di taman yang cukup ramai, Alvaro dan Nova duduk berdampingan. Mata mereka menatap kelangit untuk menyaksikan kembang api yang meluncur jauh ke atas dan pecah begitu saja memberikan bentuk love besar. Kembang api tersebut sukses membuat orang yang sedang berpacaran di bawahnya terkegum.
Yah, walaupun taman sangat ramai Tapi Nova tidak keberatan karna suasananya yang gelap membuat orang-orang tidak akan melihatnya. Ditambah taman adalah tempat berbuka tidak seperti cafe yang tertutup.
Disini Alvaro dan Nova banyak mengukir senyum, mereka berjalan-jalan dan membeli semua makanan yang mereka lewati. Hanya membeli satu porsi dan mereka akan menghabiskannya bersama. Mulai dari gulali, sate, bakso bakar, kentang goreng, dan kentaki.
Malam minggu seperti ini, pasar-lasar kecil dipinggir taman sudah dipenuhi oleh pedangang kaki lima contohnya seperti nyang dibeli Alvaro dan Nova beli tadi.
"Daddy beli gelembung air," pinta Nova mengeluarkan Popyeyes-nya.
"Ayok Mommy, entar kita perang gelembung yah."
Mereka berdua menuju ke kepedagang mainan dan Alvaro membeli dua buah alat berbentuk pistol yang jika ditembakkan akan mengeluarkan gelembung air. Nova sangat senang menerima pistol tersebut persis seperti anak kecil.
Karna asik memandangi pistol yang baru dibelikan Alvaro, Nova tidak sadar bahwa Alvaro telah siap menembakkan pistolnya ke arah Nova. Dan yah puluhan gelembung air melayang ke arah Nova. Tidak mau kalah Nova juga menembakkan pistol ke arah Alvaro.
Sekarang gelembung sudah berada dimana-mana diantara mereka berdua. Tawa ria juga terdengar diantara mereka. Layaknya anak kecil Alvaro dan Nova tidak lagi menghiraukan keadaan sekitar mereka terus menembakkan pistol ke arah satu sama lain.
"Hah, hayo Mommy kena! Hhhh!"
"Huaa, Daddy liat aja Mommy bales nih! Dor! ... Dor! ... Dor!" teriak Nova sangat polos, sampai mengikuti gaya bicara anak kecil.
"Yaaaahhh! Terima membalasan Irone men! Jangan main-main sama Irone men!"
"Hahah! Wonder momen tidak akan kalah semudah itu!" jawab Nova yang sebenarnya cekikikan tidak dapat menahan tawa.
***
Dibawah pohon yang rindang. Nova duduk di antara bebatuan yang cukup besar. Wajahnya tampak frustasi, kecewa, tidak menyangka, dan segala bentuk kekhawatiran menjadi satu dalam diri Nova saat itu. Ia tidak menangis seperti gadis lain saat dalam masalah serius. Nova hanya diam menggenggam tangannya gelisah.Terbayang-bayang di otaknya apa yang baru saja ia lihat. Foto dirinya yang masih sangat kecil, sedang dalam gendongan wanita dengan pria yang dengan berbalut baju serba hitam. Nova sangat yakin bahwa anak kecil yang berada dalam foto itu adalah dirinya. Ia sangat hapal dengan wajahnya saat kecil karna ia memiliki satu album tebal berisi foto-foto masa kecilnya.
Nova tidak sempat berfikir jernih lagi, pikirannya telah membawanya kemana-mana. Kurang jelas apa yang ia pikiran tentang foto tersebut tapi foto itu.
"Kenapa bisa gue ada disana?"
"Mereka siapa?"
"Gue mau di apain?"
"Kenapa foto itu adalah di kamar Mamah sama Papah? Apa yang disembunyikan dari mereka dari gue?"
Nova tidak bertanya-tanya dalam hatinya, tapi langsung mengucapkannya. Ia tidak takut sama sekali. Yah, seorang Nova tidak memiliki ketakutan apapun dalam dirinya. Ia hanya gelisah memikirkan apa yang terjadi.
Seketika kepala Nova sangat sakit karna memaksakan untuk mengingat hal yang sangat tidak masuk akal. Bahkan ia sendiri tidak tau apa yang baru saja ia pikirkan itu nyata atau halusinasi.
Nova semakin tak terkendali, matanya mulai menyisir area di sekitarnya persis seperti orang yang tersesat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanno(va)
RandomNova, perempuan bernetra coklat abu-abu yang menyimpan sejuta lara dalam hidup. Pendiam dan misterius itu kepribadiannya. Kehadirannya yang dianggap bencana layaknya kedatangan Nanno dalam serial Thailand 'Girl From Nowhere' menjadikan hidupnya pen...