Sungguh Alvaro benar-benar mengutarakan kebenciannya terhadap Dira, karna sudah berani-beraninya membonginya, Alvaro sungguh membenci Dira tapi sayang wajah Dira selalu terbayang- bayangan jika melihat Nova, yah namanya juga satu kepribadian satu tubuh pastinya.
Sedangkan Nova ia kembali diam, bingung ingin mengambil tindakan, apakah ia mampu bersaing dengan Dira? Ia hanya takut jika Dira kembali menggunakan namanya untuk hal-hal tidak dianjurkan. Nova takut jika sewaktu-waktu, Dira akan menjelekkan namanya dengan sifat-sifat jahat Dira saat hadir di diri Nova.
"Jadi gimana?" tanya Nova mengenai rencana Alvaro berikutnya.
"Ya gitu, tinggal nunggu dia hadir dan putusin lanjut sama lo, gampang 'kan?"
"Iya sih, tapi gue takut dia marah dan ngelakuin hal yang engga-enggak," jawab Nova melemas.
"Hal yang engga-engga gimana?" tanya Alvaro yang belum nyambung.
"Pokoknya hal-hal yang bikin nama baik gue rusak."
"Iya bener juga, gue juga takut gak bisa bedain lo sama dia, masalahnya dia pinter banget contohin gaya lo, diantau semua tentang lo."
Tepat saat itu juga Nova tiba-tiba tersenyum sinis, senyuman yang susah diartikan senyuman jahat lebih tepatnya. Dan Alvaro yakinin itu bukan Nova, antara Dira dan Marsya Alvaro tidak tahu jelas karna mereka hanya bertukar jiwa tidak tubuh.
"Hahah! Kasihan gak bisa bedain mana Gue mana Nova mana Marsya!" tawa Dira pecah.
Dari ucapan Alvaro sudah tau jika ini adalah Dira, sudah pasti Dira tidak mungkin Marsya karna Marsya adalah sosok yang dingin dan cuek tambah cerewet sedikit.
"Hay Deddy, kok kaget gitu sih?"
"Lo Dira 'kan?"
"Menurut Deddy siapa, Marsya?Biasa aja dong mukanya jangan kaget gitu kaya baru kenal aja, kita udah deket satu bulan loh," ucap Dira santai.
"Nova mana, Nova!"
"Yahaha, nyariin Nova satu bulan tanpa dia kayanya baik-baik aja."
"Diem lo! Ini semua gara-gara lo! Lo udah bohongin gue, lo emang gak punya hati! Lo egois!"
"Hhmm, gara-gara gue yah, bukannya Deddy yang bodoh yah gak bisa bedain mana Nova mana gue?"
"Bacot lo!"
"Kok jadi ngamok sih? Inget Deddy gak boleh galak-galak sama pacarnya."
"Najis gue punya pacar kaya lo!"
"Ooh, najis tapi nyaman ya sama gue, tahan satu bulan, bahkan kalo gue gak biarin Nova hadir lo masih sama gue sekarang!"
"Kita putus! Selesai sampai disini lo jangan ganggu hidup gue sama Nova lagi! Sekalian gak usah hadir dalam diri Nova lagi!"
"Lo siapa ngatur-ngatur gue? Gue cuman mau balik sama atau gue bakal sering ganggu lo sama Nova sekalian buat nama baik Nova hancur sehancur-hancurnya, gampang banget yekan."
"Lo jangan main-main yah!" pringkat Alvaro menunjuk Dira dengan tatapan tajam.
"Gak lama kok, bentar doang cuman buat nama Nova jelek abis itu bikin dia dibenci, dan auw seru deh gak bisa di ungkapan dengan kata-kata," ucap Dira dengan tawa renyah.
"Jangan!" teriak Alvaro yang tentu saja tidak ingin Nova kenapa-kenapa.
"Kenapa, mau balik sama gue?"
"Ogah! Gue gak mau balik sama orang toxic kaya lo!."
"Oke kalo itu pilihan lo, gue tinggal ke clup pasti banyak mangsa disana, banyak om-om hahah, terus foto-foto deh, beh, pasti viral di sekolah."
"Coba aja! Emang lo berani ngelakuinnya, lo masih dibawah umur, jangan sok jual diri!" balas Alvaro tidak takut dengan ancaman Dira. Rapat bukan tidak takut taki menyembunyikan rasa takutnya, bagaimana jika Dira benar-benar membuktikan ucapannya? Hancur sudah hidup Nova.
"Hahaha, lo kira gue gak berani? Kecil sama gue! Gue buktiin malem ini!"
"Oke gue tunggu beritanya!" jawab Alvaro tersenyum smirk mengalahkan senyuman horor Dira.
"Katanya sayang sama Nova mana? Santai banget biarin namanya rusak! Bukan namanya doang sih nanti yang rusak sekalian sama tubuhnya Hahahah! Gak sabar nunggu nanti malem!"
"Sayang sih, tapi gimana yah, gue juga najis balik sama lo!"
Tiba-tiba saja ekspresi Dira berubah menjadi tegang, wajahnya seperti ingin meminta pertolongan kepada Alvaro, wajah-wajah ketakutan, wajah-wajah yang berharap seseorang dapat membantunya.
"Alvaro tolongin Nova, jangan sampe namanya jadi rusak, tolong pliss."
Disini ia memohon dengan wajah yang amata sedih, dia bukanlah Dira, karna tidak mungkin itu Dira, sudah dipastikan ia adalah Marsya seseorang psikopat yang sangat peduli dengan Nova. Entahlah padahal seseorang psikopat dikenal tidak memiliki rasa kasihan tapi untuk Marsya beda sekali ia amat peduli dengan Nova, bahkan ia menyakiti perasaannya sendiri demi Nova, memilih mundur dan berusaha melupakan Alvaro demi kebahagiaan Nova.
Marsya? Entahlah dia psikopat atau bukan, dia masih memiliki belas kasihan, dia peduli, dia baik, dia jujur, tapi sayang rasa baiknya akan hilang saat ia berada di rumah mayat (tempat membunuhnya) sedangkan psikopat pada umumnya sangat pintar berbohong, tidak punya empati dan bas kasihan.
Bahkan disini yang terlihat psikopat bukan Marsya tapi Dira. Meskipun Dira tidak terlihat membunuh tapi sifat-sifatnya sudah menggambarkan ia seseorang psikopat. Sungguh kejam.
"Alvaro gue Marsya, dan gue minta tolong sama lo, tolong balik sama Dira demi Nova, setidaknya lo udah nolongin Nova, pliss bukanya lo sayang sama Nova, lo gak mau kan dia disentuh siapa-siapa?"
"Marsya? Gue juga gak mau Nova kenapa-kenapa, gue cuman gak yakin Dira bakal ngelakuin hal itu, dan gue yakin Dira cuman ngancem gue, dan gue cuman mau buktiin kalo dia pasti gak berani ngelakuin apa-apa," jelas Alvaro berusaha mengutarakan rencananya.
Marsya menggeleng kuat, air matanya mengalir tidak dapat membayangkan jika Dira benar-benar nekat melakukan hal yang bisa membuat hidup Nova hancur berantakan, itu sama saja menyakiti dirinya juga.
"Lo gak bisa ngelakuin ini Alvaro! Dira gak pernah main-main sama ucapnya! Lo harus mau balik sama dia, sebelum terlambat semua yang akan dilewati tidak akan terulang lagi, ko bakal nyesel kalo kejadian ini bener-bener terjadi," peringat Marsya berharap Alvaro mendengarkannya.
"Lo gak tau sebenarnya Dira, dia bahayanya banget, mending lo iyain aja permintaannya, gue mohon, lo sayang kan sama Nova? Lo sayang kan? Lo gak mau kan orang yang lo sayang sampe jadi pelacur? Lo gak mau kan Nova main-main sama om-om? Ayo Alvaro buktiin! Dira bisa ngancurin hidup Nova dengan sekali tidak tindakan, apalagi ada Tissa!"
"Gue berharap besar sama lo, temui Dira sebelum malem, gue sebagai kepribadian Nova gak rela tubuh ini masuk ke dalam clup, disini gue juga berusaha buat nekenin supaya Dira gak hadir, lo masih punya beberapa jam buat berfikir."
____
Rumit sekalian kehidupannya Epribadeh!!
Okelah lanjutt!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanno(va)
RandomNova, perempuan bernetra coklat abu-abu yang menyimpan sejuta lara dalam hidup. Pendiam dan misterius itu kepribadiannya. Kehadirannya yang dianggap bencana layaknya kedatangan Nanno dalam serial Thailand 'Girl From Nowhere' menjadikan hidupnya pen...