Nova menghembuskan nafasnya kasar, berusaha menetralkan suasana hatinya yang sedang resah. Ia kembali melamun diatas kasurnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 07:15 yang dimana kelas akan segera dimulai tapi Nova sama sekali tidak ada keinginan untuk sekolah.
Ia hanya tidak ingin menanggapi warga negara sekolah yang sedang mabuk untuk menghujatnya, apalagi Nova adalah orang yang tidak suka bermusuhan. Ia ingin menjadi diam seperti biasanya tapi selalu teringat dengan Marsya dalam vidio tersebut kembali terbayang-bayang senyuman horornya, dan nafsunya untuk menguasai tubuh Nova sepenuhnya.
Tentu saja Nova tidak ingin Marsya kembali dan membuat kekacauan dengan mengatas namakan dirinya. Marsya terlalu jahat untuk menguasai tubuhnya. Dan Nova telah berjanji untuk tidak memancing Marsya keluar.
Tiba-tiba suara klakson berbunyi tiga kali diluar rumah Nova, teryata setelah diintip dari jendela itu adalah Alvaro. Nova langsung kaget saat Alvaro melihat kearahnya dari bawah lalu melambaikan tangannya.
"Mommy, ayok berangkat nanti telat loh!" teriak Alvaro mendongok keatas kamar Nova yang ada dilantai dia.
Nova hanya diam bingung ingin menjawab apa, dengan reflek ia menggunakan koda tangannya dengan arti tidak. Alvaro yang paham itu langsung mengeluarkan HP nya dan menelpon Nova. Karna tidak mendapatkan jawaban dari Nova Alvaro langsung menerobos rumah Nova.
"Pagi Tante Alvaro mau jemput Nova, tapi Nova-nya kok gwk mau keluar ya Tan?"
"Ooh iya, jemput aja ke kamarnya," suruh Nini yang sepertinya sedang sibuk ingin untuk pergi bekerja dikantor suaminya.
Tanpa basa-basi Alvaro langsung menaiki tangga menuju ke kamar Nova.
"Mommy!" panggil Alvaro sembari mengetuk-ketuk pintu kamar Nova.
"Nova ayok berangkat!"
Masih tidak mendapatkan jawaban Alvaro langsung masuk tanpa disuruh, dengan seenak jidatnya ia mendekat ke arah Nova yang sedang duduk melamun menghadap ke jendela kaca dengan keadaan sudah menggunakan seragam sekolah.
"Mommy gak sekolah?" tanya Alvaro menyentuh pundak Nova.
"Takut," lirih Nova pelan, seperti ada ketakutan dalam dirinya.
"Hah? Takut apa Mom?"
Nova kembali diam dan memberikan komputer yang berisi vidio Marsya, dengan ragu. Belum jelas apa yang di takuti Nova sebenarnya tapi itu terlihat jelas dari sikapnya.
Alvaro menyimk kata demi kata yang diucapkan Marsya dalam vidio tersebut.
"Apa yang ditakuti Mom? Marsya emang bener kamu gak boleh diem aja, mereka harus di lawan," ungkap Alvaro membenarkan ucapan Marsya.
"Itu yang aku takutin, aku gak berani lawan, aku juga gak suka keributan, aku cuman mau hidupku tentang."
"Ayok sekolah apapun keadaannya harus dilewati ingat ada aku."
Sampai di sekolah teryata gerbang sudah ditutup menandakan bahwa mereka terlambat dan siap untuk dihukum.
Alvaro pun memohon kepada satpam untuk membuka kan gerbang dan membiarkannya untuk masuk ke sekolah, tapi satpam tersebut menolak untuk membuka kan gerbang karena Alvaro terlambat namun tetap saja hasinya nihil.
Di tengah-tengah perdebatan alvaro dan pak satpam tiba-tiba muncul satu guru killer yang menatap Alvaro dengan tatapan horor udah dipastikan guru tersebut sangat marah.
"Alvaro Nova ikut saya," ucap guru tersebut dengan tampang galaknya.
Alvaro dan Nova langsung mengikuti guru tersebut, sebelum pergi Alvaro masih sempat menampilkan wajah kesal nya ke arah satpam karena tidak dari tadi membukakan gerbang untuknya, yang mengakibatkan ia harus berurusan dengan guru killer tersebut.
"Saya tidak mau berlama-lama kalian ibu hukum sampai jam istirahat untuk membersihkan halaman sekolah, harus bersih tidak ada satu pun daun yang tertinggal, dari ujung ke ujung harus bersih dan selesai sebelum jam istirahat! paham?"
"Paham, Buk," jawab Nova dan Alvaro kompak.
Alvaro dan Nova pun langsung pergi ke tanah lapang dengan peralatan kebersihan di tangannya seperti sapu, tong sampah, dan alat kebersihan lainnya.
Keringat mulai mengalir di pelipis Nova akibat cuaca yang sangat panas apalagi mereka dihukum di luar ruangan. Tiba-tiba saja banyak siswa siswi keluar kelas padahal belum jam istirahat setelah mendengar-dengar ternyata semua guru sedang rapat dan membuat satu sekolah jamkos.
"Wih, psikopat teryata rajin juga yah." ejek Tissa disusuli antek-anteknya.
"Aduh ada yang kena hukum nih, terlambat yah? habis bunuh orang yah?"
"Kasihan...."
"Sshutt," kode Alvaro menyenggol bahu Nova, agar membalas sindiran Tissa.
Tapi Nova tetap diam karena sebelumnya ia tidak pernah membalas sindiran sindiran yang dilontarkan untuknya.
"Gak udah banyak bacod! Lo mau gue bantai!?" amuk Alvaro pada Tissa.
"Lu sape Mak gue!?" balas Tissa tidak mau kalah.
Setelah mengucapkan itu Tissa sangat menyesal karna mulutnya tidak bisa diajak kerja sama, tadi ia tidak sadar bahwa yang berbicara dengannya adalah Alvaro cowok yang disukainya.
"Aduh mampus gue! Pasti Alvaro tambah benci sama gue, njirr nih mulut!" geram Tissa dalam harinya.
"Alvaro? Hmm itu anu ... aku gak tau itu kamu, maaf deh keceplosan."
"Pergi lo sana!"
Nova hanya diam tak bergeming masih ada rasa ragu dalam dirinya untuk melawan atau membalas perkataan orang lain. Sungguh Nova tidak pernah berurusan dengan orang lain mengenai hal-hal semacam ini.
"Varo, dulu mereka ngelihat aku dengan tetapkan takut, tapi sekarang mereka ngelihat aku dengan tatapan kebencian, sesalah itu kah aku?"
"Enggak kok kamu gak salah cuman Tissa aja yang pinter ngedrama," jelas Alvaro mencoba menenangkan Nova yang air matanya hendak jatuh.
Terkadang Nova bingung dengan dirinya sendiri mengapa iya menjadi lemah dan ingin sering ingin menangis. Kemana nova yang dulu? Apa karna masalah hidupnya yang cukup rumit? Mungkin ia lelah dengan dirinya sendiri yang memiliki tiga kepribadian yang membuatnya tidak bisa hidup tenang dengan segala meresahannya.
"Aku gak bisa lawan mereka Al, tapi aku juga gak mau Marsya hadir dan membalas mereka karna aku gak bisa balas mereka sendiri," lirih Nova sedih.
"Tentukan pilihan mu, diam dan membiarkan Marsya hadir untuk membalas, atau melawan agar Marsya tidak hadir, pikirkan baik-baik."
"Kenapa sih mereka harus dibales? Kenapa gak diem aja dan biarin mereka berbuat semaunya sampe karma dateng?"
"Tapi kata Marsya, ini adalah sebab dia hadir dalam diri lo, buat ngelindungin lo, gue inget kata-kata Psikiater yang nanganin lo, dia bilang Kepribadian ganda hadir karna trauma di masa kecil dan membuat kepribadian ganda hadir buat ngelindungin lo dengan sifat mereka masing-masing," jelas Alvaro lantang.
"Gitu yah?" balas Nova mulai mencerna penjelasan dari Alvaro yang masuk akal.
"Ya iyalah makaya harus semangat! Oke?" balas Alvaro mengacak-acak rambut pendek Nova.
~Nanno~
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanno(va)
RandomNova, perempuan bernetra coklat abu-abu yang menyimpan sejuta lara dalam hidup. Pendiam dan misterius itu kepribadiannya. Kehadirannya yang dianggap bencana layaknya kedatangan Nanno dalam serial Thailand 'Girl From Nowhere' menjadikan hidupnya pen...