part 20 : Lawan atau Marsya turun tangan?

110 16 0
                                    

Kembali lagi di sekolah Nova mendapat hujatan dan kata-kata yang amat menyakitkan baginya
Lagi dan lagi ya tidak berani membalas walaupun hanya dengan sepatah kata. Sungguh jiwa anti sosialnya sangat besar.

Wajah keresahan Nova tidak bisa ditutupi begitu saja walaupun dia berusaha mati-matian untuk tidak menunjukkan wajah ketakutannya tapi usaha itu sia-sia ya sama sekali tidak bisa tenang sangat berbeda jauh dengan Marsya yang kelewat santai dengan hujatan yang diterimanya.

"Sok-sokan berani dilawan dikit diem!"

"Kasir aja dilawan masa sama kami nggak berani lemah loh!"

"Gara-gara di hujat dia jadi pendiam lagi awok-awok!"

"Tampangnya psikopat di hujat dikit langsung diem! Kena mental yah? hah!"

Tidak ada satu pun yang mau berteman dengan Nova dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas, adik kelas, kakak kelas, maupun seangkatan tidak ada yang mau berteman dengannya entah apa kesalahan yang Nova perbuatan hingga dikucilkan satu sekolah
Kecuali Alvaro, itupun ia beda kelas dengan Alvaro.

Nova tidak begitu memikirkan apa kesalahannya, ia hanya ingat kata-kata yang pernah diucapkan Alvaro "Kamu nggak salah kok cuman Tissa aja yang pinter ngedrama." percaya atau tidak kata-kata tersebut sangat berarti untuk Nova.

"Nova kantin kuy," teriak alvaro yang tiba-tiba datang di kelas Nova saat jam istirahat.

Tanpa permisi Alvaro langsung menarik tangan Nova berjalan menuju kantin, sepanjang koridor Alvaro sama sekali tidak melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Nova dan itu sukses membuat Nova menerima lebih banyak hujatan.

"Anjir peletnya manjur sekali!"

"Antara pelet dan susuk!" sinis salah satu kakak kelas.

"Jangan dengerin mereka. Dengerin detak jantung aku aja," bisik Alvaro menempelkan tangan Nova di bidang dadanya.

Percaya atau tidak jantung Nova berdisko saat Alvaro membisikan kata-kata tersebut karena jarak mereka sangat dekat dan Nova juga salting ketika tangannya menyentuh bidang dada milik Alvaro, terdapat deguban jantung yang sangat kencang disana.

Sampai di kantin mata-matanya iri dengki, benci menjadi satu dihadirkan untuk Nova sungguh Nova tidak nyaman dengan tatapan tatapan siswa-siswi yang menatap horor ke arahnya.

"Gak papa gak usah takut, plototin balik aja," saran Alvaro tersenyum jahil.

"Kan udah dibilang aku nggak berani bales, gimana sih?"

"Yah udah kalau kamu emang nggak mau bales berarti kamu mau Marsya hadir, nah secara tidak langsung kamu memperbolehkan Marsya untuk membalas mereka, bukan?" jawab Alvaro menikan turunkan alisnya.

"Yah nggak gitu juga kali, kalau bisa jangan dibales dan Marsya juga jangan hadir.

"Kamu cuman punya dua pilihan lawan atau marsha yang turun tangan?"

"Udah deh nggak usah dipikirin sana pesen makanan, laper!"

Alvaro pun memesan makanan, dan Nova hanya sendiri di bangkunya ia masih mendapatkan tatapan permusuhan dari siswa-siswi di sana ditambah Alvaro pergi, hujatan demi hujatan kembali diterima oleh Nova.

"Pakai pelet apa lo manjur amat!"

"Gila sih, yang dipelet yang good looking."

"Kasihan Alvaro ganteng-ganteng korban pelet."

"Ngeri juga ya mainnya pelet."

"Lo semua diem! Gue juga bisa main santet!" ucap Nova lantang.

Nova diam sesaat memegang bibirnya tidak percaya dengan dirinya sendiri bisa mengucapkan kata-kata sindiran tersebut dan membuat siswa siswi di sana bungkam seketika.

"Eggak usah banyak bacot lo gue laporin juga langsung kena karma!"

Mental Nova menciut seketika mendengar jawaban siswa di sana, ia yang tadinya berani membalas kini sama sekali tidak berani bahkan menatapnya saja Nova sudah sangat takut.

"Anjir, langsung diem! Napa takut ye?"

"Sok-sokan mau nyatet lu, disantet balek kena mental!"

Kantin langsung sepi karena Alvaro datang dengan nampan berisi dua mangkok bakso, percayalah tidak ada yang berani menghujat Nova ketika ia bersama Alvaro, mungkin hanya hujat-hujatan kecil.

"Varo, lo tau gak, siapa kepribadian ketiga gue?" tanya Nova mulai memgduk kuah baksonya.

"Hah? Maksudnya?"

"Katanya gue kan punya tiga kepribadian ganda tuh, dan gue cuma tahu Marsya dan satu lagi gue gak tau itu siapa entah belum muncul atau gue ya nggak sadar, karna sebelumnya gue gak pernah berkomunikasi sama dia," jelas Nova berfikir.

"Cepat atau lambat ia juga akan hadir," jawab Alvaro biasa saja tidak memikirkan itu.

"Iya juga sih."

"Yaudh gih makan."

****

"Gimana enak gak kena hujat?" tanya Tissa saat berselisihan dengan Nova di ruang tamu.

"B aja."

"Teryata gue hebat juga yah mempengaruhi otak satu sekolah."

"Iyalah lo kan queen drama." balas Nova seandanya.

"Seru juga liat lo dihujat gara-gara gue," ungkap Tissa tersenyum mengejek.

"Seru juga liat orang bodoh main drama, ngorbanin orang lain gara-gara cowok yang dia taksir gak suka sama dia," sindir Nova langsung meninggalkan Tissa sendiri dan menuju kamarnya.

Tissa melotot mendengarkan ucapan Nova, sungguh Tissa langsung kena mental setika mendengar kata-kata savage dari Nova.

"Awas lo yah!"

Yah Nova berani membalas karena hanya ada Tissa di rumah beda dengan di sekolah berpuluh-puluhan orang menghujatnya sudah pasti Nova tidak berani membalasdan hanya diam. Toh dia bisa melawan Tissa karena mereka dari kecil sudah bermusuhan jadi lebih mudah untuk membalasnya.

Nova membantingkan tubuhnya di kasurnya mencoba menenangkan dirinya dan mengistirahatkan tubuhnya sebentar, mencoba untuk tidak mengingat hal-hal yang rumit dalam hidupnya.

Jujur saja Nova ingin hidup seperti orang lain, baginya hidup dengan kepribadian ganda sangat menyiksa apalagi yg harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya dan kepribadiannya yang lain. Tidak bisa menguasai dirinya sendiri dan harus berbagi dengan kepribadiannya yang lain.

Tapi Nova juga bersyukur karena iya hanya memiliki tiga kepribadian ganda, iya juga bersyukur tidak memiliki kepribadian ganda sebanyak  seorang pria di film split yang mempunyai dua puluh tiga kepribadian ganda.

Sekitar lima menit Nova tertidur dengan lelap memasuki alam mimpi dan meninggalkan dunia nyata sejenak.

Di tempat yang tidak diketahui namanya, Nova celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang yang bisa iya tanya, dimana dia sekarang? tapi tampaknya tempat itu sangat sepi dan tidak ada satupun orang kecuali dirinya sendiri, sepi, sunyi, dan tampak tidak ada kehidupan di sana.

Ada satu cahaya terang yang mengusik keingintahuan Nova, dengan kepo ia berjalan mendekati cahaya tersebut dan tiba-tiba cahaya tersebut mulai berubah bentuk menjadi dua manusia yang menyerupai dirinya bisa disebut seperti duplikat atau salinan, Nova itu benar-benar mirip Nova, tidak ada yang membedakan antara mereka bertiga hanya baju yang terlihat berbeda satu Nova menggunakan pakaian sekolah SMA, sedangkan satu lagi menggunakan pakaian seperti gadis tomboy, dan satu lagi menggunakan pakaian seperti anak kecil karena terlalu banyak notif bunga.

Apa maksudnya?

                          ~Nanno~

Nanno(va) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang