Part 35 : Dia

67 11 0
                                    

Entah dimana, jam berapa Nova terbangun ditempat tidurnya, tidak ingat apa yang ia lakukan semalam. Dilihatnya hp jam tujuh pagi hari rabu yang ia ingat semalam saat jalan-jalan dengan Alvaro di pasar malam pada malam senin, tapi sekarang sudah hari rabu.

Simple saja Nova berfikir bahwa hari senin, dan selasa kepribadiannya hadir, ia berharap Marsya yang hadir bukan Dira. Bagaimanapun Nova benci dengan Dira jika bisa Dira ingin ia hilangkan saja dari tubuhnya, taki sialnya tidak bisa.

Sekolah, yah sekarang Nova harus sekolah sudah sebulan lebih ia tidak sekolah, sungguh ia tidak tau apa aja yang sudah terjadi sekolah, bahkan pelajarannya saja ia lupa, nilai-nilai Nova turun drastis kini ia tidak seperti dulu yang sangat fokus ke pelajaran di sekolah.

Yah, sekarang masalah hidupnya lebih penting dari pelajaran, dimana hidupnya sama seperti rumus matematika sama-sama rumit.

Sudahlah apapun yang terjadi di sekolah ia berusaha menerimanya, aneh rasanya jika ia tidak masuk sebulan serasa menjadi anak baru yang tidak mengetahui seluk-beluk sekolahnya.

Sampai di sekolah, sepertinya aman dan seperti kepribadiannya tidak berbuat macem-macem di sekolahnya. Masih seperti terakhir Nova masuk sekolah, warga negara sekolah tidak lagi memusuhinya, bahkan sekarang sudah menjadi ramah.

"Nova!" teriak Niken di Koridor.

"Kak Niken," balas Nova.

"Kak Nova!" jerit Aira memeluk Nova.

"Ahh, Aira."

"Lo kemana aja Va? Kami kangen tau," tanya Niken yang memang mengetahui jika Nova memiliki kepribadian ganda.

Dan yah, Niken juga tau bahwa yang hadir ke sekolah bulan ini bukan Nova. Nova tau itu karna saat di sapa Dira sama sekali tidak mengenalinya, dari situlah Niken tau mana Nova mana kepribadiannya.

"Lah, Kak Nova tau?"

Nova langsung bertanya kepada Niken, dan yah Niken langsung tau maksud dari Nova, otak Niken cukup peka walaupun yang ditanya Nova tidak jelas.

"Iya gue tau, kalo yang dateng ke sekolah selama sebulan ini bukan lo."

"Kak Niken sama Aira tau dari mana?"

"Sebulan yang lalu, lo gue samperin, anehnya lo gak kenal kita berdua, nah gue inget tuh kata lo kalo lo punya kepribadian ganda."

"Kapan Nova bilang sama Kakak, perasaan gak ada deh."

"Aah shitt, gue lupa bukan lo yang bilang tapi Mar-- Marsya kalo gak salah yang nyekap gue di rumah kosong itu."

"Ooh Marsya."

"Terus kok kalian tau ini gue?"

"Tau dari Bang Varo!" jawab Aira cepat, karna sedari tadi ia tidak mendapatkan bagian untuk berbicara.

"Gue benci sama Alvaro diomongin ngeyel!" ujar Niken.

"Hah?" bingung Nova.

"Cari tempat duduk dulu yuk Kak, masa ngomong berdiri di koridor gini sih," saran Aira.

Akhirnya pun mereka mencari tempat untuk berbicara tentang Dira dan Alvaro selama di sekolah menurut pandangan Niken Aira. Tempat di taman Samping sekolah dibawah pohon rindang yang dingin.

"Itu Va, jadi gini gue dari awal udah tau kalo yang sekolah selama ini bukan lo tapi Dira kan?"

Nova menggangguk antusias, ternyata Niken dan Aira adalah orang satu-satunya yang mengetahui penyamaran Dira.

"Gue udah berusaha kasih tau Alvaro tapi Alvaro gak percaya dia bilang kalo Dira itu elo karna Dira tau semua tentang lo, dan itu ngebuat Alvaro percaya kalo itu lo," jelas Niken menjeda ucapannya dulu.

"Dia sok deket banget Kak sama Bang Varo, caper!" tambah Aira.

"Pertanyaan gini kenapa Dira pura-pura jadi lo?" tanya Niken berusaha mengungkap.

Huffh, Nova menghembuskan nafas kasar lagi-lagi ia harus mengingat kejadian tersebut cukup bikin dada sesak.

"Dira suka sama Alvaro, dia berusaha jadi gue buat deket sama Alvaro, dia berusaha buat nguasai tubuh gue sepenuhnya hingga gini gue sama Marsya gak bisa hadir gara-gara dia," jelas Nova, menunduk sedih.

"Sumpah Aira jijik banget sama Dira, centilnya gak ngotak!" potong Aira mengutarakan kebenciannya terhadap Dira.

"Ckck, sumpah ini gak bisa dibiarin Va," resah Niken.

"Bahkan ini lebih parah kak."

"Parahnya?" tanya Aira.

Kringgg!
Baru saja ingin menjelaskan tapi bel sekolah menganggu. Niken dan Aira menghembuskan nafas kasar, bagaimanapun juga mereka berdua sangat ingin mengetahui masalah Nova. Bagaimanapun juga mereka sudah menjadikan Nova sebagai sahabat dimana sesama sahabat harus saling terbuka dan membantu.

"Nanti jam istirahat sambung kantin yah," ucap Niken.

Mereka berdua pun pergi dengan arah yang berbeda, Nova berjalan ke atas di kelas sebelas berada, sedangkan Niken berlalu mundur kebelakang menuju kelasnya di kelas dua belas, lain lagi dengan Aira ia berjalan lurus menuju bagian kelas sepuluh.

Berpisah dengan tujuan bertemu lagi di kantin setelah istirahat tiba, dengan maksud membicarakan masalah Nova, Niken dan Aira akan berjanji ingin membantu Nova mengalami masa-masa sulitnya.

***

Dilain tempat, di sebuah ruangan mewah Tissa berada disana dengan kedua antek-anteknya Tetap dan Beby. Mereka bos sekolah demi menemui Anggi abang angkat Tissa, seseorang yang sudah menemani Tissa, tempat Tissa mengadu saat ia tidak diperduliin keluarganya.

"Bang, kesini ngapain sih?" tanya Tissa.

"Woy Tissa bersyukur lo kita diajak kesini, liat nih rumah mewah bener sepuluh kali lipatnya rumah gue," sahut Tetty.

"Gapapa sih cuman mau tanya," jawab Anggi.

"Tanya apa Bang?" sahut Beby. Siapa yang ditanya siapa yang jawab.

"Di sekolah kalian ada yang namanya Alvaro gak?"

"Alvaro Adeleo bukan sih?"

"Nah ia Alvaro Adeleo, ada gak?"

"Ada-ada yang ganteng itu anak baru, Tissa suka sama dia loh, Bang," ucap Tety membocorkannya kepada Anggi.

"Lo suka sama dia Dek?"

Tissa mengangguk, tidak ada yang bisa ia sembunyikan dari Abang angkatnya itu, sekecil apapun itu Tissa selalu bercerita, karna menganggap Anggi adalah tempat curhatnya.

"Terus ko udah pacaran sama dia, Dek?"

"Engga Bang dia pacaran sama Nova."

"Nova kakak lo?"

Lagi-lagi Tissa mengangguk sebagai jawaban, terlalu sakit untuk diingat, bahkan Alvaro sedikit pun tidak ada melirik Tissa, bisa dibikin Alvaro membenci Tissa, sedih mengingat itu.

"Balasin dendam lo Dek, Abang bantu," dukung Anggi tersenyum smirk.

"Hah, benerkan Bang?"

Anggi mengangguk mantap, disini bukan hanya dia yang membantu Tissa, tapi Tissa juga membantunya, bisa dibilang mereka simbolis mutualisme saling menguntungkan.

Kenapa saling menguntungkan? Yah, ternyata Anggi memiliki dendam tersendiri kepada Alvaro. Alvaro adalah adik kelasnya dulu, dan yah Alvaro adalah korban bully Anggi, hingga akhirnya keluarga Alvaro menuntut Anggi hingga Anggi masuk penjara selama beberapa bulan, tapi berhasil keluar karna ditebus dengan uang Anggi yang terbilang banyak.

"Caranya gimana Bang? Alvaro-nya aja udah bucin banget sama Nova."

____

Lanjooott!!

Nanno(va) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang