Bab 34 - A Note From Wildan

5.4K 572 64
                                    

Kring!

Kring!

Kring!

Suara alarm yang bersumber dari ponsel yang sejak tadi bergetar di atas nakas, membuat tidur Adisha terusik. Tangannya meraba-raba keberadaan teknologi canggih berbentuk pipih itu, sampai benda itu berhasil tiba di tangannya.

"Astagfirullah, udah jam tujuh kurang!" Begitu pekiknya ketika melihat layar ponsel yang menampilkan angka 06:49 WIB dengan begitu jelas.

"Hari ini kan ada bimbingan jam setengah delapan. Kok bisa-bisanya kesiangan gini sih? Ibu kok gak ngebangunin aku ya? Mentang-mentang aku lagi datang bulan, jadi gak di bangunin Subuh." Gerutu Adisha sambil berjalan keluar kamar.

Matanya membelalak saat membuka pintu kamar, "Aishh! Aku baru nyadar kalau ini rumah Pak Wildan. Pantes aja ibu gak ngebangunin aku." Keluhnya frustasi.

Tubuh Adisha kembali berbalik untuk memasuki kamar dan bersiap ke kampus. Untung saja semalam ia berinisiatif untuk membawa baju ganti berupa gamis dan hijab pashmina. Jadi, tinggal mandi, ganti baju kemudian pulang ke rumahnya untuk mengambil sepatu serta beberapa buku dan tentu saja laporan hasil PKL yang sudah ia selesaikan sebelum akad pernikahannya beberapa hari lalu.

"Apaan nih?" Sebuah note kecil berwarna kuning tertempel di depan pintu kamar yang Adisha tempati semalam.

Jangan lupa, hari ini kamu ada bimbingan sama saya jam 7:30 WIB. Jangan sampai telat, saya paling gak suka sama mahasiswa yang telat meskipun cuma satu menit! Kamu ingat itu kan?

Adisha langsung mendengus sebal setelah membaca note yang tidak lain dan tidak bukan bersumber dari makhluk hidup berjenis kelamin laki-laki, bernama Wildan Septian Haris.

"Kenapa Pak Wildan gak bangunin aku sih? Tuh orang kayaknya emang sengaja banget deh gak ngebangunin aku biar aku telat ke kampus. Dasar jelmaan syaiton!" Gerutunya di akhiri umpatan.

Note yang tertempel di pintu tadi langsung Adisha ambil dengan kasar dan kemudian ia remas dengan kencang sambil terus mengumpat Wildan.

"Dasar lelaki gak punya hati, lelaki kejam, lelaki angkuh, lelaki sombong, muka datar! Dasar kembaran kambing, domba, sapi, kerbau, kuda, kadal, komodo, buaya!!!" Umpatnya sambil berteriak, meluapkan segala rasa kesalnya yang selalu ia tahan.

Di Universitas Nusantara. Ujang mondar-mandir tidak jelas di depan ruangan Wildan. Pasalnya sudah jam setengah delapan lewat, tapi ia belum juga menemukan keberadaan Adisha di kampus.

"Buset, si curut kemana sih jam segini belum muncul? Jangan-jangan tuh bocah naik odong-odong dulu lagi." Ujang bermonolog.

Sambil menunggu giliran untuk menyerahkan laporan kepada Wildan selaku dosen pembimbingnya. Ujang terus menerus menelepon Adisha yang tidak mendapatkan jawaban sejak tadi.

"Curut lo dimana sih sebenernya? Bikin gue khawatir aja deh, heran."

Tidak lama setelah itu, seorang mahasiswa berkumis tipis, berkulit agak gelap keluar dari ruangan Wildan dengan raut wajah pucat.

"Eh Belex, kenape lo?" Tegur Ujang.

"Nama gue Alex, bukan Belex." Protes mahasiswa itu.

"Yaelah, muka kek tongkat mak lampir aje pake punya nama Alex lo. Cocokan juga Belex."

"Lo mau apa sih? Gue sibuk nih."

"Lo kenapa abis keluar dari ruangan Pak Wildan kok pucet banget kayak orang nahan boker tujuh hari tujuh malem?"

"Laporan gue banyak salahnya nih, jadi harus di revisi."

"Oh begindang, yaudah sana lo kembali ke asal lo lagi deh, jangan terlalu lama di sini, nanti aura ketampanan gue nular ke lo lagi."

Lembar Kisah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang