Part 48 : Rekaman suara

63 14 0
                                    

Terdengar suara Nini yang menjawab pertanyaan Nova seputar kehidupan Tissa dan Mamanya. Mulai dari Nini  yang menjelaskan jika Tissa adalah anak haram sampai jalan cerita Tissa bisa berada di rumah ini. Semua tarekam jelas di hp Tissa tidak ada yang tertinggal sedikit pun.

Alvaro shock mendengar penjelasan Mama Nova, ditambah Nova yang terlihat puas mendengar jalan hidup Tissa yang menderita. Alvaro sadar akan satu hal, bahwa suara yang terekam jelas di hp Tissa bukanlah Nova. Alvaro tau itu, karna Nova bukanlah tipe manusia kepo seperti itu.

Nini? Ia juga sama shock-nya dengan Alvaro, teryata Tissa mendengarkan secara langsung yang ia ucapan semalam, sungguh Nini tidak menyangka hal itu akan terjadi.

Maya? Ia kembali bersedih teryata Nini masih sangat mengingat hal itu, sekarang Maya percaya 100% jika Nini sangat membencinya, dan mungkin tidak akan memaafkan kesalahannya.

Marsya? Jangan ditanya, ia adalah orang paling santai disana, sebelumnya ia sudah tau karna ia memantau Dira. Jadi semua terekam jelas di dalam dirinya.

Dengan santai Marsya mengeluarkan sebuah permen karet dari saku celananya, membukanya dan membuang bungkusnya ke sembarang arah, mengunyahnya secara perlahan bak preman-preman pasar. Sangat santi bukan?

"Ma?" ucap Alvaro meminta penjelasan atas rekaman suara yang direkam oleh Tissa.

"Tante?"

Tidak mendapat jawaban dari mamanya Alvaro bertanya kepada Nini mengenai hal yang diucapkannya di rekaman suara tersebut. Alvaro sungguh tidak menyangka ternyata ada cerita yang sangat sadis di balik kehidupan Mamanya yang terlihat baik baik saja.

Nini dan Maya mengangguk kompak membenarkan apa yang ada dalam rekaman suara tersebut. Kaget, kaget, dan kaget itu yang dirasakan Alvaro sekarang dia sungguh tidak percaya ini tapi inilah yang terjadi. Percaya atau tidak percaya inilah takdir yang harus ia percaya.

"Tapi Al tetep gak sudi punya adek kayak dia Ma, beruntung bukan adek kandung!" sinis Alvaro.

"Al jangan bicara seperti itu, Nak."

"Al gak mau tau Ma, pokoknya Al gak mau dia tinggal di rumah kita!" ucap Alvaro lagi.

Yah inilah sifat Alvaro, sifat yang menjadi ciri khas dalam dirinya. Alvaro akan bisa lebih baik lagi jika ia diberlakukan dengan baik. Tapi sebaliknya Alvaro juga bisa lebih jahat jika ia diperlakukan dengan jahat juga. Mengingat Tissa pernah berprilaku tidak baik kepadanya.

"Gak bisa gitu dong! Aku juga anak Mama aku berhak tinggal disana!" balas Tissa tidak mau kalah.

"Bangun lo! Gak udah mimpi bisa tinggal di rumah besar keluarga Adeleo. Lo bukan bagian dari keluarga Adeleo, lo hanya serpihan debu! Jadi gak udah mimpi!" hina Alvaro. Mungkin ini saatnya ia membalaskan dendamnya karna Tissa sudah mengancamnya waktu itu.

"Al!" bentak Maya yang baru kali ini membentak anak kesayangannya tersebut.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Alvaro. Bayangkan seseorang yang tidak pernah dibentak sama sekali oleh malaikat kesayanganya kini ia merasakan itu hanya karena Mamanya membela seorang perempuan yang  bahkan kelahirannya sama sekali tidak diharapkan.

Hati Alvaro benar-benar hancur. Hatinya sangat sakit, lebih sakit dari yang dibayangkan, teryata begini rasanya dibentak dengan orang yang kita sayang. Lebih parahnya ia belum pernah dibentak hanya karna hal sepele seperti ini.

"Mama ...," lirih Alvaro menatap Mamanya. Tidak percaya dengan yang diucapkan Mamanya tadi.

____

Stop dulu!

Tega banget Maya anak pertamanya dibentak cuman gara-gara Tissa.

Cemangat Alvaro!! Jangan biarin. Kasih sayang Mama lo diambil alih sama Tissa.

Nanno(va) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang