Part 13 : Gaje

143 23 0
                                    

"Pegangan yang kuat ya, Deddy mau ngebut, entar Mommy terbang lagi, wkwkwk!" peringat Alvaro dengan candaan yang membuat Nova mengerutkan bibirnya kesal.

"Iih, maksud lo gue kurus yah, makanya bisa terbang cuman gara-gara naik motor ngebut, iya kan?!" jutek Nova.

Karna kesal Nova tidak mau melakukan yang disuruh Alvaro untuk berpegangan. Yah, Alvaro sadar bahwa Nova kesal terlihat jelas dari kaca spion Nova memasang wajah tidak enak.
Karna itu Alvaro menyuruh Nova turun dari motornya, lalu Al membuka helm yang dikenakan oleh Nova, disitu terlihat sangat jelas dari yang tadi bahwa Nova marah dengan kata "Entar Mommy terbang lagi, wkwkwk!" kata yang diucapkan Alvaro tadi.

Yah, dengan ucapan Alvaro yang seperti seperti itu Nova jadi menganggap jika Alvaro mengatai-nya kurus makanya mudah terbang jika diajak ngebut naik motor. Sepele? Yah itulah Nova, ia tidak akan terima begitu saja jika seseorang mengatai-nya walaupun secara tidak langsung. Biasalah itu tandanya sifat kekanak-kanakanya telah muncul.

"Kenapa Mom?"

"Tau!" balas Nova masih jutek.

"Marah yah?"

"Bahagia!" sergah Nova nyolot.

"Naik lagi cepet," suruh Alvaro yang tidak ada gunanya turun hanya untuk menanyakan Nova kenapa dan sama sekali tidak menyenangkan Nova.

"Iihh, kok cuman ditanyak gitu doang sih!? Gak dibujuk biar gak ngambek lagi? Iihh, tau ah Allah gak peka! Deddy gak peka! Deddy jahat!" marah Nova seperti anak kecil dengan bibirnya yang manyun, matanya berkerut, dan alisnya yang terangkat kirim menandakan ia sangat marah.

"Jadi dibujuk dulu, nih?" tanya Alvaro yang pura-pura tidak tau, padahal sebenarnya ia sudah tau apa yang harus dilakukannya untuk membujuk Nova.

"Ya iyalah! Masa Mommy-nya ngambek dibiarin! Awas aja ya, entar Mommy bakal nyoret nama Mommy sendiri dikartu keluarga, biar Deddy jadi duda, Hahahha!!" tawa jahat Nova seperti nenek lampir, tapi Alvaro melihatnya seperti melihat nenek gayung. Sangat aneh bukan?

"Terus anak kita gimana Mom?" sedih Alvaro dengan wahh lesu tidak bersemangat.

"Tenang Ded, hak asuh anak akan ada di tangan Mommy dan Deddy silahkan cari sugar Mommy, dan Mommy juga nyari sugar Deddy. Kyaaaaakkk!" jerit Nova geli mendengar penuturannya sendiri.

"Hahahaha!!" tawa mereka berdua pecah di pinggir jalan dekan rumah Alvaro karna daritadi mereka belum melaju.

"Anjay, Good job! Kayaknya kita bisa main drama di Korea nih, Hahaha! Gak waras, kok kita jadi gila gini yah?" ucap Alvaro setelah tertawa dan tidak percaya dengan apa yang ia dan Nova lakukan barusan. Terkesan gimana gitu.

"Kek drama di Suara hati istri," jawab Nova cepat dan dalam hitungan tiga detik tawa mereka kembali pecah, memecah keheningan.

"Yok lah berangkat malah nge-drama! Malah di pinggir jalan lagi, sungguh terlalu!" ucap Alvaro dengan gaya Roma Irama di bagian akhir kalimat.

"Ternyata nge-drama seru ya, Ded? Besok-besok nge-drama lagi yak? Wkwkw!" jawab Nova menaiki motor dengan berpegangan pundak Alvaro.

"Serah deh, jom pegangan cepat." Alvaro langsung menarik tangan Nova untuk memeluk pinggangnya.

Benar saja di jalanan, Alvaro menancap gas dengan kecepatan yang tidak normal padahal jalan sedang ramai. Jujur Alvaro sangat kaget ketika tidak mendengar suara teriakan Nova, bukan karna Nova terbang karna Alvaro ngebut, tapi yang Alvaro herankan kenapa Nova tidak takut sama sekali padahal Alvaro sedang kebut-kebutan dengan kecepatan yang bisa dibilang tinggi.

Jika Nova adalah gadis lain sudah dipastikan ia akan menjerit-jerit sangking ketakutanya, tapi sangat beda dengan Nova ia sangat biasa saja bahkan pegangannya tidak mengerat sama sekali. Wajahnya tampak biasa saja bahkan ia menikmati suasana yang dingin dipelukan Alvaro.

Niat awal Alvaro ngebut agar Nova berteriak ketakutan dan memeluknya erat lalu memohon untuk tidak ngebut, dan yah lagi-lagi tebakan itu salah. Karna merasa tidak berhasil Alvaro perlahan menurunkan kecepatan laju motornya, karna tidak ada gunanya.

"Kok jalannya lambat banget sih? Ngebut Deddy kayak tadi!" paksa Nova yang permintaannya sungguh aneh bagi Alvaro.

"Nanti jatoh, terus mati gimana?" tanya Alvaro yang mencoba memahami bagaimana prinsip, karakter, dan nilai moral pada diri Nova.

"Ooh, mati doang biasa kali," jawab Nova santai sesantai-santainya.

"Iih, kasihan Yuby entar dia jadi yatim-piatu gak punya Mommy sama Deddy gimana? Mommy gak kasihan?" tanya Alvaro lagi karna tidak luas dengan jawaban Nova yang setengah-setengah.

"Jangan pura-pura lupa Deddy! Mommy-nya Yuby itu Nanno, jadi kalo mati bisa hidup lagi, lagi, dan lagi. Deddy gak liat si Nanno dikubur hidup-hidup yah hidup lagi dong! Ketabrak mobil mati juga hidup lagi, terus digebukin mati hidup lagi, digebukin lagi dan hidup lagi, mau di apa-apain yang namanya Nanno suka hidup-hidup lagi kalo mati, Deddy!" jelas Nova panjang lebar.

"Bener juga yah," jawab Alvaro otaknya sudah di cuci oleh Nova menjadi ikutan goblok.

"Nah, emang bener!"

Karna sangking asiknya ngobrol hal-hal yang gak penting dengan dilandasi kegoblokan, dan dengan sifat kekanak-kanakan. Tak terasa mereka sudah sampai di sebuah cafe yang padat dengan pengunjung, dan ini adalah satu-satunya cafe yang masih ada sedikit lowongan untuk masuk karna di cafe-cafe sudah penuh total tidak bisa dimasukin sama sekali.

Terlihat di cafe tersebut rata-rata pengunjung cafe adalah anak remaja yang sedang ngapel dengan membawa pasangannya masing-masing tidak ada yang tidak. Sepertinya mayoritas para jomblo semakin sedikit.

"Duh, kok rame banget sih?" tanya Nova seperti tidak suka, karna ia terbiasa dengan kesunyian, dan kegelapan.

"Namanya juga Cafe bukan kuburan Mom,"

"Balik yuk, gak enak disini! Risih diliatin orang mulu, entar mereka sadar lagi sama wajah aku yang mirip Nanno, balik yuk Ded! Gak mau disini iihh! Gak mau!" rengek Nova memohon untuk pergi dari cafe ini.

"Yah iyalah mereka pada liatin Mommy karna Mommy itu cantik banget kayak Sofia, mereka mana percaya Mom cuman temen-temen kamu aja yang julid mana ada kamu mirip Nanno," tenang Alvaro memberi nasehat kepada Nova agar ia lebih tenang dan tidak Parno berada di tempat ramai.

"Sofia siapa, siapa sih?" jawab Nova dengan wajah polosnya.

"ASTAGHFIRULLAH! Sofia kagak tau? Itu yang dikartun, anak raja, warna gaunnya ungu, masa gak tau sih?" jelas Alvaro yang entah kenapa anak laki-laki sepertinya tau kartu prempuan seperti Sofia.

"Ck, kalo Sofia itu Mommy tau kale! Mommy kira Sofia manusia teryata kartun toh. Tapi masa mirip Sofia sih! Sofia mah bocil masih anak-anak. Seharusnya itu Rapunzel, Aurora, putri salju, Cinderella, atau apa kek jangan yang bocah kayak Sofia! Emang Mommy bocah yak?" protes Nova yang tidak mau disamakan dengan Sofia.

"Gak bisa! Gak bisa nego-nego, itu udah sesuai sama sifat lo yang  kayak anak-anak, benerkan? Ya benerlah!"

"....!"

"Yok lah kita pergi ke tempat yang lebih aesthetic lagi yah Mommy biar gak ngambek lagi, yok Mom, kita OTW!" Alvaro langsung menarik Nova keluar Cafe padahal mereka sudah duduk tadi. Terkesan numpang duduk.



.
.
.
TBC

See you orang baik

Nanno(va) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang