Bab 41 - Almost the Same

5.6K 577 83
                                    

"Aisyah ...."

"Ya?"

Pandangan Wildan sedikit mengabur akibat air mata yang tiba-tiba memenuhi seisi indra pengelihatan miliknya.

"Ya Allah, kalau sekarang saya sedang bermimpi. Tolong sadarkan saya secepatnya."

Wujud manusia yang kini berdiri tepat beberapa langkah di hadapan Wildan benar-benar nyaris sempurna dengan sosok yang selalu ia rindukan setiap detik.

Alis, mata, bentuk jilbab, dan semua yang terlihat dari perempuan bercadar itu benar-benar sempurna seperti Aisyah. Dan yang paling membuat Wildan terkejut adalah sahutan ketika ia mendeklarasikan nama ‘Aisyah’ kepada perempuan itu.

"Mas, kenapa ngelamun?"

"Astagfirullah." Kejut Wildan setelah hengkang dari lamunannya beberapa detik lalu.

Perempuan di depannya menatap dengan tatapan samar. "Mas kenapa? Mas sakit ya? Kok wajahnya pucat gitu?"

"Saya gak apa-apa."

"Serius gak apa-apa? Tapi wajahnya Mas beneran pucat loh. Apa mau saya beliin obat? Kebetulan deket sini ada apotek."

"Nggak, gak perlu, terima kasih sebelumnya. Insya Allah saya baik-baik aja."

"Alhamdulilah kalau gitu. Oh ya, afwan Mas, itu dompet saya ya?"

Wildan langsung menatap dompet yang ia pegang, "Eh, iya, ini dompetnya." Tangan Wildan mengulurkan dompet tersebut.

"Jazakallahu khairan, Mas." Ungkap perempuan itu sambil tersenyum di balik cadar yang ia kenakan.

"Sama-sama." Jawab Wildan seadanya. Jujur, ia masih sangat terkejut dengan kehadiran perempuan itu. Siapa dia sebenarnya?

"Kalau begitu saya pamit dulu ya Mas. Sekali lagi terima kasih."

"Bentar, Mbak."

"Ada apa Mas?"

"Hm, saya boleh tau nama Mbak?"

"Oh, boleh. Nama saya Aisyah."

"Aisyah?"

Ia mengangguk membenarkan. "Iya, nama saya Aisyah. Ada apa ya Mas? Kok kayaknya Mas kaget gitu?"

"Gak ada apa-apa kok. Kalau boleh tau lagi, nama panjangannya siapa ya?" Wildan sangat penasaran.

"Aisyah Fatmawati. Itu nama panjangan saya Mas."

Harapan yang menggunung di palung hati Wildan seolah hancur sepersekian detik setelah perempuan itu menyebutkan nama panjangannya.

"Mas,"

"Iya?"

"Yakin gak sakit? Kok kayaknya dari tadi ngelamun terus?"

"Oh, iya, saya gak apa-apa. Gak perlu khawatir, Mbak."

"Kalau begitu saya pamit dulu ya. Kebetulan suami saya udah nunggu dari tadi."

"Iya Mbak, maaf udah ganggu."

"Saya juga minta maaf kalau bikin Mas ngejar-ngejar karena dompet ini. Sekali lagi terima kasih ya Mas. Assalamualaikum." Pamit perempuan itu yang langsung berlalu meninggalkan Wildan.

"Wa'alaikumsalam." Jawabnya usai perempuan tadi sudah menjauh.

Kening yang tiba-tiba terasa pusing berkolaborasi dengan kekecewaan dari ekspetasi yang di bangun terlalu tinggi. Membuat Wildan semakin kacau.

"Saya mikir apaan sih tadi? Jelas-jelas Aisyah emang udah gak ada. Tapi kenapa harapan di hati saya tentang kehadiran dia, masih besar aja? Astagfirullah."

Lembar Kisah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang