Part 7 : Iri bilang Tissa!

222 33 2
                                    

"Pagi, Ma," sapa Nova keluar dari kamarnya menuju ke meja makan yang sudah di tempati mamanya papanya dan jangan lupakan Tissa sebagai kakak perempuan yang sangat membencinya.

"Pagi sayang, sini duduk," ajak Nini kepada anak terakhirnya itu.

"Papa gak di sapa, nih?" tanya papanya dengan nada ngambek.

"Ooh Papa, jangan ngambek dong, muach, pagi Papa Nova," bujuk Nova mencium pipi papanya dengan tersenyum.

Yah, itulah Nova. Akan beda dengan yang di sekolah, rumah, dan tempat umum. Semunya tergantung keadaan bagaimana ia diperlakukan dengan seseorang.
Lagi dan lagi Tissa panas melihat kakakknya lebih akrab dengan orang tuanya, hingga ia merasa kehadirannya sama sekali tidak di anggap.

Dengan emosi Tissa langsung membanting sendok-nya di piring hingga mengeluarkan bunyi yang sangat berisik dan tindakan Tissa sukses membuat Nini, Hendra, serta Nova terlonjok kaget. Saat semua mata memandangnya dengan tanda tanya Tissa tidak peduli dan langsung meninggalkan meja makan menuju ke mobilnya.

"Jangan perdulikan dia," ucap Hendra pada istri dana anaknya. Karna bukan sekali dua kali Tissa berbuat seperti itu.

"Apa dia berperilaku buruk terhadapmu, sayang?" tanya Nini yang khawatir pada anaknya, takut jika Tissa macam-macam.

"Engga, Ma," bohong Nova yang tidak mau memperpanjang masalah.

Tapi bukan berarti Nova ikhlas menerima itu dan membiarkan Tissa berlaku semena-mena terhadapnya. Ketahuilah Nova memang diam jika di bully Tissa tapi sebenarnya pikirannya sedang memikirkan cara terbaik untuk menghukum kakaknya.

"Ma, aku berangkat sekolah sekarang ya, dada Ma, Pa."

"Dada, sayang," balas Nini dan Hendra melambaikan tangannya kearah putrinya.

Saat hendak berjalan keluar halaman rumah tapi Nova dijegat sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilap, berhenti tepat di depan Nova yang masih mematung heran dengan mobil yang ada di depanya, entah karna terlalu mewah atau bingung dengan pemilik mobil.

"Mommy kucing!" teriak seorang pria yang baru saja keluar mobil dan berlari menuju Nova yang pastinya terkejut dengan kedatangan Alvaro si Daddy kucing yang tiba-tiba saja menjemputnya.

"Daddy kucing ngapain disini?" tanya Nova yang sepertinya jiwa kekanak-kanakan mulai muncul.

"Jemput Mommy lah, ngapain lagi? Ayo My, kita berangkat entar telat," ucap Alvaro langsung menggeret tangan Nova tanpa permisi membawa Mommy kucing tersebut kedalam mobil mewahnya.

Tanpa pikir panjang Nova langsung nurut dan mereka pun berangkat bersama kesekolah.

"Anak kita sudah besar, Pa." ucap Nini pada Hendra yang sedang mengintip dibalik jendela.

"Iya Ma, ia sudah punya pacar."

***

'Meong ... Meong ... Meong'
Suara itu terdengar jelas di telinga Nova, dengan celingak-celinguk ia menelusuri isi mobil Alvaro mencari keberadaan hewan yang baru saja berbunyi itu tapi tak kunjung melihatnya.

"Alvaro denger, 'kan?"

"Denger apa, My?"

"Iiisss, itu tadi ada suara kucing."

"Hah, dimana?" tanya Alvaro pura-pura tidak tau. Padahal kucing tersebut sedang disembunyikan di samping tempat duduknya.

"Tadi ada loh suara kucing."

"Gak ada kok, aku aja gak denger, kamu jangan halusinasi deh," jelas Alvaro yang menyembunyikan wajah tertawanya.

'Meong ... Meong ... Meong'

"Tuh kan dia bunyi lagi."

"Gak ada Mommy, bandel banget sih."

'Meong ... Meong ... Meong'

"Tuh kan dia bunyi lagi, AWAS!" kesal Nova yang teryata sudah mengetahui keberadaan Yuby kucing yang semalam sempat di perkenalkan oleh Alvaro.

"Nah, ini Yuby anak kita, yang semalam aku kasi liat fotonya," ucap Alvaro mengelus kepala Yuby menggunakan tangan kirinya dan tangan kanannya digunakan untuk menyetir.

"Huaaa! Bener ini Yuby? So cute baby, bener deh dia kyudd kayak aku, hehehe."

"Iya dong Mommy imut anaknya juga imut," balas Alvaro tersenyum sangat manis.

Disini sudah terlihat bahwa mode kekanak-kanakan sudah mulai muncul diantara kedua anak SMA tersebut. Bak anak-anak yang sedang bermain boneka-bonekaan mereka mengganggap bahwa Yuby adalah anaknya. Hah itu aneh bukan?

"Emang diboleh ya bawa binatang di sekolah? Entar kalo kena marah gimana?" tanya Nova masih mengelus kepala Yuby yang ada di pangkuannya.

"Gak tau deh, entar bawa aja Yuby ke taman belakang aman deh kayaknya."

"Kalo Yuby tersesat gimana?"

"Gak mungkin, kan sekolah kita dipagar palingan di sekitar sekolah aja."

"Yuby nanti di taman aja ya, jangan kemana-mana, nanti bisa di culik, paham?"

"Meong."

"Nah, pinter anak Mommy," Nova mengangkat Yuby dan langsung menciumnya.

"Denger itu Yuby, nanti kalo kamu kabur Mommy marah, emang mau Mommy marah?" sergah Alvaro ikut nimbrung dalam percakapan Nova dan Yuby.

"Meong."

Sekitar beberapa menit kemudian, mobil mewah Alvaro sudah terparkir cantik di parkiran sekolah dengan cepat Nova langsung memasukkan Yuby ke tasnya lalu menutupnya tidak rapat dan memangku tasnya di depan membawanya ke taman belakang.

"Yuby disini dulu yah, jangan kemana-mana disekitar sini aja, atau Yuby mau makan minum ada disini yah. Nanti Mommy sama Deddy kesini lagi kalo udh istirahat, okey?"

"Meong," jawab Yuby terlihat patuh.

Alvaro langsung mengeluarkan sekaleng makanan kucing dan minum di tempat yang sudah disediakan di bangku besi yang ada di taman.

"Anak Deddy baik-baik yah disini, tadi siapa yang minta ikut hayo?"

"Ayok ah, udh mau bel tau," ajak Nova menarik tangan Alvaro untuk segera pergi.

"Dada anak Mommy."

"Meong."

***

"Aaarrgghhh!" prustasi Tissa di kantin sekolah paling pojok yang jarang sekali ada murid yang makan disana.

"Lo kenapa Tiss?" tanya Teryata yang sedari tadi memperhatikan sikap Tissa.

"Gue benci sama dia! Gue benci! Benci! Benci! Gue pengen dia mati!" amuk Tissa di pojok kantin tempat perkumpulan TTB untuk sekedar nongkrong, bermain, tempat bolos, dan lain-lain. Tempat sederhana yang sudah di modifikasi secara geografik agar tidak bersatu dengan pengunjung lain.

"Lah siapa, Jubaidah?" tanya Beby masih fokus ke mie ayamnya.

"Si anak perebut kebahagiaan gue! Dan gue janji bakal buat hidup dia hancur sehancur-hancurnya!"

"Biasalah utusan Nanno, iya kan Tiss?" jawab Tety.

"SI Nanno ngelakuin apa emangnya?" tanya Beby yang matanya sama sekali tidak beralih dari hpnya.

"Sok denget sama bokap nyokap di depan gue! Dan gue tau dia mau bales dendam dengan manas-manasin gue yang gak dianggap anak sama nyokap bokap gue, cantik banget permainannya," jelas Tissa yang sudah tidak terlihat emosi, dan berubah tersenyum miring seperti sedang merencanakan sesuatu yang sangat bagus.

"Ngajak berantem tuh.".

"Kita liat aja siapa yang akan kalah di permainan ini," Lagi-lagi Tissa tersenyum devil mengangkat ujung bibirnya.

"Gue yakin Tiss, si Nanno itu bakal kalah kalo bermain sama lo."

"Gue setuju sama Tety."

"Liat aja lo Nanno!"

____



Nanno(va) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang