[Author note]
Sebelum lanjut membaca bagian ini.
Nad mau bilang kalo apapun yang kalian baca, udah jadi rencana mutlak Nad dari awal. Kalian punya ekspetasi, Nad punya rencana.Tolong jadi pembaca yang baik dan bijak dengan menghargai apapun yang sudah author konsep secara matang yaa!
♡ SELAMAT MEMBACA ♡
▪▪▪▪▪
Suara tangis bayi yang berbunyi secara beriringan, membuat kelopak mata yang baru terpejam tiga puluh menit lalu, harus terbuka kembali. Dengan pandangan yang masih buram, sepasang indra pengelihatan yang menempel di bagian wajah, menatap lurus ke arah jarum jam yang menunjukkan pukul dua dini hari.
Sepasang tangan meraba-raba permukaan popok yang ternyata sudah basah. Dua bayi kecil yang tergeletak di atas tempat tidur baru saja buang air kecil. “Masya Allah, ternyata kalian ngompol. Maaf ya sayang, Ayah ketiduran.”
Dengan segera dan sigap. Popok kedua bayi mungil berjenis kelamin laki-laki dan perempuan langsung di ganti secara bergantian.
“Andai kamu ada disini, Sha. Pasti kebahagiaan saya akan jauh lebih lengkap karena ada kamu, Arkan, sama Aisyah yang selalu bisa saya liat setiap saat.” Begitu, monolog Wildan di iringi air mata yang menetes tanpa aba-aba.
Terhitung sampai hari ini, sudah enam bulan empat hari Adisha tidak berada di sisinya. Jangan tanyakan tentang bagaimana perasaan Wildan. Sudah jelas, ia sangat tersiksa dengan kehilangan yang membuatnya amat nelangsa dan hancur bahkan nyaris kehilangan akal sehat.
“Makasih ya sayang. Berkat kalian berdua, setidaknya Ayah masih punya semangat dan tujuan hidup buat terus bertahan. Suatu hari nanti, saat kalian sudah dewasa, Ayah yakin kalau kalian akan sangat bangga sama ibu kalian yang luar biasa.”
Sambil tersenyum samar, Wildan terus mengusap lembut pipi bayi kembar yang resmi di beri nama Arkan Sandyakala Septian dan Aisyah Arunika Septiani, sesuai permintaan Adisha hari itu. Hari yang terasa begitu indah dan tidak pernah Wildan bayangkan akan berakhir dengan penuh luka.
Andai waktu dapat di putar kembali seperti film layar lebar atau musik di platform digital. Sudah pasti, Wildan akan memilih kembali ke hari pertamanya bertemu dengan Adisha. Saat perempuan itu telat masuk ke kelasnya dan gagal mengikuti kuis.
Wajah Arkan dan Aisyah yang sedang tertidur pulas membuat denyut jantung Wildan terasa sakit. Wajah kedua anaknya benar-benar duplikat dari wajah Adisha. Mereka terlihat seperti Adisha versi mini.
“Arkan sama Aisyah kenapa gak ada mirip-miripnya sama saya ya?” Tawa kecil terdengar syahdu di tengah heningnya malam.
Ponsel yang tergeletak di atas nakas langsung di sambar oleh Wildan. Ia memandangi semua foto Adisha yang tersimpan rapi di menu galeri ponselnya.
“Sha, kamu tau gak? Tadi siang tuh saya di ompolin sama Arkan. Terus di waktu yang bersamaan, Aisyah malah nangis kepingin susu. Saya bingung banget harus gimana, mana Umi sama Abi lagi keluar. Terus mbok Ningsih juga lagi belanja ke pasar. Saya panik, tapi rasanya seneng banget.”
“Oh ya, Sha. Tadi siang Mas Raffa sama Mbak Jazira main ke rumah kita ngajak anak mereka, Shakira. Dan kamu tau gak? Masa pipi Arkan sama Aisyah malah di cubit sama Shakira. Dia kira Arkan sama Aisyah itu boneka.” Wildan tertawa renyah seolah-olah ia sedang berbicara sungguhan dengan Adisha.
“Ah, saya lupa. Tadi pagi juga Keisha sama Albar main ke sini tau, Sha. Mereka bawa kado buat Arkan sama Aisyah, banyak banget lagi kadonya. Pas saya tanya ngapain bawa kado, mereka jawab pengen buang-buang uang aja. Aneh banget kan?” Wildan kembali tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kisah ✔
Romance[Spin-off : Jazira] "Mencintai sebelah pihak itu sama saja seperti menggenggam pecahan kaca, semakin erat dalam genggaman maka semakin sakit pula rasa yang akan di dapatkan." Kalimat itu mampu mendeskripsikan perasaan Adisha dalam mencintai seorang...