Dirumah, seperti biasa Nova langsung ke kamarnya, melewati Tissa yang duduk di ruang TV dengan wajah yang emosi, mungkin karang hujatan yang terima di sekolah tadi. Nova yang bodoamat langsung pergi tanpa memperdulikan Tissa, toh bagi Nova itu adalah karma kerna Tissa sudah memfitnahnya.
"Eeh, Nanno!" panggil Tissa kasar karna hanya ada mereka berdua didalam rumah.
Nova tidak menjawab ia hanya menoleh sebentar menunggu apa yang akan Tissa katakan pada dirinya.
"Lo seneng liat gue kayak gini?!" tanya Tissa ngegas.
"Seneng? Hahah seneng banget malah! Bahagia gue liat lo di hujat, bahagia gue udah gak ada lagi yang percaya sama kata-kata busuk lo!" jawab Nova tersenyum sinis.
Tunggu sepertinya ini bukan Nova, yah sepertinya ini bukan Nova, Nova sangat jarang berbicara kasar dan menyinggung, bisa diprediksi ini adalah Marsya yang entah sejak kapan sudah hadir.
"Haduh, seneng banget gue tau gak? Sangking senengnya gue sampe rayain," ucap Marsya yang Tissa tidak tau.
"Awas ya lo! Gue bakal bikin hidup lo hancur sehancur-hancurnya!"
"Hahah! Coba aja kalo bisa, yang ada hidup lo yang gue bikin hancur!"
Setelah mengucapkan itu Marsya langsung ke kamar berganti baju, baju yang biasa ia gunakan adalah baju cewek tomboy yang lebih ke laki-laki, entah kenapa tapi Marsya nyaman dengan pakaian tersebut. Tidak seperti Nova yang langsung tidur sehabis pulang sekolah, Marsya langsung pergi ke tempat biasa, tempat dimana ia memuaskan nafsunya.
Yah, dirumah kosong tempat biasa untuk membunuh, teryata disana anak buahnya sudah menyiapkan enam orang dari semalam terlihat ke-enam korban sudah sangat kurus karna dari semalam tidak diberi makanan sedikitpun.
"Bos, kok baru dateng?"
"Iya, gue sibuk. Lain kali jangan nyari korban dulu sebelum gue kabarin mau kesini, soalnya gue gak konsisten setiap hari datang kesini." jelas Marsya yang memang tidak tau dirinya hadir dalam diri Nova.
Setelah menimang-nimang cutter yang ada ditangannya, dengan hitungan menit Marsya berhasil membunuh ke-enam korban dengan sangat sadis.
Dengan sangat rapi anak buahnya membersihkan mayat-mayat tanpa meninggalkan jejak bukti sedikitpun hal inilah yang mencegah Marsya dari penangkapan atas tuduhan membunuhan.
Sebisa mungkin mereka menculik orang dengan cara halus tanpa paksaan sedikitpun, hingga tidak ada yang tau jika korban mati akibat dibunuh, bagaimanapun juga Marsya harus melindungi dirinya serta Nova dan Dira karna ia tidak mau jika mereka tertangkap karna ulahnya yang suka membunuh.
Selesai membersihkan mayat-mayat tersebut tiba-tiba HP Nova berbunyi, tertunda nama Alvaro disana.
"Mommy!" teriak Alvaro dari dalam telepon.
"Mommy-Mommy! Kepala otak kau lah!" maki Marsya yang sepertinya jijik dengan kata-kata manja tersebut.
"Astaga Nova!" kaget Alvaro yang sebelumnya tidak pernah mendengar Nova berkata-kata seperti itu.
"Gue bukan Nova, gue Marsya!" ucap Marsya langsung mematikan sambungan telepon.
Alvaro bernafas lega mengetahui bahwa yang berbicara tadi bukanlah Nova, karna Alvaro tidak mau Nova berubah begitu saja, dan membencinya.
Seperti biasa sehabis membunuh Marsya akan merasa lapar, oleh sebab itu Marsya memutuskan untuk mampir di sebuah cafe, dan memesan makanan, ia jamin kejadian seperti dulu dimana ia tidak mau membayar tidak akan terulang lagi karna itu sungguh berdampak pada Nova.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanno(va)
RandomNova, perempuan bernetra coklat abu-abu yang menyimpan sejuta lara dalam hidup. Pendiam dan misterius itu kepribadiannya. Kehadirannya yang dianggap bencana layaknya kedatangan Nanno dalam serial Thailand 'Girl From Nowhere' menjadikan hidupnya pen...