Part 47 : Pembenaran

54 9 0
                                    

"Al! Gue ini adek lo!" bentak Tissa yang sudah tidak tahan mendengar penolakan Alvaro.

"Gak usah Mimpi!" balas Alvaro ngegas.

"Al!" tegur Mamanya lagi.

"Apa Ma? Mama mau bilang dia Adek aku? Mama jangan mau dibodoh-bodohi sama nih ular!" wmuk Alvaro menunjuk ke arah Tissa.

Nova? Ia tambah bingung dengan semua yang terjadi saat ini, kepalanya kembali pusing. Ia memegangi kepalanya yang entah kenapa tiba-tiba saja menjadi berat.

Yah, sedang terjadi sesuatu pada diri Nova, sepertinya ia sedang berpindah kepribadian. Miris baru sebentar Nova menguasai tubuhnya, tapi kini sudah diambil alih oleh kepribadiannya, entah itu Dira atau Marsya, belum jelas karna sedari tadi ia hanya diam memantau perdebatan di keluarga Adeleo.

Sudah berubah tadi Nova menatap bingung perdebatan di depannya, tapi sekarang ia menatap dengan senyuman smirk, entah apa yang dipikirkannya hingga bisa tersenyum sinis, sedangkan Alvaro, Tissa, dan Mamanya belum juga berhenti berdebat.

Dira? Tidak itu bukan Dira! Dia adalah Marsya sosok kepribadian ganda yang mengetahui semua hal, entahlah ia tau dari mana tapi, sepertinya Marsya sudah tau pokok permasalahannya dan sudah tau mana yang benar mana yang salah. Makanya ia tersenyum sinis menatap kelakukan Tissa.

"Dia anak Mama, Al!" balas Maya yang sudah bingung mengucapkan apa lagi.

Seketika itu juga Alvaro mengingat bahwa Papanya pernah berkata kepadanya jika Mamanya pernah menikah sebelum akhirnya menikah dengan Papa Alvaro. Tapi kakaknya tidak pernah berkata jika Mamanya mempunyai anak dari pernikahannya yang pertama.

Dan yah, mengingat hal itu Alvaro sedikit percaya dengan yang dikatakan Mamanya, tapi sesungguhnya ia tidak ingin mempunyai adik seperti Tissa karena sejak awal bertemu dengan Tissa Alvaro sudah mengetahui bahwa Tissa bukanlah gadis baik-baik. Terbukti saat Alvaro mendengar Tissa berencana untuk membunuh Nova. Jahat bukan?

"Dia anak Mama tapi bukan sama Papa, 'kan?" tanya Alvaro memastikan.

Maya menunduk, meneteskan air matanya. Kata-kata Alvaro sukses membuat ia mengingat-ingat gwk yang sama sekali tidak ingin ia ingat. Sungguh kehidupannya sangat buruk saat itu.

Tissa kaget mendengar pertanyaan Alvaro, apa benar ia dan Alvaro hanya saudara tiri? Entah senang atau sedih yang harus dirasakan Tissa. Hidupnya benar-benar kacau sekali.

"Mah, Al berharap anak Mama bukan dia! Mungkin Mama salah orang! Mama gak mungkin punya anak sejahat dia!" maki Alvaro yang baru pertama kalinya ia mengeluarkan kata-kata kasar seperti ini.

"Al! Gue anak Mama lo!" bentak Tissa tidak terima dengan penolakan Alvaro.

"Lo bukan anak Mama gue! Lo cuman ngaku-ngaku! Karna lo cuman mau kuras harga Mama gue! Iya, 'Kan!?"

Alvaro benar-benar kehilangan kendali, Maya sebagai Ibunya saja baru pertama kali melihat anaknya semarah ini. Karna jujur saja Alvaro adalah anak yang lemah lembut.

"Al cukup ya lo hina-hina gue!" balas Tissa yang sudah emosi.

"APA LO GAK SUKA, HAH?"

Kesabaran Tissa benar-benar habis, dia tidak akan bisa menghadapi Alvaro yang sudah di luar kendali. Alvaro benar-benar marah segitunya ia tidak mau nmemiliki adik seperti Tissa. Sudahlah Tissa tidak mau ambil ribet ia langsung saja mengeluarkan hpnya membuka salah satu aplikasi bernama rekaman dan memutar nya dengan volume yang tinggi agar semuanya mendengar.

Stop!
Sambung di part sebelah!

Sengaja pendek-pendek aja😆

Nanno(va) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang