Bab 27 - Rollercoaster

3.8K 476 77
                                    

Jam kantor Madya Grup di pangkas setengah hari pada hari ini karena ada rapat pemegangan saham pada pukul satu siang nanti. Sebuah keuntungan bagi para karyawan juga mahasiswa magang. Pulang siang hari dan bisa menikmati hari dengan bersantai adalah sebuah kemerdekaan yang sangat haqiqi.

"Eh kita nongkrong di Mall yuk." Ajak Ratna kepada teman-temannya.

"Gak mau ah, bosen tau ke Mall terus." Tolak Karin.

"Terus kemana dong? Sayang banget tau kalau langsung pada balik." Imbuh Ratna lagi.

"Kalau nongki di cafe aja gimana? Pada mau gak?" Kelvin memberi saran.

"Cafe mana?" Aldi buka suara.

"Cafe Sunset gimana guys? Tempatnya instagramable banget. Menunya banyak dan soal harga, bersahabat banget kok." Kelvin berucap penuh semangat.

"Yaudah kuy! Semuanya bisa ikut kan?" Gumam Ratna.

"Maaf ya semuanya, aku gak bisa ikut." Cicit Adisha.

"Yaah... Kenapa Dish? Padahal bakal seru kalau ikut semua." Diva yang sejak tadi diam mulai buka suara.

"Nah bener tuh kata Diva. Lo kenapa gak ikutan Dish?" Kelvin menimpali.

"Aku udah ada janji soalnya. Sekali lagi maaf banget ya, next time mungkin aku bakal ikutan."

"Yaudah deh kalau gitu. Pulangnya hati-hati ya Dish, kita duluan." Pamit Ratna mewakili yang lain.

"Iya, kalian juga hati-hati ya." Adisha melambaikan tangan sambil tersenyum.

Usai teman-temannya terlihat pergi meninggalkan Madya Grup. Adisha memilih untuk pergi ke Masjid sebrang jalan. Kebetulan juga janjinya dengan Wildan masih satu jam setengah lagi.

"Curut!"

Adisha menoleh ketika suara nyaring itu terasa mengusik gendang telinganya. Dari posisinya saat ini sudah bisa dilihat ada makhluk hidup berkemeja merah muda yang sedang berlari ke arahnya. Tidak usah di jelaskan lagi, sudah pasti bisa ditebak siapa yang dimaksud.

"Loh, kamu kok baru keluar Jang?"

"Tadi abis bantuin Bu Andini ngejar deadline. Btw Anak-anak pada kemana? Kok lo sendirian aja kayak patung pancoran?"

"Lah emangnya kamu gak di kasih tau?"

Kening Ujang mengerut heran, "Apaan?"

"Anak-anak pada kumpul di cafe Sunset. Barusan banget berangkatnya."

"Terus lo kenapa gak ikut? Gak punya duit ya?"

Adisha mengangguk membenarkan. "Kok tau?"

"Sama, gue juga."

"Jadi pengen kaya raya deh rasanya."

"Gimana kalau kita buka usaha aja curut. Lo mau gak join bareng gue?"

Adisha menatap Ujang serius, "Usaha apaan Jang?"

"Gimana kalau kita ternak aja? Gue jamin langsung kaya raya deh." Jawab Ujang sembari tersenyum ceria.

"Boleh juga tuh, tapi ternak apaan yang bikin kita cepet kaya raya?"

"Ternak tuyul!"

Tawa Ujang pecah setelah mengucapkan niat terselubungnya itu. Sedangkan Adisha hanya bisa menahan emosi karena sudah salah menanggapi ucapan sahabatnya yang memiliki otak hanya seberat dua gram tersebut.

"Lo gampang percaya banget sih curut? Ngakak banget gue liat ekspresi muka lo. Gemes-gemes pengen di tabok gitu." Gumam Ujang masih dengan tawanya.

Lembar Kisah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang