Part 38 : Anggi

60 11 0
                                    

"Banyak bacot lo!" bentak Marsya yang baru kali ini mengeluarkan suara.

Percayalah sejak awal masuk ke gudang ini, Marsya belum mengeluarkan satu kata pun.

"Wih, galak juga ya!" ucap Tissa sok kaget.

Marsya kembali diam melirik tajam ke arah Tissa, wajah dasarnya perlahan tersenyum, bukan senyuman manis melainkan senyuman sinis senyuman yang sering dihasilkan dari ke penjahat ketika berhasil menjalankan rencananya.

Semua orang yang berada disana tercengang kaget dengan apa yang dilakukan oleh Marsya. Marsya semakin tersenyum sinis menatap Tissa yang sudah ketakutan, wajah Tissa yang tadinya sok berani kini menjadi ketakutan.

Marsya mengelus cutter tajamnya, menatap kagum ke arah cutter nya yang benar-benar tajam. Rasanyaa sudah lama tidak bermain-main dengan benda kecil tersebut mungkin ini adalah saat yang tepat, tak perlu mencari-cari kini ia sudah mendapatkannya, tak kepeduli dengan Tissa yang notabennya sebagai adik Nova, Marsya sepertinya sudah haus darah sekarang.

Marsya membelai wajah halus Tissa persis seperti Tissa yang yang membelai wajah Alvaro tadi. Jangan tanyakan lagi perasaan Tissa saat itu, ia benar-benar ketakutan parah, bagaimana tidak cutter tajam yang dipegang Nova sudah siap melukai tubuhnya.

"Kak, Marsya ma-u ngapain?" tanya Aira yang sudah ketakutan, memegang baju Niken walaupun bukan ia yang akan dilukai tapi Aira terlalu lolos untuk melihat hal-hal semacam ini.

Niken yang pun langsung memeluk Aira dan menyembunyikan wajah polos Aira agar tidak melihat kekerasan yang ada di depannya.

"Va ... Lo mau ng-apain" tanya Tissa bergetar.

Marsya tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Tissa, hanya membalas dengan senyuman sinis, senyuman kemenangan.

Creesss!
Suara itu terdengar begitu saja, Aira langsung terlonjok kaget, dan memeluk Niken lebih erat, sedangkan Alvaro mengalihkan sedikit pandangannya.

Pipi Tissa sudah tergores panjang, dengan darah yang mengalir segar, daging dalamnya sampai terlihat sangking dalamnya Marsya menggores.

"Aaaaaa!"

Tissa berteriak histeris merasakan sakit yang kuar biasa, ditambah darah segar mengalir begitu deras. Perih? Yah sangat perih perih sekali.

"HAHAHA! Enak gak? Kayaknya perut lo lebih bagus, atau gue rontokin gigi lo, soalnya mulut lo terlalu banyak bacot!"

"Plis jangan, sakitt! Hiks sakit Nova!" ringis Tissa yang merasakan sakit yang kuar biasa.

"Sakit mana sama lo yang bikin Nova dihujat satu sekolah? Lo gak mikir gimna perasaannya? Dengan gampangnya lo fitnah dia hah! Lo pikir lo siapa? Seenak jidak lo siksa dia! Dia salah apa sama lo, Hah?"

"Hiks ... Hiks maafin gue,"

"Hah, dia salah apa sama lo!"

"Marsya udah," lirih Alvaro yang tidak bisa melihat kekerasan sama sekali. Karna sedari kecil Alvaro di didik dengan kelembutan dan kasih sayang tanpa merasakan kekerasan sedikitpun.

"LO DIEM!" bentak Marsya.

"Sya, pliss udah," mohon Alvaro lagi.

"LO DIEM AL! GAK USAH IKUT CAMPUR! KALO LO MAU BALIK SANA KALIAN BALIK DULUAN GAK USAH NUNGGU GUE DISINI!"

"Gak bisa gitu dong, kita gak bakalan ninggalin lo sendiri."

"Yudah, kalian diem disini, gak udah ikut campur!"

"Lo si-apa?" Tissa mencoba memberani kan diri untuk bertanya.

"Gue siapa? Kita belum kenalan yah, kenalin gue Marsya, gue kepribadian Nova, sosok di balik sifat kasarnya Nova, dan inget yang balesin sifat kasar lo selama ini bukan Nova itu gue! JADI LO JANGAN MACEM-MACEM SAMA NOVA! SEMPET LO MACEM-MACEM SAMA DIA TINGGAL NAMA LO SEKARANG! Tapi kayaknya sekarang gue bisa bikin lo tinggal nama doang deh," Marsya menjawab dengan nada yang naik turun.

"Jangan!" Tissa menjawab dengan cepat.

Nova segera menggoreskan lagi cutter-nya di pipi sebelah kiri Tissa, belum sampai cutter tersebut mengenai pipi-nya tapi Tissa sudah menjerit-jerit ketakutan.

"Siap?" tanya Marsya.

"Jangan hikss!"

Brak!
Untuk kedua kalinya pintu didobrak dengan kasar, semua yang ada didalam kaget dengan suara itu.

"Abang!" jerit Tissa.

Yah, sudah bisa di tebak dia adalah Anggi, abang angkat Tissa yang sangat menyayangi Tissa seperti adik kandungnya sendiri. Anggi adalah orang yang sama dengan orang yang membully Alvaro di sekolah lamanya.

Sungguh Alvaro kaget bukan main, ia berjumpa dengan Anggi disini, Alvaro masih belum bisa melupakan kenangan yang sangat pahit bersama Anggi, karna Anggi ia sama sekali tudak bisa menikmati masa SMA nya.

"LO APAIN ADEK GUE ANJING?!" amuk Anggi yang melihat pipi Tissa dipenuhin darah dengan luka gores yang cukup dalam hingga terlihat kulit dalamnya.

Anggi langsung menerobos masuk, mendekat ke arah Marsya dengan sifat langsung menunjuk Anggi dengan cutter-nya yang sudah dipenuhi darah segar milik Tissa.
Anggi berhenti mendadak melihat cutter tersebut mengarah padanya.

"DASARNYA LO NANNO! PSIKOPAT GILA!" maki Anggi yang tidak tahan melihat adiknya dengan darah yang terus mengalir di pipinya.

"Jangan mendekat atau dia mati," Marsya mengancam Anggi dengan memperlihatkan cutter-nya di leher Tissa.

"LO JANGAN MAIN-MAIN YAH!?"

"Makannya gak udah nyari gara-gara! Mau kalian soalnya sih? Ngancem-ngancem Alvaro sama Nova? Giliran diancem balik gak terimah!"

"Kalo dia mati seru juga yah."

Anggi mulai celingak-cekinguk mencari cara untuk membebaskan Tissa, tapi matanya berhenti kelada satu orang yaitu Alvaro, yah mengingat Alvaro Anggi menjadi teringat kepada vidio Alvaro saat culun dan dibully, mungkin vidio tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengancam balik Marsya.

"Lepasin Tissa atau vidio ini gue viral ini ini sekolah," ancam Anggi menunjukan vidio kepada Marsya.

Marsya, melihat vidio tersebut tidak percaya bahwa itu adalah Alvaro, taki melihat ekspresi Alvaro yang menunduk sedih membuat Marsya percaya itu, hatinya sedikit sedih melihat Alvaro yang terancam oleh dua ancaman yang tidak mudah baginya.

"Cepet lepasin, atau gue viralin sekarang juga," ancam Anggi lagi karna Marsya tidak kunjung menjauhkan pisaunya dari leher Tissa.

"Hapus tuh vidio baru gue lepasin," syarat Nova tidak percaya begitu saja dengan Anggi.

Anggi pun segera memberikan HP nya kepada Alvaro, biar Alvaro saja yang mengahapus vidionya agar Marsya percaya, Alvaro hanya pasrah, percuma juga mengahapus vidio tersebut, karna ia sangat yakin bahwa Anggi memliki salinan vidionya di HP satu lagi atau di komputernya.

Alvaro sudah cukup mengenal Anggi, Anggi bukanlah orang bodoh yang mau memberikan bahan ancaman dengan cuma-cuma. Sudahlah apapun yang terjadi Alvaro akan teriama itu.

Sudah, Alvaro langsung memberikan HP tersebut kepada Anggi dan Nova juga sudah melepaskan tali yang mengikat tangan Tissa dengan cutter-nya, sengaja Nova mengenakan cutter-nya di tanag Tissa sebagai membalaskan. Jika saja Anggi tudak datang sudah dipastikan Tissa tidak akan hidup saat ini.

____

Gak nyangka udah sejauh ini, udah mau end aja nih😁

Sejauh ini gimana ceritanya?

Bentar lagi END nih horeeee!
Soalnya rencana part 40 End entar dilihat lagi deh enknya gimana.

Hihihi see you next time

Nanno(va) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang