengingat akan nasihat yang Wildan sampaikan malam tadi. Ia harus tegar seperti pohon yang di terjang oleh angin kencang.

Lagipula berburuk sangka terhadap rencana Allah adalah perbuatan dosa. Adisha tidak ingin dosanya yang sudah menggunung semakin bertambah tinggi.

"Tampangnya sih kalem, tapi aslinya ternyata busuk."

"Pake aja jilbab, tapi kelakuannya gak baik. Amit-amit deh, masih mendingan gue yang gak berjilbab kali."

"Cantik-cantik kok mau aja ya jadi simpenan? Gak laku apa gimana sih dia?"

"Gue kalau jadi dia sih udah gak bakal mau dateng ke kampus. Emang dasar gak punya malu!"

"Orang kayak dia sih paling-paling mau jadi simpenan cuma karena duit. Kan lumayan buat tanggung biaya kuliah, dia kan yatim piatu. Hahahaha!"

Sejak tadi kalimat penuh dengan sarkasme itu membuat dada Adisha terasa sesak. Meskipun belum tentu sindiran itu tertuju kepadanya, tapi ia yakin betul kalau semua pandang mata benar-benar tertuju kepadanya ketika mengatakan sindiran itu.

Adisha menggelengkan kepala untuk menyadarkan segala pikiran buruk yang mulai mengkontaminasi otaknya. Ia mengalihkan fokus dengan melangitkan istigfar sebanyak mungkin selama menunggu kedatangan Keisha dan Ujang.

"Eh, lo udah pada denger gosip yang lagi rame di kampus belum?"

"Emang ada apa sih?"

"Itu loh, katanya ada yang jadi pelakor."

"Oh tentang si cewek yang cuma numpang hidup itu kan? Yang katanya udah di tidurin sebelum nikah?"

"Iya yang itu. Parah banget ya? Padahal banyak yang bilang orangnya itu kalem."

"Yaelah namanya juga orang butuh duit. Begituan mah bukan hal aneh lagi kali."

"Hahahaha ... Jadi tuh cewek sama aja kayak ayam kampus gak sih?"

"Ya iyalah, malu-maluin banget. Yang mana sih orangnya? Gue penasaran banget deh."

Telinga Adisha semakin panas mendengar sekelompok kakak tingkatnya yang sedang asyik menggali dosa.

"Assalamu'alaikum, my bestie."

"Pagi curut. Udah sampe kampus aja lo jam segini."

"Wa'alaikumsalam, pagi Kei, pagi Jang." Jawab Adisha di iringi senyum ramah.

"Eh, kalian udah pada sarapan belum?"

"Alhamdulillah aku udah, Kei."

"Lo udah belum Jang?"

"Belum dua kali."

"Dasar gentong! Btw gue mau pesen nasi goreng dulu ya, laper nih belum sarapan."

"Gue nitip, Kei."

"Nitip apaan?"

"Nasi goreng lah, masa martabak telor? Kan lo mau pesen nasi goreng."

"Yaelah santai kali, Jang." Keisha menatap Ujang dengan sinis. "Lo mau nitip sesuatu juga gak, Dish? Biar sekalian gue beliin."

Tidak ada respon apapun dari Adisha. Ia terlihat melamun, sorot matanya benar-benar kosong sampai membuat Keisha dan Ujang bingung sendiri.

Lembar Kisah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang