Pening di kepala Wildan tidak kunjung reda, semalam lelaki itu mengalami insomnia sampai-sampai pagi ini wajahnya terlihat lesu dengan mata panda yang terlukis sangat jelas.
Berbagai pikiran berkecamuk di otak, membuatnya harus berperang batin melawan diri sendiri sejak semalam. Tidak dapat di pungkiri, ternyata kadasnya hubungan dengan Zahra membuat hati Wildan kecewa juga.
Walaupun seperti yang sudah di ketahui, ia memang belum memiliki perasaan apapun kepada Zahra. Tapi rasa kecewanya akibat di tolak sebelum melamar, membuat hatinya terpatri dalam luka yang tampak samar-samar.
Wildan mengusap wajahnya gusar, untung saja hari ini tidak ada jadwal mengajar. Jadi ia tidak pperlu datang ke kampus dan bisa berleha-leha di rumah sambil mengembalikan stamina tubuhnya yang menurun.
Tring!
(Satu pesan baru)
Mas Raffa
Wil, siang ini bisa ketemu?Wildan
Insya Allah bisa.Mas Raffa
Nanti Mas share-loc tempatnya ya, mungkin sekitar jam duaan. Soalnya Mas baru senggang jam segitu.Wildan
Gak perlu Mas, biar aku yang ke rumah sakit aja.Mas Raffa
Ya sudah.Sepertinya Wildan perlu periksakan kondisi kesehatannya ke dokter agar pening yang semakin menjadi segera reda. Badannya juga terasa panas dingin, sistem kekebalan tubuhnya melemah hanya karena begadang semalaman.
Mengenai kedua orang tuanya, semalam Wildan langsung menghubungi Abi dan Uminya di kampung. Ia memohon maaf serta meminta mereka untuk tidak perlu datang ke Jakarta karena lamarannya di batalkan oleh pihak perempuan.
Mendengar kabar tersebut membuat Ammar dan Jamilah, orang tuanya Wildan merasa kecewa. Namun mereka tetap merelakan, mungkin ini memang jalan terbaik yang Allah berikan untuk anak sulung mereka. Dengan kata lain, mungkin Zahra memang bukan jodoh Wildan.
Meninggalkan Wildan dengan segala perasaannya yang campur aduk. Di area Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Nusantara, Adisha sedang memakan cilok yang ia beli di kantin bersama Ujang sebelum naik ke lantai tiga.
“Jang, kemarin Keisha pamitan ke kamu juga gak?”
“Iya, dia video call grup kemarin. Tapi yang angkat cuma gue karena nomor lo gak aktif.”
“Terus dia bilang apa ke kamu?”
“Katanya dia mau pergi ke Singapore buat temenin tante Sofia perjalanan bisnis selama sebulan kedepan.”
Adisha merasa ada yang aneh dari kepergian Keisha. Tidak biasanya ia mau menamani Sofia perjalanan bisnis, apalagi sampai ke luar negeri dalam waktu yang lama. Biasanya setengah hari saja di ajak untuk sekadar makan siang bersama rekan bisnis, pasti ia akan menolak mentah-mentah.
“Btw Bang Gibran kemana sih? Kok belakangan ini gak pernah keliatan batang hidungnya?”
Adisha menggeleng. “Aku juga gak tau.”
“Lah gimana sih lo? Kan dia tunangan lo, masa keberadaannya aja lo gak tau sih? Terus pas waktu itu lo di gampar nenek lampir dia tau gak?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kisah ✔
Romansa[Spin-off : Jazira] "Mencintai sebelah pihak itu sama saja seperti menggenggam pecahan kaca, semakin erat dalam genggaman maka semakin sakit pula rasa yang akan di dapatkan." Kalimat itu mampu mendeskripsikan perasaan Adisha dalam mencintai seorang...