[Author Note]
Bismillah, mohon maaf atas keterlambatan update cerita ini. Niat hati ingin update beberapa hari setelah Idul Adha, tapi Qodratullah ada keterbatasan waktu akibat kesibukan yang gak bisa di tinggalkan.
# # #
⚠ Wildan's poin of view ⚠
•
•
•SELAMAT MEMBACA
✨🌥
[Hari kepergian Adisha]Kedua langkah kaki yang membawa tubuh saya terasa sangat hampa. Lemas dan bergetar berkolaborasi menjadi satu kesatuan yang begitu sempurna.
"Allah, Allah, Allah...."
Hanya itu yang mampu saya ucapkan ketika memasuki salah satu ruang rawat intensif yang di penuhi bau cairan infus yang sangat pekat dan menyeruak di indra penciuman.
Seharusnya saya sudah masuk ke ruangan ini sejak beberapa jam yang lalu. Tapi, sayangnya keberanian saya belum cukup untuk melakukan hal itu. Sekarang pun sebenarnya keberanian yang saya miliki sangat sedikit. Sangat.
Tubuh saya menjadi kaku dengan aliran darah yang di pompa oleh jantung dengan sangat tidak santai. Keringat dingin juga memenuhi permukaan pelipis.
"Allahu Akbar...."
Lagi-lagi nama Allah yang hanya bisa bibir saya ucapkan ketika melihat tubuh manusia yang amat saya cinta dan sayangi di muka bumi ini, terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit.
Hawa dingin menusuk ruas-ruas tulang di dalam tubuh saya yang terbalut daging dan kulit. Rasanya benar-benar dingin tapi herannya keringat saya terus mengalir deras.
"Adisha," Pertahanan saya hancur sepenuhnya setelah mendeklarasikan nama itu dengan amat lirih.
Melihat perempuan bermata indah dengan senyum seceria pelangi itu sedang terbaring tidak sadarkan diri, dengan alat-alat medis di tubuhnya. Membuat tangisan saya semakin terdengar pilu dan menyakitkan.
Jujur, dada saya terasa sangat sesak. Saya sulit bernafas. "Kenapa harus Adisha Ya Allah? Kenapa bukan hamba aja yang mengalami semua ini? Kenapa harus dia?"
Siapa yang menyangka bahwa kejadian naas ini akan menimpa saya dan juga Adisha? Tidak ada. Tidak ada yang menyangka, karena niat awal kami memang hanya mampir ke supermarket untuk membeli susu kedelai dan roti gandum.
Tapi....
Tapi hal menakutkan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya harus terjadi secara mendadak dan membuat saya nyaris mengalami serangan jantung.
"Sha, anak kita udah lahir. Mereka kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dan, saya kasih nama mereka Arkan dan Aisyah, lengkap dengan nama panjang sesuai keinginan kamu." ucap saya sambil menggengam tangan Adisha yang terasa begitu dingin dengan selang infus yang bersandar manja di punggung tangannya.
"Saya gak terima, Sha. Saya marah sama kamu karena si kembar mirip banget sama kamu. Padahalkan kan mereka anak kita bersama, iya kan?"
Tangan kiri saya beralih mengelus pucuk kepala Adisha dengan sangat lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Kisah ✔
Romansa[Spin-off : Jazira] "Mencintai sebelah pihak itu sama saja seperti menggenggam pecahan kaca, semakin erat dalam genggaman maka semakin sakit pula rasa yang akan di dapatkan." Kalimat itu mampu mendeskripsikan perasaan Adisha dalam mencintai seorang...