Bab 9 - Pertemuan

5.1K 542 27
                                    

Akhirnya hari yang di nanti-nanti Adisha datang juga. Dengan balutan gamis hitam yang ia kenakan serta riasan simpel yang terlukis di wajah. Membuat penampilannya semakin mempesona.

“Masya Allah ... anak ibu cantik banget sih? Perasaan kemarin masih kecil gitu, eh sekarang udah sebesar ini aja.”

“Gak kerasa ya Bu, waktu cepet banget berlalu.”

Keduanya saling membalas senyum. Linda tidak menyangka bila anak semata wayangnya yang dahulu sangat manja, kini sudah tumbuh menjadi Muslimah yang sangat cantik.

“Bu, bedak tabur yang aku pake gak ketebelan kan?”

“Nggak.”

“Kalau warna liptint di bibir aku gimana Bu? Terlalu mencolok gak?”

Adisha terus bercermin untuk mencari celah cacat dari penampilannya. Ia takut kalau riasannya terlihat aneh atau berlebihan dan akan membuat Gibran serta Uminya menjadi ilfeel.

“Kamu pake bedak tabur?”

“Iya Bu, ketebelan ya?”

“Boro-boro ketebelan, kentara aja nggak.”

Adisha bernafas lega. “Alhamdulillah ... berarti penampilan aku gak aneh ya Bu?”

“Nggak sayang, penampilan kamu sudah pas, gak berlebihan dan gak aneh juga.”

Biar bagaimana pun Adisha tetap ingin menjaga dirinya dan menghindari sikap tabarruj dengan tidak berpenampilan mencolok serta berlebihan. Ia sangat tidak ingin hanya kerena kesalahan kecil yang ia lakukan, siksa neraka akan menghampirinya di akhirat nanti.

Walaupun berias memang sudah menjadi hal yang lumrah bagi kaum Hawa, namun tetap saja semuanya harus memiliki batasan. Terutama di zaman yang semakin maju seperti sekarang. Banyak sekali perempuan yang terjerumus ke dalam tipu muslihat syaiton.

Berdadan secara berlebihan, berlomba-lomba mempercantik diri agar di mendapat pujian dari banyak orang. Atau mungkin untuk menarik perhatian dari lawan jenis yang di sukai.

Lantas apa yang sebenarnya di maksud dengan Tabarruj?

Tabarruj secara bahasa diambil dari kata al-burj (bintang, sesuatu yang terang, dan tampak). Di antara maknanya adalah berlebihan dalam menampakkan perhiasan dan kecantikan, seperti: kepala, wajah, leher, dada, lengan, betis, dan anggota tubuh lainnya, atau menampakkan perhiasan tambahan.

Imam asy-Syaukani berkata, “At-Tabarruj adalah dengan seorang wanita menampakkan sebagian dari perhiasan dan kecantikannya yang (seharusnya) wajib untuk ditutupinya, yang mana dapat memancing syahwat (hasrat) laki-laki” (Fathul Qadiir karya asy- Syaukani). Sumber : umma.id

“Bu aku berangkat dulu ya, takut Uminya kak Gibran udah nungguin.”

“Berangkat naik apa?”

“Angkot.”

“Oh yaudah, kamu hati-hati ya.”

Adisha tersenyum dan berlajut mencium punggung tangan Linda. “Oke, aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum.”

“Wa'alaikumsalam.”

Ia langsung bergegas untuk bertemu dengan Gibran dan juga Uminya. Sebenarnya malam tadi Gibran menawarkan untuk menjemput Adisha, namun tawaran itu ia tolak secara halus dengan alasan tidak mau merepotkan.

Pertemuan yang sudah di rencanakan ini bertempat di sebuah kafe yang berjarak tempuh kurang lebih sekitar dua puluh menit dari tempat tinggal Adisha. Karena beberapa alasan, niat untuk bertemu di rumah Gibran harus di ganti.

Lembar Kisah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang