Pagi yang cerah, Alvaro pergi ke sekolah seperti biasa, berjalan di koridor dengan cool. Aura kekanak-kanakanya sebisa mungkin ia tutup rapat-rapat. Sudah cukup hinaan papanya ia terima,sudah cukup caci-maki yang ia dengan dari teman-temanya, sudah cukup ia merasakan bully selama satu tahun, tanpa berani mengadu orang tuanya karna diancam.
Hingga akhirnya Roni mengatahui bahwa anak satu-satunya adalah korban bully. Orang tua mana sih yang mau anaknya diperlakukan semena-mena? Saat mengatahui disitu juga Roni langsung menyeret anaknya untuk pindah, mengubur masa lalunya, menjadi, menjadi lebih dewasa, dan tidak kekanak-kanakan.
Flashback on :
Suatu hari disebuah sekolah SMA, terdapat seorang siswa yang sangat manja, dan kekanak-kanakan, padahal usianya sudah enam belas tahun, yang seharusnya sudah sangat dewasa, memiliki kekasih, tegas, dan gentleman. Tapi tidak dengannya, ia malah sangat manja, kekanak-kanakan, suka warna pink, dan sangat gemar bermain bersama para cewek-cewek di kelasnya.
"Dasar Banci!"
"Mama, aku mau boneka warna pink, Mamah aku mau beneka," ejek temannya yang menirukan gaya bicara anak kecil cewe yang setengah menagis.
"Mah, aku mau dibacain dongeng."
"Mah, aku mau minum susu sama roti selai stoberi."
"Mah, aku takut hantu."
"HAHAHA! Haahhaha! Banci, banci, kek anak-anak anjir! Hahahah! Gak malu padahal udah SMA tapi kayak anak TK, ngakak, njir!"
Tiga orang berbalut baju sekolah, duduk diatas meja didalam kelas yang cukup ramai, mereka tertawa terbahak-bahak menirukan seorang anak kecil yang maksudnya menyindir Alvaro sebagai anak Mami.
Sedangkan yang disindir hanya diam menundukkan, karna pada dasarnya Alvaro adalah anak yang pendiam, tidak suka keributan tidak suka berkelahi, sangat menyukai kesunyian, dan kesendirian. Hanya dirumahlah ia bisa tersenyum karna Maya. Tapi tidak pernah tersenyum ketika berada di sekolah. Hanya senyum-senyum terpaksa.
Percayalah Alvaro tidak pernah tersenyum apalagi tertawa bahagia, sama sekali tidak pernah sejak awal memasuki sekolahnya.Tidak ada yang mau berteman denganya. Karna penampilan Alvaro sangat culun. Mungkin ada beberapa siswa-siswi yang mau berteman dengannya, termasuk siswa-siswi yang perekonomian minim, dan terpaksa berteman dengan Alvaro yang mungkin hanya ingin uangnya.
"Eeh, Aronci!" panggil Anggi kepada Alvaro yang masih menunduk di bangkunya tak berani menatap mata Anggi.
Alvaro hanya diam masih menunduk, seperti tidak memperdulikan penaggilan Anggi. Padahal saat itu juga keringat dingin meluncur dengan deras di plilisnya. Jantungan berdetak tidak karuan bukan karna cinta melainkan karna rasa takut.
"EH, BANCI BUDEK! TULI LO, ANJING!?" marah Anggi karna melemparkan bola dari kertas yang tepat mengenai kepala Alvaro.
Tentu saja Anggi sangat marah kepada Alvaro yang dengan sengaja mengabaikannya. Bukan semua orang sangat benci diabaikan? Yah semua orang sangat benci itu, temasuk kamu. Seperti anak buah yang tidak patuh terhadap tuannya, begitulah Anggi menganggap Alvaro.
Dengan emosi yang sudah terkumpul Anggi langsung berjalan menghampiri meja Alvaro yang ada depannya. Suara sepatu mahalnya terdengar jelas di telinga Alvaro bahwa pemilik
Sepatu tersebut mendekat ke arahnya."DASAR BANCI TULI!"
Anggi menjambak rambut Alvaro dengan sekuat-kuatnya. Mendekatkan wajahnya ke wajah Alvaro yang sudah menampilkan wajah takut dan cemas.
"Lo dengar yang banci! Jangan sok pura-pura gak denger kalo gue panggil! Udah culun, kekanak-kanakan, kek cewek, tuli lagi! Menyedihkan!"
Setelah mengucapkan kalimat tersebut dengan tega Anggi melemparkan tubuh Alvaro ke sembarang arah, hingga tubuh lemah Alvaro bergambarkan dengan meja yang cukup banyak. Sikutnya membentur kali kursi, wajahnya terkena bibir meja, tubuhnya terhempas ke lantai. Dengan tubuh yang remuk Alvaro berusaha bangkit.
Sialnya Anggi menganggap Alvaro seperti menantangnya. Tanpa basa-basi Anggi langsung menarik kera baju baru untuk berdiri lalu membentangnya sekali lagi hingga mulut Alvaro mengeluarkan darah.
"Badan cewe mah, lemah! Baru gitu doang udah gak bisa bangun. Hah, jangan kan bangun gerak saja tulangnya berserak! LEMAH!" ucap Anggi berjongkok di depan Alvaro seperti mengejek.
Tidak ada yang berani menghentikan perkelahian Anggi dan Alvaro. Ooh tidak bukan perkelahian lebih tepatnya pembullyan. Lebih baik diam dari pada berakhir seperti Alvaro.
"Apa lo, HAH? Lawan gue sini!"
'Bugh!'
Sekali lagi Anggi meninju wajah Alvaro tanpa belas kasihan. Sudah tidak peduli dengan keadaan sekitar. Dimana kelas tersebut sudah ramai dengan kelas-kelas sebelah, tidak sedikit juga yang mem-vidio kan aksi Anggi yang bar-bar menyiksa Alvaro tanpa alasan yang jelas, apa karna Alvaro culun? Jika iya apa urusannya dengan Anggi?Disitulah dimana hari terakhir Alvaro sekolah, bahkan Maya sempat ingin menuntut Anggi dengan tuduhan kasus kekerasan, dan pembullyan, tapi Alvaro memintanya Mamanya untuk tidak menuntut Anggi agar masalah tidak terlalu panjang dan Alvaro akan berjanji melupakan kenangan buruknya dan memulainya dari nol.
"Tidak bisa Al. Ini sudah keterlaluan! Tidakan meraka patut dituntut dan diberi pelajaran!"
"Mah, udah Alvaro gak mau masalahnya makin panjang, Al gak mau ada permusuhan."
"Bagaimana bisa begitu Al? Mereka yang memulai permusuhan ini! Pokonya Mamah akan tetap menuntut anak itu!"
"Mah, Al gak papa, jadi tolong lupakan semua, Al mau hidup tenang."
"Bagaimana kamu bisa hidup tenang kalo mereka masih berkeliaran? Apakah kamu mau ada korban lagi? Kau mau ada yang terluka sepertimu?"
Alvaro bungkam mendengar pertanyaan Nini di akhir kata yang berhasil membuatnya tersedar bahwa yang salah harus mendapatkan hukuman.
Karna jika tidak yang jahat akan tetap jahat, sampai kapanpun itu."Tuntut mereka, Mah."
Flashback oof :
***
"Hey, kenapa melamun?"
"Alvaro? Ah, enggak lagi gabut aja," jawab Nova yang sebenarnya kaget dengan kedatangan Alvaro yang tiba-tiba saja.
"Gabut kok melamun? Aneh-aneh aja."
"Aku emang gitu, kalo gabut gak ada kerjaan, bingung mau ngapain, yaudah melamun."
"Kerasukan baru tau rasa."
"Nanno mana bisa kerasukan, orang setannya dia sendiri."
"Lo itu Nova bukan Nanno!"
"Sama aja aku kan Nannova," jawab Nova sambil nyengir seperti kambing.
"Aku minta maaf, yah?"
"Hah, kenapa?"
"Yang semalam maaf banget, aku gak sengaja narik kamu, dan jadi jatoh bareng."
"Lupain," singkat, padat, dan jelas.
Alvaro Adelio :
Yaelah, cmn dibalas itu dong 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanno(va)
RandomNova, perempuan bernetra coklat abu-abu yang menyimpan sejuta lara dalam hidup. Pendiam dan misterius itu kepribadiannya. Kehadirannya yang dianggap bencana layaknya kedatangan Nanno dalam serial Thailand 'Girl From Nowhere' menjadikan hidupnya pen...