Part 30 : Dira Adelia

79 14 0
                                    

Alvaro berfikir sejak ia mencium pipi Nova apakah ia dan Nova kan menjadi canggung? Sepertinya begitu, tapi nyatanya tidak Nova semakin lengket saja.

Saat jam istirahat tiba, Alvaro yang mengira Nova akan menghindarinya karna malu ta mopi Nova duluan kah yang mendatanginya duluan, tanpa basa-basi Nova juga langsung memeluk lengan Alvaro manja layaknya Ayah Anak.

Sungguh Nova tidak peduli sama sekali dengan tempat, padahal suasana dikantin sedang sangat ramai-ramai karna baru saja bel istirahat berbunyi.

"Manja banget, kena virus gue yah?" tanya Alvaro mengacak-acak rambut Nova.

"Virus apa?"

"Virus ciuman gue, hahah!"

"Bawel iih!" balas Nova semakin erat memeluk lengan Alvaro.

"Tuh kan jadi manja."

"Ooh gak boleh ya," lirih Nova mengendurkan pelukan di lengan Alvaro.

"Boleh kok sini peyuk!" ucap Alvaro melepaskan tangannya yang sedang dipeluk Nova tapi ia beralih memeluk tubuh Nova dengan kedua tangannya, menyembunyikan wajah Nova di bidang dada miliknya.

Hah, mereka berdua sama sekali tidak memikirkan perasaan para jomblo-jomblo tidak laku yang asik memperhatikan kedekatan Nova dan Alvaro.

"Anjirrr! Gue gak liat! Beneran gak liat!"

"Astaga sudah lama gue gak nonton drama Korea."

"Aseek, serepettt!"

"Mak calon mantu mu udah punya punya pacar."

"Jangan baper! Jangan baper! Jangan, jangan baper!" nyanyi seorang gadis seangkatan dengan Alvaro dan Nova

Di bangku sebelah pojok kantin Tissa kanas melihat kedekatan Alvaro dengan Nova, masalah apapun itu kenapa Tissa selalu kalah dari Nova, baik keluarga, percintaan, dan pertemanan.

Sedangkan ditempat lain, tempat yang tidak tahu apa namanya, Nova berusaha hadir menggantikan posisi Dira.
Yah Dira Adelia sosok kepribadian ketiga dalam diri Nova, berjenis kelamin perempuan dan masih berusia empat belas tahun sekitar jelas tiga SMP.

Nova tetap berusaha hadir, walaupun Dira sudah menekankan posisinya tidak ingin digeser karna ini sudah waktunya ia hadir. Sungguh Nova tidak mau berbagi orang yang ia sayangi dengan kepribadiannya sendiri. Sudah cukup terlalu banyak yang menyuki Alvaro mulai dari dirinya Marsya, Dira, dan Tissa belum terhitung lagi berapa adik kelas, seangkatan, bahkan kakak kelas yang menyukai Alvaro.

Jujur saja Nova menagia dalam diam, saat mengetahui Marsya menyukai Alvaro, sungguh Nova marah besar saat mengetahui itu, walaupun sebenarnya Marsya sudah menekankan untuk membenci Alvaro tapi kenyataan Nova tidak yakin Marsya bisa meluangkan Alvaro sepenuhnya ditambah lagi Dira.

Remaja kecil tersebut yang baru saja hadir, langsung menancap gas untuk mendekati Alvaro dengan alasan ia adalah Nova. Sungguh licik. Untuk dekat dengan Alvaro Dira hanya perlu bersikap seperti Nova sedikit manja dan kekanak-kanakan dan pas pula Dira juga baru menginjak usia remaja diamana ia juga masih memiliki sifat kekanak-kanakan yang alami tanpa terlihat dibuat-buat.

Sekali lagi Nova menekankan dan memaksa dirinya untuk hadir tapi sayang Dira cukup kuat untuk mempertahankan posisi, mereka saling berebut untuk hadir, hingga akhirnya Nova mengalah membiarkan Dira menguasai tubuhnya, dan harus menahan sesak melihat Dira yang sok care and asik dengan Alvaro.

"Pergi yuk," ajak Dira.

"Kemana?"

"Kemana aja asalkan jangan disini, malu diliatin kakak-kakak."

Alvaro sedikit merasa aneh mengapa Nova memanggil siswa-siswi kakak, padahal dikantin kebanyakan adik kelas dan hanya ada beberapa kakak kelas saja, tapi ya sudah lah Alvaro tidak ingin permasalahan itu.

"Ayoklah kitaa pergi," ucap Alvaro merangkul pundak Nova ralat bukan Nova tapi Dira.

"Jom!" sahut Dira dengan kisah kata yang sering dipakai anak SD.

"Enaknya kemana yah, perpus? Taman belakang? Taman depan? Rooftop?"

"Rooftop hayukk!"

Sampai di rooftop Dira memandang kagum pemandangan dari atas gedung sekolahnya, tempatnya panas perpaduan dengan dingin, panas matahari dan dingin karna angin yang sepoi-sepoi.

"Udah pernah kesini gak sebelumnya?" tanya Alvaro yang sedikit heran dengan ekspresi Dira yang begitu kaget dengan pemandangan dari rooftop.

"Belum," jawab Dira menggeleng.

"Masa sih?"

"Iya belum pernah, aku kan dulu di perpustakaan mulu," jawab Dira yang sungguh ekting nya sudah tidak diragukan lagi, sudah cukup lama Dira bersembahyang dalam diri Nova teryata sedikit-sedikit ia menghapalka sifat Nova.

"Lo udah makan belum?" tanya Alvaro lagi.

"Belum," jawab Dira menggeleng.

Sungguh percakapan yang kaku dan tidak bergairah sama sekali, ada yang aneh, biasanya Alvaro akan merasakan sebagai jika berbicara dengan Nova setidak penting apapun percakapan mereka Alvaro tetap senang, tapi sekarang seakan beda, ada yang lain dari Nova yang satu ini.

"Mommy, semalam Yuby nyariin tau," ucap Alvaro lagi ia berusaha untuk mencairkan suasana yang membosankan ini.

Sengaja Alvaro bertanya tentang kehidupannya dengan Nova untuk membuktikan apakah ini Nova atau kepribadiannya, bagaimanapun juga Alvaro harus berhati-hati karna ia menyukai seseorang yang mempunyai kepribadian ganda. Bisa jadi kan kepribadian ketiga Nova yang saat ini bersamanya.

"Yuby? Mana Yuby? Aah, kangen banget sama Yuby udah lama gak ketemu, nanti aku mau jumpa dia boleh gak?" ucap Dira mendramatisir sungguh Dira tidak mwin-main untuk menekankan bahwa ia adalah Nova.

Alvaro diam apakah ini Nova? Jika bukan mengapa ia tau Yuby? Jika iya mengapa aneh, sungguh Alvaro ada diambang pintu kebingungan taki entah kenapa filingnya mengatakan itu bukan Nova tapi kepribadiannya.

Sedangkan Dira iya tersenyum sinis karna berhasil membohongi Alvaro, cukup dengan berpura-pura menjadi Nova, Dira bisa dekat dengan Alvaro. Apa umur? Bagi dia umurnya dan Alvaro tidak selisih begitu jauh, ia 14 tahun dan Alvaro 16 tahun hanya selisih 2 tahun bukan? Itu bukanlah masalah yang besar bagi Dira.

"Mommy balik ke kantin yuk, laper."

~Nanno~

Dira kecil-kecil meresahkan😒

Gimana tuh ngab, kalo Alvaro diambil, belum lagi rebutan sama si Marsya 😞

Nanno(va) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang