Wildan menatap Adisha yang sudah lima menit melamun sambil menatap ke arahnya. Tatapan kosong itu membuat Wildan merasa bingung dan juga merasa takut. Takut kalau Adisha tersedak cincau atau mungkin kesambet penunggu kolam ikan. Dan bagaimana kalau tiba-tiba ia mencecik leher Wildan atau mendorongnya masuk ke dalam kolam?
Wildan bergidik ngeri membayangkan berbagai spekulasi buruk itu. Dengan cepat ia bangun dari posisi duduknya untuk menyadarkan Adisha.
"Adisha sa-"
"Nggak! Gak mungkin!"
Adisha langsung berlari begitu saja meninggalkan Wildan yang masih termenung.
"Dia kenapa sih? Abis ngelamun tiba-tiba teriak gak jelas terus kabur, dasar aneh!" Decak Wildan merasa kesal.
Kaki Adisha terus membawanya pergi menjauhi Wildan. Ia benar-benar lari sekuat mungkin sampai tidak sadar ada orang yang sedang berjalan sambil sibuk dengan ponsel di depannya.
Bruk
"Allahu Akbar!"
"Aduh sakit," Adisha meringis kesakitan ketika tubuhnya terpental ke lantai setelah menabrak orang yang ternyata, "Ujang? Kamu ngapain sih nabrak-nabrak aku? Modus banget!" Protesnya.
"Eh upil nenek gayung! Harusnya tuh gue yang nanya begitu, ngapain lo lari-larian kayak di kejar setan sampe nabrak badan gue yang aduhai ini?"
Adisha langsung bangun dan mengatur degup jantung serta deru nafasnya yang tidak stabil. Adisha tidak menyangka kalau Wildan menyukainya selama ini, benar-benar tidak di sangka dan di luar dugaan.
"Woy curut lo kenapa sih? Kok malah ngelamun beg-"
"Cukup Jang!"
Ujang terkejut, "Hah? Cukup? Kayak lirik lagu." Katanya.
"Apa tuh?" Adisha menyahuti.
"Cukup sekali... Aku merasakan... Kegagalan cinta..."
"Hobaaah!" Timpal Adisha.
"Takan terulang... Kedua kal-"
"Aish kenapa malah nyanyi sih?" Demo Adisha yang mulai menyadari situasi tidak waras ini.
"Ya lagian lo apaan banget coba, tiba-tiba bilang cukup? Kan jiwa biduan gue muncul lagi."
Mata Adisha melirik ke sekitarnya, ia harus memastikan kalau posisinya saat ini sudah aman dari jangkauan Wildan.
"Lo kenapa sih sebenernya?" Tanya Ujang lagi.
"Jang, ini gawat banget."
Melihat raut wajah Adisha yang begitu serius membuat Ujang jadi penasaran. "Kenapa? Ada apa? Kok tumben muka lo serius banget?"
"Sebagai sahabat semakan dan seminum aku, pokoknya kamu harus tau."
Adisha kembali melirik ke sekitar sebelum ia memberitahu Ujang perihal yang Wildan katakan di kolam ikan tadi.
"Jang, ternyata selama ini tuh Pak Wildan suka sama aku!"
Ujang terdiam mendengar pernyataan itu. Jeda beberapa menit tawanya pecah sampai mengeluarkan air mata.
"Kok malah ketawa sih Jang? Kamu gak kaget ya? Atau jangan-jangan kamu udah tau semuanya?"
"Lo abis makan tumis buaya atau apa sih curut? Bisa-bisanya siang bolong begini ngehalu, pake bilang Pak Wildan suka sama lo segala lagi."
"Tapi kenyataannya emang begitu Ujang!"
Ujang memicingkan matanya, menatap tajam ke Adisha. Kalau di liat dari raut wajahnya memang tidak ada kebohongan sama sekali, tapi entah mengapa Ujang merasa kurang yakin dengan ucapan Adisha kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kisah ✔
Romance[Spin-off : Jazira] "Mencintai sebelah pihak itu sama saja seperti menggenggam pecahan kaca, semakin erat dalam genggaman maka semakin sakit pula rasa yang akan di dapatkan." Kalimat itu mampu mendeskripsikan perasaan Adisha dalam mencintai seorang...